September 30, 2012

KETERAMPILAN BERBAHASA ASPEK MENYIMAK


a.       Pengertian Menyimak
                  Sebelum kita ketahui apa itu menyimak, terlebih dahulu kita perlu membedakan tiga istilah yang sering orang menyamakan maknanya. Tiga istilah tersebut adalah mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Dalam bahasa Inggris, padanan kata mendengar, adalah “to hear”, sedangkan padanan kata menyimak adalah “to listen”, atau dalam bentuk gerund-nya masing-masing hearing dan listening.
                  Mendengar bersifat represif dan pasif dan terjadi secara alamiah karena seseorang memiliki indera pendengaran. Jadi, mendengar bisa tanpa sengaja dan tanpa tujuan, serta yang didengar bisa bunyi apa saja. Artinya bunyi yang didengar tidak hanya bunyi bahasa, tetapi bisa bunyi bom, bunyi ombak, dan lain-lain.
                  Dalam kegiatan mendengarkan dilakukan dengan sengaja, penuh kesadaran dan bertujuan. Seperti yang dikemukakan oleh Laundsteen (1979 : 1) yaitu Mendengar meliputi cara penerimaan suara sedangkan Mendengarkan merupakan penerjemahan suara-suara yang masuk, dalam arti merupakan proses dalam pembicaraan dan mengubah arti dalam otak. Jadi, Mendengarkan adalah proses yang aktif secara sadar, termasuk menghubungkan arti dengan suara yang didengar. Akan tetapi menurut Akhdiah (1995/1997 : 147) dalam kegiatan Mendengarkan belum ada keinginan atau upaya pendengar untuk betul-betul memahami makna yang didengarkan, berbeda dengan menyimak.
                  Dalam kegiatan menyimak sudah ada faktor kesengajaan, perhatian, dan usaha pemahaman akan sesuatu yang disimak. Kegiatan menyimak dapat dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa sebagai sumbernya, sedangkan mendengar dan mendengarkan bisa bunyi apa saja. Jadi, menyimak, kandungan makna yang lebih spesifik bila dibandingkan dengan mendengar dan mendengarkan. Namun, sekali lagi dalam penggunaannya istilah mendengarkan dan menyimak sering digunakan secara bergantian atau disamakan artinya. Seperti dalam GBPKB TK 2004 istilah yang digunakan adalah mendengarkan. Dalam beberapa modul pun istilah mendengarkan dan menyimak digunakan secara bergantian.
                  Menyimak menurut Anderson adalah menyimak bermakna, mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Pendapat ini dipertegas oleh Tarigan (1990 : 25) bahwa Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
                  Keterampilan menyimak berhubungan erat dengan keterampilan membaca.  Kalau membaca merupakan proses besar melihat, mengenal serta menginterpretasikan lambang-lambang tulis, maka menyimak dapatlah dibatasi sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan. (Anderson; 1972 : 68). Keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi, perbedaannya terletak dalam hal Jenis komunikasi, yaitu Menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan, sedangkan Membaca berhubungan dengan komunikasi tulis. Dalam hal Tujuan, keduanya mengandung persamaan, yaitu : memperoleh informasi, menangkap isi, memahami makna komunikasi. (Tarigan;1980 : 9-10).

b.       Tujuan Menyimak
Tujuan orang untuk menyimak antara lain:
 1. Menyimak bertujuan untuk belajar
2. Menyimak bertujuan untuk menikmati
3. Menyimak bertujuan untuk mengevaluasi
4. Menyimak bertujuan untuk mengapresiasi
5. Menyimak bertujuan untuk mengkomunikasikan ide-ide
6. Menyimak bertujuan untuk membedakan bunyi-bunyi
7. Menyimak bertujuan untuk memecahkan masalah.

c.       Aspek Keterampilan Menyimak
Aspek – aspek yang harus diperhatikan dalam keterampilan menyimak yaitu:
(1) Penyimak
(2) Pembicara
(3) Bahan Simakan
1.       Penyimak
Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas. Jika penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, ia dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif. Penyimak seperti itu akan selalu mendapatkan pesan pembicara secara tepat. Hal itu akan lebih sempurna jika ia ditunjang oleh, pengetahuan dan pengalamannya.
Penyimak yang baik adalah penyimak yang memiliki tiga sikap berikut ini (Suyono dan Kamijan 2002:17)
a. Bersikap objektif terhadap bahan simakan. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal di luar kegiatan menyimak, seperti pembicara, ruang, suasana, sarana, dan prasarana.
b. Bersikap kooperatif, penyimak harus bersia untuk bekerja sama dengan pembicara untuk keberhasilan komunikasi.
c. Bahan simakan harus komunikatif, berupa konsep, gagasan, dan informasi yang jelas.
2.       Pembicara
Yang dimaksudkan dengan pembicara ialah orang yang menyampaikan pesan yang. berupa informasi yang dibutuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara ialah narasumber pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang yang menerima pesan (penyimak).
Ciri-ciri pembicara yang baik :
a.       Mereka memandang suatu hal dari sudut pandang yang baru.
b.       Mereka mempunyai cakrawala luas.
c.        Mereka sangat ingin tahu. Mereka bertanya, “Mengapa?” Mereka ingin tahu lebih banyak mengenai apa yang Anda katakan.
d.       Mereka menunjukkan empati. Merekaberusahamenempatkan diri mereka pada posisi Anda untuk memahami apa yang Anda katakan.
e.       Mereka mempunyai selera humor, dan tidak keberatan meng­olok-olok diri sendiri.
f.         Mereka punya gaya bicara sendiri.

3.       Bahan simakan
              Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi lisan, terutama dalam menyimak. Yang dimaksudkan dengan bahan simakan ialah pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi. Jika pembicara tidak dapat menyampaikan bahan simakan dengan baik, pesan itu tidak dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam komunikasi. Selain itu bahan simakan juga perlu dikaji :
·         Tujuan pembicara, dengan mencari tujuan pembicara, penyimak akan mudah menangkap maksud, mendapatkan fakta, mendapatkan inspirasi, menganalisis gagasan pembicara, mengevaliasi, dan mencari hiburan.
·         Urutan pembicara, agar lebih mudah pemyimak mencari pesan pembicara. Walaupin pembicara berkata agak cepat, penyimak dapat mengikuti dengan hati-hatidan mendapatkan gambaran tentang pengurutan penyajian. Urutan penyajian terdiri dari tiga komponen, yaitu pembuka, isi, penutup.
·          Topik utama pembicara, topik utama ialah topik yang selalu dibicarakan, dibahas dan dianalisisi pembicaraan berlangsung. Dengan mengetahui topik utama penyimak dapat memprediksi apa saja yang akan dibicarakan dalam komunikasi lisan.
·          Topik bawahan, umumnya pembicara akan membagi topik utama menjadi topik bawahan.hal itu agar pesan yang disampaikan penyimak mudah dicerna oleh pendengar.
·         Akhir pembicaraan, akhir pembicaraan biasanya terdiri atas, kesimpulan, himbauan, dan saran.

Bahan simakan yang dapat menarik perhatian haruslah memenuhi butir-butir berikut ini:
1.    Tema Harus up-to-date. Bahan-bahan mutakhir yang terbaru, yang muncul dalam kehidupan biasanya menarik perhatian.
2.    Tema Terarah dan Sederhana. Tema pembicaraan jangan terlalu luas. Cakupan pembicaraan yang terlalu luas takkan terjangkau oleh para penyimak.
3.    Tema dapat menambah pengalaman dan pemahaman. Dari pembicaraan seseorang, biasanya kita mengharapkan adanya hal-hal yang dapat menambah pengetahuan.
4.    Tema bersifat sugestif dan evaluatif. Tema atau topik pembicaraan haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga merangsang penyimak untuk berbuat dengan tepat.
5.    Tema bersifat motivatif. Topik atau tema pembicaraan seyogyanya dapat memberikan dorongan kuat untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
6.    Pembicara harus dapat menghibur. Manusia hidup membutuhkan hiburan, apalagi setelah bekerja berat seharian.
7.    Bahasa sederhana mudah dimengerti. Banyak orang beranggapan bahwa suatu ceramah, kuliah, atau pembicaraan yang bermutu harus diiringi oleh kata-kata yang pelik, istilah-istilah baru, dan kalimat-kalimat yang panjang serta rumit.
8.    Komunikasi dua arah. Alangkah baiknya jika suatu ceramah memberi kesempatan bertanya atau mengemukakan pendapat kepada para penyimak.

d.       Jenis-jenis Menyimak
Pengklasifikasian menyimak berdasarkan:
1. Sumber suara
Berdasarkan sumber suara yang disimak, penyimak dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi
b.Interpersonal listening atau penyimak antarpribadi

2.
Cara penyimak menyimak bahan yang disimak
Berdasarkan cara penyimakan bahan yang disimak, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Menyimak Ekstensif, yang terdiri atas; menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak estetik, dan menyimak pasif. Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimakmengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru (Tarigan, 1987:35-36).
Penggunaan yang paling dasar adalah untuk menangkap atau mengingat kembali bahan yang telah dikenal atau diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara baru. Keuntungan mengingatkan bahan lama kepada para siswa, bahwa mereka melihat hal itu secara wajar dalam lingkungan yang asli dan alamiah, bukan hanya sekedar dalam hubungan kelas, tempat pertama kali disajikan secara formal.
Yang termasuk kelompok menyimak ekstensif sebagai berikut:
a) Menyimak sekunder adalah proses mendengarkan yang terjadi secara kebetulan. Misalnya, seseorang sedang membaca suatu bacaan sambil mendengarkan percakapan orang lain, siaran radio, suara televisi, atau yang lainnya.
b) Menyimak sosial adalah proses mendengarkan yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial atau di tempat umum seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, atau di tempat yang umum lainnya.
c) Menyimak estetika atau menyimak apresiatif yaitu proses mendengarkan untuk menikmati dan menghayati keindahan misalnya;mendengarkan pembacaan puisi, rekaman drama, cerita, lagu, dan yang sejenisnya.
d) Menyimak pasif adalah proses mendengarkan suatu yang dilakukan tanpa sadar. Misalnya, kita tinggal di suatu daerah yang menggunakan bahasa daerah, sedangkan kita sendiri menggunakan bahasa nasional. Setelah beberapa lama tanpa disadari kita mampu menggunakan bahasa daerah tersebut. Kemampuan menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan tanpa sengaja dan tanpa sadar. Namun, kenyataannya orang mampu menggunakan bahasa daerah dengan baik.

2. Menyimak Intensif terdiri atas; menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak eksplorasif, menyimak interogatif, dan menyimak selektif (Tarigan, 1987:35).
Tarigan (1987:40) menyatakan bahwa “menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu.” Dalam kegiatan ini diperlukan pengarahan dari guru. Salah satu cara yang sederhana untuk melatih tipe menyimak seperti ini adalah menyuruh siswa menyimak tanpa memberi teks tertulis sekali atau dua kali, misalnya teks mengenai suatu paragraf yang mengandung beberapa penghubung kalimat. Tugas siswa adalah mengisinya tanpa menyimak rekaman lagi. Kemudian memberikan teks tertulis dengan mengosongkan tempat penghubung-penghubung kalimat itu berada. Tugas siswa adalah mengisinya tanpa menyimak rekaman lagi.
Mungkin dalam kegiatan menyimak intensif, dapat dikatakan sebagai kegiatan menyimak atau mendengarkan dengan sempurna, tetapi belum tentu memahami maknanya. Oleh karena menyimak makna merupakan suatu keterampilan penting untuk dikembangkan, haruslah disadari benar-benar isi yang terkandung sebenarnya dari pesan tersebut dan berada dalam jangkauan intlektual dan kedewasaan siswa.
Jenis-jenis menyimak yang termasuk ke dalam kelompok menyimak intensif sebagai berikut.
a. Menyimak Kritis
Menyimak kritis (critical listening) adalah “sejenis kegiatan menyimak untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat” (Tarigan, 1987:42).
Menyimak kritis lebih cendrung meneliti letak kekurangan dan kekeliruan dalam pembicaraan seseorang karena dalam menyimak secara kritis, segala ucapan atau informasi lisan yang disimak untuk memproleh suatu kebenaran.
b. Menyimak Konsentratif
Menyimak konsentratif (concentrative listening) sering juga disebut a study-type listening atau menyimak yang merupakan sejenis telaah. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak konsentratif ini adalah:
1) Mengikuti petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan.
2) Mencari dan merasakan hubungan-hubungan seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan serta sebab-akibat.
3) Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu.
4) Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam.
5) Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran maupun pengorganisasiannya.
6) Memahami urutan ide-ide sang pembicara.
7) Mencari dan mencatat fakta-fakta penting (Anderson dan Dawson dalam Tarigan, 1987: 45).
c. Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif (creative listening) merupakan kegiatan menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan yang menggambarkan keindahan yang dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya (Dawson dalam Tarigan, 1987: 46).
d. Menyimak Eksploratif
Tarigan (1987:47) menyatakan bahwa “menyimak eksploratif (exploratory listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit.” Dalam menyimak seperti ini sang penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menjalani serta menemukan hal-hal yang menarik sebagai informasi tambahan mengenai suatu topik.

e. Menyimak Interogatif
Tarigan menyatakan pengertian mengenai menyimak interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan (1987:48).
Dalam kegiatan menyimak interogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara mengintrogasi atau menanyai sang pembicara.
f. Menyimak Selektif
Merdhana (1987:32) menyatakan bahwa “menyimak selektif (selective listening) adalah menyimak suatu wacana yang disertai dengan seleksi tertentu terhadap kebahasaannya di samping terhadap isi pesan itu.” Dalam menyimak selektif, penyimak mungkin berhadapan dengan pesan-pesan yang tidak perlu.

e.       Apek Penilaian Menyimak
1)  Menyimak Berita
Untuk penilaian menyimak berita, dapat dilihat dari :
a)    Aspek kebahasaan yang terdiri atas indikator (a) Nada/irama, (b) Diksi, (c) Struktur kalimat.
b)    Aspek nonkebahasaannya dengan indikatornya : (a) Penguasaan topik, (b) Keberanian, (c) Penalaran, dan (d) Gerak/mimik. Masing-masing indikator diberi nilai/skor.

2)  Menyimak Wawancara
Penilaian menyimak wawancara dapat dilakukan dengan melihat kemampuan:
Aspek kebahasaan :
a)      Pemahaman isi
b)      Ketepatan penangkapan isi
c)       Ketahanan konsentrasi
Aspek pelaksanaan dan sikap :
a)      Menghormati
b)      Menghargai
c)       Kritis

3)  Menyimak Laporan Perjalanan
Penilaian menyimak laporan perjalanan dapat dilihat dari :
Aspek kebahasaan :
a)      Pemahaman isi
b)      Kelogisan penafsiran
c)       Ketahanan konsentrasi
Aspek pelaksaan dan sikap :
a)      Menghargai
b)      Kesungguhan
c)       Kritis

4)  Menyimak Pidato
Menyimak pidato adalah kegiatan untuk mendapatkan informasi dan juga menambah wawasan. Dengan bertambahnya pengetahuan dan wawasan seseorang akan lebih mampu berpikir dan bertindak. Materi pidato dapat diambil secara langsung maupun melalui rekaman kaset atau video. Supaya simakan menarik perhatian siswa, sebaiknya materi memiliki persyaratan antara lain : a) menarik; b)aktual; c) bahasanya komunikatif.
                        Setelah siswa menyimak, tugas siswa selanjutnya adalah :
a.   Menjawab pertanyaan yang sudah disiapkan oleh guru,
b.   Menemukan hal-hal yang penting dalam pidato,
c.   Menyimpulkan isi pidato.
Penilaian menyimak pidato ini dapat dilakukan dengan melihat kemampuan siswa memahami pidato lewat aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.

5)  Menyimak Dialog
Penilaian menyimak dialog dapat dilakukan dengan melihat kemampuan siswa melalui :
Aspek kebahasaan :
a)  Pemahaman isi
b)  Kelogisan berpikir
c)   Struktur kalimat
Aspek pelaksanaan dan sikap:
a)  Menghargai
b)  Konsentrasi/kesungguhan
c)   Kritis
d)  Penalaran

f.         Tahap-tahap Menyimak
Tarigan, (1990: 58) menjelaskan tahapan-tahapan menyimak, yaitu
1)    Mendengarkan  merupakan tahap mendengarkan pembicaraan.
2)    Memahami adalah tahap memahami isi pembicaraan.
3)    Menginterpretasi adalah tahap menafsirkan isi yang tersirat dalam pembicaraan.
4)    Mengevaluasi adalah tahap menafsirkan isi yang tersirat dalam pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara yang selanjutnya menanggapinya
Menurut Ruth G. Strickland, terdapt 9 tahap menyimak yang secara berurutan mulai dari yang tidak berketentuan sampai kepada yang amat bersungguh-sungguh. Tahap-tahap tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut:
1)    Menyimak secara sadar yang bersifat berkala hanya terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.
2)    Selingan-selingan atau gangguan-gangguan yang sering terjadi sebaik dia mendengarkan secara intensional (disengaja) tetapi bersifat dangkal (superficial).
3)    Setengah mendengarkan sementara dia menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hatinya, mengutarakan apa yang terpendam dalam hatinya.
4)    Penyerapan, absorbs, keasyikan yang nyata selama resepsi atau penangkapan pasif yang sesungguhnya.
5)    Menyimak sekali-sekali menyimpan sebentar-sebentar dimana perhatian yang seksama bergantian dengan keasyikan, dengan ide-ide yang dibawa oleh kata-kata sang pembicara kedalam hati dan pikiran.
6)    Menyimak asosiatif dimana pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan diingat sehingga si penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan oleh si pembicara.
7)    Reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar atau mengajukan pertanyaan.
8)    Menyimak secara saksama dan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara.
9)    Menyimak secara aktif mendapatkan serta menemukan pikiran serta pendapat sang pembicara (strickland; 1957. Dawson [et al];1963:154).

g.  Perkembangan Menyimak Peserta Didik
Tahap sensorimotor ke tahap praoperasional (pada usia sekitar 2 tahun) dan mulai berbicara dan menggunakan pikiran-pikiran atau konsep-konsep untuk memahami dunia mereka. Meskipun demikian, selama tahap praoperasional, pikiran-pikiran mereka masih pralogis, terkait dengan tindakan-tindakan fisik dan cara bagaimana benda-benda tampak pada mereka. Kebanyakan peserta didik tetap berada pada tahap praoperasional perkembangan kognitif sampai mereka berusia 7 atau 8 tahun.  Normalnya anak-anak mengembangkan keterampilan-keterampilan berbahasa dasar sebelum masuk sekolah. Perkembangan bahasa meliputik komunikasi lisan dan tertulis.

Kemampuan-kemampuan verbal berkembang amat dini, dan menjelang usia 3 tahun, peserta didik-peserta didik sudah menjadi pengoceh yang terampil. Pada akhir masa anak usia dini, mereka dapat menggunakan dan memahami sejumlah besar kalimat, dapat terlibat dalam pembicaraan yang berkelanjutan, dan mengetahui tentang bahasa tulisan (Gleason, 1981).
Meskipun terdapat perbedaan individual dalam kecepatan peserta didik memperoleh kemampuan berbicara anak-anak mengembangkan keterampilan-keterampilan berbahasa dasar sebelum masuk sekolah.
Pada sekitar usia 1 tahun, anak-anak mengucapkan ungkapan-ungkapan satu-kata seperti da-da dan mama. Kata-kata ini secara khusus menyatakan objek-objek dan kejadian-kejadian.
Pada sekitar usia 1 tahun, anak-anak dari lahir sampai kurang lebih usia 2 tahun, bayi memahami dunia mereka melalui pancaindera mereka. Meskipun demikian, selama tahap praoperasional, pikiran-pikiran mereka masih pralogis, terkait dengan tindakan-tindakan fisik dan cara bagaimana benda-benda tampak pada mereka.
Pada usia 2 tahun, bayi memahami dunia mereka melalui pancaindera mereka. Pengetahuan mereka didasarkan pada tindakan-tindakan fisik, dan pemahaman mereka terbatas pada kejadian-kejadian saat ini atau tidak jauh dari waktu lampau. Hanya apabila anak-anak mengalami transisi dari tahap sensorimotor ke tahap praoperasional (pada usia sekitar 2 tahun) dan mulai berbicara dan menggunakan pikiran-pikiran atau konsep-konsep untuk memahami dunia mereka. Meskipun demikian, selama tahap praoperasional, pikiran dini, dan menjelang usia 3 tahun, peserta didik-peserta didik sudah menjadi pengoceh yang terampil. Meskipun terdapat perbedaan individual dalam kecepatan peserta didik memperoleh kemampuan berbahasa, urutan perolehan itu serupa untuk seluruh peserta didik.
                        Pada tahun 1949 Tulare County Schools telah menyusun sebuah buku petunjuk menegenai keterampilan berbahasa yang disebut Tulare County Cooperative Language Arts Guide khusu smengenai keterampilan berbahasa menyimak adalah sebagai berikut:
1.          Taman Kanak-Kanak( 4,5 tahun-6tahun)
a.     Menyimak  pada teman-teman sebaya dalam kelompok-kelompok bermain.
b.    Mengembangkan waktu perhatian yang amat panjang terhadap cerita-cerita.
c.      Dapat mengingat petunjuk-petunjuk dan pesan-pesan sederhana.

2.          Kelas satu ( 5,5 tahun- 7 tahun)
a.    Menyimak untuk menjelaskan atau menjernihkan pemikiran atau untuk mendapatkan jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan.
b.    Dapat  mengulangi secara tepat apa-apa yang telah didengarnya.
c.     Menyimak bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata dan lingkungan.

3.                Kelas dua  (6,5 tahun-8 tahun)
a.    Menyimak  dengan kemampuan memilih yang meningkat.
b.    Membuat saran dan usul-usul dan mengemumakan pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek pengertiannya.
c.     Sadar akan situasi-situasi bila sebaiknya menyimak, bia sebaiknya tidak usah menyimak.

4.          Kelas tiga dan empat (7,5-10 tahun)
a.    Sungguh-sungguh sadar akan nilai menyimak sebagai suatu sumber informasi dan kesenangan.
b.    Menyimak pada laporan-laporan orang lain, pita-pita rekaman laporan-laporan mereka sendiri, dan saran-saran radio dengan maksud tertentu sert pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan hal itu.
c.     Memperlihatkan keangkuhan dengan kata-kata atau ekspresi-ekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.

5.                Kelas lima dan enam ( 9,5 tahun-12 tahun)
a.    Menyimak secara kritis terhadap kekeliruan-kekeliruan, kesalahan-kesalahan, dan tuntutan –tuntutan yang keliru.
b.    Menyimak pada aneka ragam cerita puisi, rima kata-kata, dan memperoleh kesenangan dalam memenuhi tipe-tipe baru (Anderson, 1972 :22-23).





10 comments:

Gee's English said...

bagaimana dengan penilaian aspek menyimak melalui lagu. mohon penjelasannua. terimakasih.

ariermawan said...

Terima kasih kunjungannya dan salam kenal..
Mmm.. menyimak lagu apakah masuk dalam wilayah Bahasa Indonesia?
Kalau masuk dalam SBK bagaimana?
Jadi penilaiannya dapat mengikuti kriteria SBK

Anonymous said...

Assalamualaikum wr wb..
apa saja indikator penilaian dalam menyimak, sehingga pembelajaran tersebut dapat dikatakan sukses?

Pengertian Puisi said...

makasih, informasi tentang pengertian menyimak ini sangat bermanfaat.

Rizky Gultom said...

Terimakasih,dengan ini saya dapat dengan mudah memahami materi menyimak ini :D

Rizky Gultom said...

Terimakasih,dengan ini saya dapat dengan mudah memahami materi menyimak ini :D

Rizky Gultom said...

Terimakasih,dengan ini saya dapat dengan mudah memahami materi menyimak ini :D

Unknown said...

bagaimana kalau aspek penilaian cerita anak?

Pandu Sejati said...

terima kasih banyak ilmunya,,

tapi bagaimana cara copy file'nya ke word..???
buat tugas kuliah,,,

Bahasa Arab SMAIT PB said...

Assalamualaikum wr wb ..
apa saja indikator penilaian dalam menyimak, sehingga pembelajaran tersebut dapat berhasil?

Komentar Terkini