a. Pengertian
Menyimak
Sebelum kita
ketahui apa itu menyimak, terlebih dahulu kita perlu membedakan tiga istilah
yang sering orang menyamakan maknanya. Tiga istilah tersebut adalah mendengar,
mendengarkan,
dan menyimak.
Dalam bahasa Inggris, padanan kata mendengar,
adalah “to hear”, sedangkan padanan
kata menyimak adalah “to listen”,
atau dalam bentuk gerund-nya
masing-masing hearing dan listening.
Mendengar bersifat represif
dan pasif dan terjadi secara alamiah karena seseorang memiliki indera
pendengaran. Jadi, mendengar
bisa tanpa sengaja dan tanpa tujuan, serta yang didengar bisa bunyi apa saja.
Artinya bunyi yang didengar tidak hanya bunyi bahasa, tetapi bisa bunyi
bom, bunyi ombak, dan lain-lain.
Dalam
kegiatan mendengarkan dilakukan
dengan sengaja, penuh kesadaran dan bertujuan. Seperti yang dikemukakan oleh
Laundsteen (1979 : 1) yaitu Mendengar
meliputi cara penerimaan suara sedangkan Mendengarkan
merupakan penerjemahan suara-suara yang masuk, dalam arti merupakan proses
dalam pembicaraan dan mengubah arti dalam otak. Jadi, Mendengarkan adalah proses yang aktif secara sadar, termasuk menghubungkan arti dengan
suara yang didengar. Akan tetapi menurut Akhdiah (1995/1997 : 147)
dalam kegiatan Mendengarkan belum ada
keinginan atau upaya pendengar untuk betul-betul memahami makna yang
didengarkan, berbeda dengan menyimak.
Dalam
kegiatan menyimak sudah ada faktor
kesengajaan, perhatian, dan usaha pemahaman akan sesuatu yang disimak. Kegiatan
menyimak dapat dilakukan oleh
seseorang dengan bunyi bahasa sebagai sumbernya, sedangkan mendengar dan mendengarkan
bisa bunyi apa saja. Jadi, menyimak,
kandungan makna yang lebih spesifik bila dibandingkan dengan mendengar dan mendengarkan. Namun, sekali lagi dalam penggunaannya istilah
mendengarkan dan menyimak sering digunakan secara bergantian atau disamakan
artinya. Seperti dalam GBPKB TK 2004 istilah yang digunakan adalah
mendengarkan. Dalam beberapa modul pun istilah mendengarkan dan menyimak
digunakan secara bergantian.
Menyimak menurut
Anderson adalah menyimak bermakna, mendengarkan dengan penuh pemahaman dan
perhatian serta apresiasi. Pendapat ini dipertegas oleh Tarigan (1990 : 25)
bahwa Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang
lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi
yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Keterampilan
menyimak berhubungan erat dengan keterampilan membaca. Kalau membaca merupakan proses besar
melihat, mengenal serta menginterpretasikan lambang-lambang tulis, maka menyimak
dapatlah dibatasi sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta
menginterpretasikan lambang-lambang lisan. (Anderson; 1972 : 68).
Keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi, perbedaannya terletak dalam
hal Jenis komunikasi, yaitu Menyimak
berhubungan dengan komunikasi lisan,
sedangkan Membaca berhubungan dengan
komunikasi tulis. Dalam hal Tujuan,
keduanya mengandung persamaan, yaitu : memperoleh informasi, menangkap isi,
memahami makna komunikasi. (Tarigan;1980 : 9-10).
b. Tujuan
Menyimak
Tujuan orang
untuk menyimak antara lain:
1. Menyimak bertujuan untuk belajar
2. Menyimak
bertujuan untuk menikmati
3. Menyimak
bertujuan untuk mengevaluasi
4. Menyimak
bertujuan untuk mengapresiasi
5. Menyimak
bertujuan untuk mengkomunikasikan ide-ide
6. Menyimak
bertujuan untuk membedakan bunyi-bunyi
7. Menyimak
bertujuan untuk memecahkan masalah.
c. Aspek Keterampilan Menyimak
Aspek – aspek yang harus diperhatikan dalam
keterampilan menyimak yaitu:
(1) Penyimak
(2) Pembicara
(3) Bahan Simakan
1. Penyimak
Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas. Jika penyimak memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, ia dapat melakukan kegiatan
menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak yang dapat
melakukan kegiatan menyimak dengan intensif. Penyimak seperti itu akan selalu mendapatkan
pesan pembicara secara tepat. Hal itu akan lebih sempurna jika ia ditunjang
oleh, pengetahuan dan pengalamannya.
Penyimak yang baik adalah penyimak yang memiliki tiga
sikap berikut ini (Suyono dan Kamijan 2002:17)
a. Bersikap objektif terhadap bahan simakan. Penyimak
sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal di luar kegiatan menyimak,
seperti pembicara, ruang, suasana, sarana, dan prasarana.
b. Bersikap kooperatif, penyimak harus bersia untuk
bekerja sama dengan pembicara untuk keberhasilan komunikasi.
c. Bahan simakan harus
komunikatif, berupa konsep, gagasan, dan informasi yang jelas.
2.
Pembicara
Yang dimaksudkan dengan pembicara ialah orang
yang menyampaikan pesan yang. berupa informasi yang dibutuhkan oleh penyimak.
Dalam komunikasi lisan, pembicara ialah narasumber pembawa pesan, sedang lawan
bicara ialah orang yang menerima pesan (penyimak).
Ciri-ciri pembicara yang baik :
a.
Mereka
memandang suatu hal dari sudut pandang yang baru.
b.
Mereka
mempunyai cakrawala luas.
c.
Mereka
sangat ingin tahu. Mereka bertanya, “Mengapa?” Mereka ingin tahu lebih banyak
mengenai apa yang Anda katakan.
d.
Mereka
menunjukkan empati. Merekaberusahamenempatkan diri mereka pada posisi Anda
untuk memahami apa yang Anda katakan.
e.
Mereka
mempunyai selera humor, dan tidak keberatan mengolok-olok diri sendiri.
f.
Mereka
punya gaya bicara sendiri.
3.
Bahan simakan
Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi lisan,
terutama dalam menyimak. Yang dimaksudkan dengan bahan simakan ialah pesan yang
disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep,
gagasan, atau informasi. Jika pembicara tidak dapat menyampaikan bahan simakan
dengan baik, pesan itu tidak dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan
terjadinya kegagalan dalam komunikasi. Selain
itu bahan simakan juga perlu dikaji :
·
Tujuan
pembicara, dengan mencari tujuan pembicara, penyimak akan mudah menangkap
maksud, mendapatkan fakta, mendapatkan inspirasi, menganalisis gagasan
pembicara, mengevaliasi, dan mencari hiburan.
·
Urutan
pembicara, agar lebih mudah pemyimak mencari pesan pembicara. Walaupin
pembicara berkata agak cepat, penyimak dapat mengikuti dengan hati-hatidan
mendapatkan gambaran tentang pengurutan penyajian. Urutan penyajian terdiri
dari tiga komponen, yaitu pembuka,
isi, penutup.
·
Topik
utama pembicara, topik utama ialah topik yang selalu dibicarakan, dibahas dan
dianalisisi pembicaraan berlangsung. Dengan mengetahui topik utama penyimak
dapat memprediksi apa saja yang akan dibicarakan dalam komunikasi lisan.
·
Topik
bawahan, umumnya pembicara akan membagi topik utama menjadi topik bawahan.hal
itu agar pesan yang disampaikan penyimak mudah dicerna oleh pendengar.
·
Akhir
pembicaraan, akhir pembicaraan biasanya terdiri atas, kesimpulan, himbauan, dan
saran.
Bahan simakan yang dapat menarik perhatian haruslah memenuhi butir-butir berikut ini:
1.
Tema Harus up-to-date. Bahan-bahan mutakhir
yang terbaru, yang muncul dalam kehidupan biasanya menarik perhatian.
2.
Tema Terarah dan Sederhana. Tema
pembicaraan jangan terlalu luas. Cakupan pembicaraan yang terlalu luas takkan
terjangkau oleh para penyimak.
3.
Tema dapat menambah pengalaman dan pemahaman. Dari
pembicaraan seseorang, biasanya kita mengharapkan adanya hal-hal yang dapat
menambah pengetahuan.
4.
Tema bersifat sugestif dan evaluatif. Tema
atau topik pembicaraan haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga merangsang
penyimak untuk berbuat dengan tepat.
5.
Tema bersifat motivatif. Topik atau tema
pembicaraan seyogyanya dapat memberikan dorongan kuat untuk berbuat lebih giat
dan lebih baik.
6.
Pembicara harus dapat menghibur.
Manusia hidup membutuhkan hiburan, apalagi setelah bekerja berat seharian.
7.
Bahasa sederhana mudah dimengerti.
Banyak orang beranggapan bahwa suatu ceramah, kuliah, atau pembicaraan yang
bermutu harus diiringi oleh kata-kata yang pelik, istilah-istilah baru, dan
kalimat-kalimat yang panjang serta rumit.
8.
Komunikasi dua arah. Alangkah baiknya jika
suatu ceramah memberi kesempatan bertanya atau mengemukakan pendapat kepada
para penyimak.
d.
Jenis-jenis Menyimak
Pengklasifikasian menyimak berdasarkan:
1.
Sumber suara
Berdasarkan sumber suara yang disimak, penyimak
dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Intrapersonal
listening atau menyimak intrapribadi
b.Interpersonal
listening atau penyimak antarpribadi
2. Cara penyimak menyimak bahan yang disimak
Berdasarkan cara penyimakan bahan yang disimak,
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Menyimak
Ekstensif, yang terdiri atas; menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak
estetik, dan menyimak pasif. Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah
sejenis kegiatan menyimakmengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas
terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang
guru (Tarigan, 1987:35-36).
Penggunaan yang paling dasar adalah untuk menangkap atau
mengingat kembali bahan yang telah dikenal atau diketahui dalam suatu
lingkungan baru dengan cara baru. Keuntungan mengingatkan bahan lama kepada
para siswa, bahwa mereka melihat hal itu secara wajar dalam lingkungan yang
asli dan alamiah, bukan hanya sekedar dalam hubungan kelas, tempat pertama kali
disajikan secara formal.
Yang termasuk kelompok menyimak ekstensif sebagai berikut:
a) Menyimak sekunder adalah proses mendengarkan yang terjadi secara
kebetulan. Misalnya, seseorang sedang membaca suatu bacaan sambil mendengarkan
percakapan orang lain, siaran radio, suara televisi, atau yang lainnya.
b) Menyimak sosial adalah proses mendengarkan yang dilakukan oleh
masyarakat dalam kehidupan sosial atau di tempat umum seperti di pasar,
terminal, stasiun, kantor pos, atau di tempat yang umum lainnya.
c) Menyimak estetika atau menyimak apresiatif yaitu proses mendengarkan untuk menikmati dan
menghayati keindahan misalnya;mendengarkan pembacaan puisi, rekaman drama,
cerita, lagu, dan yang sejenisnya.
d) Menyimak pasif adalah proses mendengarkan suatu yang dilakukan
tanpa sadar. Misalnya, kita tinggal di suatu daerah yang menggunakan bahasa
daerah, sedangkan kita sendiri menggunakan bahasa nasional. Setelah beberapa
lama tanpa disadari kita mampu menggunakan bahasa daerah tersebut. Kemampuan
menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan tanpa sengaja dan tanpa sadar.
Namun, kenyataannya orang mampu menggunakan bahasa daerah dengan baik.
2. Menyimak
Intensif terdiri atas; menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak
kreatif, menyimak eksplorasif, menyimak interogatif, dan menyimak selektif
(Tarigan, 1987:35).
Tarigan (1987:40) menyatakan bahwa
“menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi,
dikontrol terhadap satu hal tertentu.” Dalam kegiatan ini diperlukan pengarahan
dari guru. Salah satu cara yang sederhana untuk melatih tipe menyimak seperti
ini adalah menyuruh siswa menyimak tanpa memberi teks tertulis sekali atau dua
kali, misalnya teks mengenai suatu paragraf yang mengandung beberapa penghubung
kalimat. Tugas siswa adalah mengisinya tanpa menyimak rekaman lagi. Kemudian
memberikan teks tertulis dengan mengosongkan tempat penghubung-penghubung
kalimat itu berada. Tugas siswa adalah mengisinya tanpa menyimak rekaman lagi.
Mungkin dalam kegiatan menyimak
intensif, dapat dikatakan sebagai kegiatan menyimak atau mendengarkan dengan
sempurna, tetapi belum tentu memahami maknanya. Oleh karena menyimak makna
merupakan suatu keterampilan penting untuk dikembangkan, haruslah disadari
benar-benar isi yang terkandung sebenarnya dari pesan tersebut dan berada dalam
jangkauan intlektual dan kedewasaan siswa.
Jenis-jenis menyimak yang termasuk ke dalam kelompok
menyimak intensif sebagai berikut.
a. Menyimak Kritis
Menyimak kritis (critical listening) adalah
“sejenis kegiatan menyimak untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga
butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan
alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat” (Tarigan,
1987:42).
Menyimak kritis lebih cendrung meneliti
letak kekurangan dan kekeliruan dalam pembicaraan seseorang karena dalam
menyimak secara kritis, segala ucapan atau informasi lisan yang disimak untuk
memproleh suatu kebenaran.
b. Menyimak Konsentratif
Menyimak konsentratif (concentrative
listening) sering juga disebut a study-type listening atau menyimak
yang merupakan sejenis telaah. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak
konsentratif ini adalah:
1) Mengikuti petunjuk yang terdapat
dalam pembicaraan.
2) Mencari dan merasakan hubungan-hubungan
seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan serta sebab-akibat.
3) Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi
tertentu.
4) Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam.
5) Merasakan serta menghayati ide-ide
sang pembicara, sasaran maupun pengorganisasiannya.
6) Memahami urutan ide-ide sang pembicara.
7) Mencari dan mencatat fakta-fakta penting (Anderson dan
Dawson dalam Tarigan, 1987: 45).
c. Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif (creative listening)
merupakan kegiatan menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi
imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta
perasaan-perasaan yang menggambarkan keindahan yang dirangsang oleh apa-apa
yang disimaknya (Dawson dalam Tarigan, 1987: 46).
d. Menyimak Eksploratif
Tarigan (1987:47) menyatakan bahwa
“menyimak eksploratif (exploratory listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah
dan lebih sempit.” Dalam menyimak seperti ini sang penyimak menyiagakan perhatiannya
untuk menjalani serta menemukan hal-hal yang menarik sebagai informasi tambahan
mengenai suatu topik.
e. Menyimak Interogatif
Tarigan menyatakan pengertian mengenai
menyimak interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan
perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara, karena sang
penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan (1987:48).
Dalam kegiatan menyimak interogatif ini
sang penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan
informasi dengan cara mengintrogasi atau menanyai sang pembicara.
f. Menyimak Selektif
Merdhana (1987:32) menyatakan bahwa “menyimak selektif (selective
listening) adalah menyimak suatu wacana yang disertai dengan seleksi
tertentu terhadap kebahasaannya di samping terhadap isi pesan itu.” Dalam
menyimak selektif, penyimak mungkin berhadapan dengan pesan-pesan yang tidak
perlu.
e.
Apek Penilaian Menyimak
1)
Menyimak
Berita
Untuk penilaian menyimak berita,
dapat dilihat dari :
a) Aspek kebahasaan yang terdiri atas indikator (a) Nada/irama, (b) Diksi, (c) Struktur
kalimat.
b)
Aspek nonkebahasaannya dengan
indikatornya : (a) Penguasaan topik, (b) Keberanian, (c) Penalaran, dan (d)
Gerak/mimik. Masing-masing indikator diberi nilai/skor.
2)
Menyimak
Wawancara
Penilaian menyimak
wawancara dapat dilakukan dengan melihat kemampuan:
Aspek
kebahasaan :
a)
Pemahaman isi
b)
Ketepatan penangkapan isi
c)
Ketahanan konsentrasi
Aspek
pelaksanaan dan sikap :
a)
Menghormati
b)
Menghargai
c)
Kritis
3)
Menyimak
Laporan Perjalanan
Penilaian menyimak laporan perjalanan
dapat dilihat dari :
Aspek
kebahasaan :
a)
Pemahaman isi
b)
Kelogisan penafsiran
c)
Ketahanan konsentrasi
Aspek
pelaksaan dan sikap :
a)
Menghargai
b)
Kesungguhan
c)
Kritis
4)
Menyimak
Pidato
Menyimak pidato adalah
kegiatan untuk mendapatkan informasi dan juga menambah wawasan. Dengan
bertambahnya pengetahuan dan wawasan seseorang akan lebih mampu berpikir dan
bertindak. Materi pidato dapat diambil secara
langsung maupun melalui rekaman kaset atau video. Supaya simakan menarik
perhatian siswa, sebaiknya materi memiliki persyaratan antara lain : a) menarik; b)aktual; c) bahasanya komunikatif.
Setelah
siswa menyimak, tugas siswa selanjutnya adalah :
a.
Menjawab pertanyaan yang sudah
disiapkan oleh guru,
b.
Menemukan hal-hal yang penting dalam pidato,
c.
Menyimpulkan isi pidato.
Penilaian
menyimak pidato ini dapat dilakukan dengan melihat kemampuan siswa memahami
pidato lewat aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.
5)
Menyimak
Dialog
Penilaian menyimak dialog dapat dilakukan dengan melihat
kemampuan siswa melalui :
Aspek
kebahasaan :
a) Pemahaman
isi
b) Kelogisan
berpikir
c)
Struktur kalimat
Aspek
pelaksanaan dan sikap:
a) Menghargai
b) Konsentrasi/kesungguhan
c)
Kritis
d) Penalaran
f.
Tahap-tahap Menyimak
Tarigan, (1990: 58)
menjelaskan tahapan-tahapan menyimak, yaitu
1)
Mendengarkan
merupakan tahap mendengarkan pembicaraan.
2)
Memahami adalah tahap memahami isi pembicaraan.
3)
Menginterpretasi adalah tahap menafsirkan isi yang
tersirat dalam pembicaraan.
4)
Mengevaluasi adalah tahap menafsirkan isi yang
tersirat dalam pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara yang selanjutnya
menanggapinya
Menurut
Ruth G. Strickland, terdapt 9 tahap menyimak yang secara berurutan mulai dari
yang tidak berketentuan sampai kepada yang amat bersungguh-sungguh. Tahap-tahap
tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut:
1) Menyimak
secara sadar yang bersifat berkala hanya terjadi pada saat-saat sang anak
merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.
2) Selingan-selingan
atau gangguan-gangguan yang sering terjadi sebaik dia mendengarkan secara
intensional (disengaja) tetapi bersifat dangkal (superficial).
3) Setengah
mendengarkan sementara dia menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi
hatinya, mengutarakan apa yang terpendam dalam hatinya.
4) Penyerapan,
absorbs, keasyikan yang nyata selama resepsi atau penangkapan pasif yang
sesungguhnya.
5) Menyimak
sekali-sekali menyimpan sebentar-sebentar dimana perhatian yang seksama
bergantian dengan keasyikan, dengan ide-ide yang dibawa oleh kata-kata sang
pembicara kedalam hati dan pikiran.
6) Menyimak
asosiatif dimana pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan diingat sehingga
si penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan
oleh si pembicara.
7)
Reaksi berkala terhadap pembicara
dengan membuat komentar atau mengajukan pertanyaan.
8)
Menyimak secara saksama dan
sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara.
9) Menyimak secara aktif mendapatkan serta menemukan pikiran
serta pendapat sang pembicara (strickland; 1957. Dawson [et
al];1963:154).
g. Perkembangan Menyimak Peserta Didik
Tahap sensorimotor ke tahap praoperasional (pada usia
sekitar 2 tahun) dan mulai berbicara dan menggunakan pikiran-pikiran
atau konsep-konsep untuk memahami dunia mereka. Meskipun demikian, selama tahap praoperasional, pikiran-pikiran mereka
masih pralogis, terkait dengan tindakan-tindakan fisik dan cara bagaimana
benda-benda tampak pada mereka. Kebanyakan peserta didik tetap berada pada tahap praoperasional perkembangan kognitif sampai mereka
berusia 7 atau 8 tahun. Normalnya anak-anak mengembangkan
keterampilan-keterampilan berbahasa dasar sebelum masuk sekolah. Perkembangan bahasa meliputik komunikasi lisan dan tertulis.
Kemampuan-kemampuan
verbal berkembang amat dini, dan
menjelang usia 3 tahun, peserta
didik-peserta didik sudah menjadi pengoceh yang terampil. Pada akhir masa anak usia dini, mereka dapat
menggunakan dan memahami sejumlah besar kalimat, dapat terlibat dalam
pembicaraan yang berkelanjutan, dan mengetahui tentang bahasa tulisan (Gleason, 1981).
Meskipun terdapat
perbedaan individual dalam kecepatan peserta didik memperoleh kemampuan
berbicara anak-anak
mengembangkan keterampilan-keterampilan berbahasa dasar sebelum masuk sekolah.
Pada sekitar usia 1
tahun, anak-anak mengucapkan ungkapan-ungkapan satu-kata seperti da-da dan
mama. Kata-kata ini secara khusus menyatakan objek-objek dan kejadian-kejadian.
Pada sekitar usia 1
tahun, anak-anak dari lahir sampai kurang lebih usia 2 tahun, bayi memahami
dunia mereka melalui pancaindera mereka. Meskipun demikian, selama tahap praoperasional,
pikiran-pikiran mereka masih pralogis, terkait dengan tindakan-tindakan fisik
dan cara bagaimana benda-benda tampak pada mereka.
Pada usia 2
tahun, bayi memahami dunia mereka melalui pancaindera mereka. Pengetahuan
mereka didasarkan pada tindakan-tindakan fisik, dan pemahaman mereka terbatas
pada kejadian-kejadian saat ini atau tidak jauh dari waktu lampau. Hanya
apabila anak-anak mengalami transisi dari tahap sensorimotor ke tahap
praoperasional (pada usia sekitar 2 tahun) dan mulai berbicara dan
menggunakan pikiran-pikiran atau konsep-konsep untuk memahami dunia mereka.
Meskipun demikian, selama tahap praoperasional, pikiran dini, dan
menjelang usia 3 tahun, peserta didik-peserta didik sudah menjadi pengoceh yang
terampil. Meskipun terdapat perbedaan individual dalam kecepatan peserta didik
memperoleh kemampuan berbahasa, urutan perolehan itu serupa untuk seluruh
peserta didik.
Pada
tahun 1949 Tulare County Schools telah menyusun sebuah buku petunjuk menegenai
keterampilan berbahasa yang disebut Tulare County Cooperative Language Arts
Guide khusu smengenai keterampilan berbahasa menyimak adalah sebagai berikut:
1.
Taman Kanak-Kanak( 4,5 tahun-6tahun)
a. Menyimak pada teman-teman sebaya dalam
kelompok-kelompok bermain.
b. Mengembangkan waktu perhatian yang amat panjang
terhadap cerita-cerita.
c. Dapat mengingat
petunjuk-petunjuk dan pesan-pesan sederhana.
2.
Kelas satu ( 5,5 tahun- 7
tahun)
a. Menyimak untuk menjelaskan atau menjernihkan pemikiran
atau untuk mendapatkan jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan.
b. Dapat
mengulangi secara tepat apa-apa yang telah didengarnya.
c. Menyimak bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata dan
lingkungan.
3.
Kelas dua (6,5 tahun-8 tahun)
a. Menyimak dengan
kemampuan memilih yang meningkat.
b. Membuat saran dan usul-usul dan mengemumakan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek pengertiannya.
c. Sadar akan situasi-situasi bila sebaiknya menyimak,
bia sebaiknya tidak usah menyimak.
4.
Kelas tiga dan empat
(7,5-10 tahun)
a. Sungguh-sungguh sadar akan nilai menyimak sebagai
suatu sumber informasi dan kesenangan.
b. Menyimak pada laporan-laporan orang lain, pita-pita
rekaman laporan-laporan mereka sendiri, dan saran-saran radio dengan maksud
tertentu sert pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan hal itu.
c. Memperlihatkan keangkuhan dengan kata-kata atau
ekspresi-ekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.
5.
Kelas lima dan enam ( 9,5
tahun-12 tahun)
a. Menyimak secara kritis terhadap kekeliruan-kekeliruan,
kesalahan-kesalahan, dan tuntutan –tuntutan yang keliru.
b. Menyimak pada aneka ragam cerita puisi, rima
kata-kata, dan memperoleh kesenangan dalam memenuhi tipe-tipe baru (Anderson,
1972 :22-23).
10 comments:
bagaimana dengan penilaian aspek menyimak melalui lagu. mohon penjelasannua. terimakasih.
Terima kasih kunjungannya dan salam kenal..
Mmm.. menyimak lagu apakah masuk dalam wilayah Bahasa Indonesia?
Kalau masuk dalam SBK bagaimana?
Jadi penilaiannya dapat mengikuti kriteria SBK
Assalamualaikum wr wb..
apa saja indikator penilaian dalam menyimak, sehingga pembelajaran tersebut dapat dikatakan sukses?
makasih, informasi tentang pengertian menyimak ini sangat bermanfaat.
Terimakasih,dengan ini saya dapat dengan mudah memahami materi menyimak ini :D
Terimakasih,dengan ini saya dapat dengan mudah memahami materi menyimak ini :D
Terimakasih,dengan ini saya dapat dengan mudah memahami materi menyimak ini :D
bagaimana kalau aspek penilaian cerita anak?
terima kasih banyak ilmunya,,
tapi bagaimana cara copy file'nya ke word..???
buat tugas kuliah,,,
Assalamualaikum wr wb ..
apa saja indikator penilaian dalam menyimak, sehingga pembelajaran tersebut dapat berhasil?
Post a Comment