a.
Pengertian Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan gagasan, pikiran
dan perasaan. Secara lebih luas, berbicara dapat dikatakan sebagai suatu sistem
tanda-tanda yang dapat didengar (audible)
dan dapat dilihat (visible) yang
memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan
tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi,
berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan
faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik sedemikian
ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling
penting bagi kontrol sosial.
Dengan demikian, berbicara itu lebih dari sekedar pengucapan bunyi-bunyi
atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan yang
disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sang pendengar atau
penyimak.
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianyalah sang pembicara memahami
makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi
efek komunikasinya terhadap pendengarnya dan harus mengetahui prinsi-prinsip
yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu :
1. memberitahukan dan melaporkan ( to
inform )
2. menjamu dan menghibur ( to
entertain )
3. membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan ( to persuade )
Gabungan atau campuran dari maksud-maksud itupun mungkin saja terjadi.
Suatu pembicaraan misalnya mungkin saja merupakan gabungan dari melaporkan dan
menjamu begitu pula mungkin sekaligus menghibur dan meyakinkan ( Ochs and
Winker, 1979:9 )
Beberapa prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara antara lain:
1.
Membutuhkan paling sedikit dua orang.
2.
Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami
bersama.
3.
Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum.
4.
Merupakan suatu pertukaran antara partisipan.
5.
Menghubungkan setiap pembicaraan dengan yang
lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera.
6.
Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.
7.
Hanya melibatkan aparant atau perlengkapan yang
berhubungan dengan suara/bunyi bahasa dan pendengaran.
8.
Secara tidak pandang bulu menghadapi serta
memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil.
Seorang pembicara yang baik membuat ia menjadi
penyimak yang baik pula.
Keberhasilan seseorang berkomunikasi dalam masyarakat menunjukkan
kematangan atau kedewasaaan pribadinya. Ada empat ketrampilan utama yang
merupakan ciri pribadi dewasa yaitu:
1. Keterampilan sosial, kemampuan berpartisipasi secara efektif dalam
hubungan-hubungan masyarakat. ketrampilan ini menuntut agar kita mengetahui apa
yang harus dibicarakan, bagaimana cara mengatakannya, apabila mengatakannya,
kapan tidak mengatakannya.
2. Keterampilan semantik, kemampuan mempergunakan kata-kata dengan tepat
arti.
3. keterampilan fonetik, kemampuan membentuk unsur-unsur fonemik bahasa
kita secara tepat.
4. Keterampilan vokal, kemampuan
menciptakan efek emosional yang diinginkan dengan suara.
b.
Ragam Berbicara
Secara garis besar, berbicara dapat dibagi atas :
1. Berbicara di muka umum ( public
speaking ) mencakup 4 jenis, yaitu :
a. berbicara untuk melaporkan ;
b. berbicara secara kekeluargaan ;
c. berbicara untuk meyakinkan ;
d. berbicara untuk merundingkan.
2. Berbicara pada konferensi, yang meliputi :
a. Diskusi kelompok, yang dapat dibedakan atas :
1) Tidak resmi, dan masih dapat diperinci lagi atas :
-
kelompok studi.
-
kelompok pembuat kebijaksanaan.
-
Komite.
2) Resmi, yang mencakup pula :
-
Konferensi.
-
Diskusi panel.
-
Simposium
b. Prosedur parlementer
c. Debat
c.
Metode Penyampaian dan Penilaian Berbicara
Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, pendengar atau pemirsa,
ataupun waktu untuk persiapan dapat menentukan metode penyajian. Sang pembicara
sendiri dapat menentukan yang terbaik dari empat metode berbicara yang mungkin dipilih, yaitu
:
1. penyampaian secara mendadak (serta-merta);
2. penyampaian dengan membuat garis besar
(impromptu) ;
3. penyampaian dari naskah ;
4. penyampaian dengan menghafal.
Cara manapun yang dipilih untuk menyampaikan sesuatu
pembicaraan, yang terpenting adalah bahwa usaha kita berhasil ; komunikasi
berjalan lancar. Oleh karena itu, ada baiknya bila kita mengetahui pula cara
mengevaluasi keterampilan berbicara.
Ada lima faktor dalam mengevaluasi keterampilan berbicara, yaitu :
1. Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal dan konsonan) diucapkan dengan
tepat ?
2. apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara, serta tekanan suku
kata, memuaskan?
3. Apakah ketepatan dan ketetapan
ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi internal memahami
bahasa yang digunakan ?
4. Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat?
5. Sejauh manakah kewajaran atau kelancaran ataupun ke-native-speaker-an (keaslian bahasa) yang tercermin bila
seseorang berbicara ?
Hal-hal tersebut kita kemukakan karena merupakan kenyataan yang tidak
dapat dipungkiri bahwa “kemampun berbicara secara efektif merupakan suatu unsur
penting terhadap keberhasilan kita dalam semua bidang kehidupan”.
d.
Aspek Berbicara
Dalam
berbicara ada faktor yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) pembicara, dan (2)
pendengar. Kedua faktor tersebut akan menentukan berhasil atau tidaknya
kegiatan berbicara. Di bawah ini kedua faktor tersebut akan dibahas
satu-persatu.
a. Pembicara
Pembicara
adalah salah satu faktor yang menimbulkan terjadinya kegiatan berbicara. Dan, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pembicara untuk melakukan
kegiatannya, yaitu:
1) Pokok Pembicaraan
Isi
atau pesan yang menjadi pokok pembicaraan hendaknya memperhatikan hal-hal
berikut ini.
(a) Pokok pembicaraan
bermanfaat bagi pendengar baik berupa informasi maupun pengetahuan.
(b) Pokok pembicaraan
hendaknya serba sedikit sudah diketahui dan bahan untuk memperluas pembicaraan
yang sudah diketahui itu lebih mudah diperoleh.
(c) Pokok pembicaraan
menarik untuk dibahas baik oleh pembicara maupun bagi pendengar. Pokok
pembicaraan yang menarik biasanya pokok pembicaraan seperti berikut:
merupakan
masalah yang menyangkut kepentingan bersama;
merupakan
jalan keluar dari suatu persoalan yang tengah dihadapi;
merupakan
persoalan yang ramai dibicarakan dalam masyarakat atau persoalan yang jarang
terjadi;
mengandung
konflik atau pertentangan pendapat.
(d) Pokok pembicaraan
hendaknya sesuai dengan daya tangkap pendengar; tidak melebihi daya intelektual
pendengar atau sebaliknya, lebih mudah.
2) Bahasa
Bagi
pembicara, bahasa merupakan suatu alat untuk menyampaikan pesan kepada orang
lain. Oleh karena itu, pembicara mutlak harus menguasai faktor kebahasaan. Di
samping itu, pembicara juga harus menguasai faktor nonkebahasaan. Faktor-faktor
tersebut akan dibahas berikut ini.
a. Faktor Kebahasaan
Faktor
kebahasaan yang terkait dengan keterampilan berbicara antara lain sebagai
berikut.
(1) Ketepatan pengucapan
atau pelafalan bunyi
Pembicara
harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Hal ini
dapat dilakukan dengan berlatih mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. Pengucapan
bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar. Memang
pola ucapan dan artikulasi yang kita gunakan tidak selalu sama, masing-masing
kita mempunyai ciri tersendiri. Selain itu ucapan kita juga sering dipengaruhi
oleh bahasa ibu. Akan tetapi, jika perbedaan itu terlalu mencolok sehingga
menjadi suatu penyimpangan, maka keefekvifan komunikasi akan terganggu.
Sampai
saat ini lafal bahasa Indonesia belum dibakukan, namun usaha kearah itu sudah
lama dikemukakan adalah bahwa ucapan atau lafal yang baku dalam bahasa
Indonesia adalah ucapan yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau
ciri-ciri lafal daerah.
Di
bawah ini disajikan pelafalan huruf, suku kata dan kata yang belum sesuai dengan
pelafalan bunyi bahasa Indonesia.
(a) Pelafalan /c/ dengan
/se/
WC
dilafalkan /we –se/ seharusnya we-ce
AC
dilafalkan /a-se/ seharusnya /a-ce/
TC
dilafalkan /te-se/ seharusnya /te-ce/
(b) Pelafalan /q/ dengan
/kiu/
MTQ
dilafalkan / em-te-kiu/ seharusnya /em-te-ki
PQR
dilafalkan /pe-kiu-er/ seharusnya /pe-ki-er/
(c) Pelafalan /e/ sebagai
/e’/ taling
E
dengan dilafalkan dengan / dengan /seharusnya / dengan
ke
mana dilafalkan ke mana/ kE mana /seharusnya /kemana/
berapa
dilafalkan berapa /bErapa / seharusnya / b rapa /
esa
dilafalkan esa / Esa / seharusnya / sa /
ruwet
dilafalkan /ruwEt / seharusnya / ruw t /
peka
dilafalkan / pe – ka / seharusnya peka
lengah
dilafalkan / l nah / seharusnya lengah /lEngah/
(d) Pelafalan diftong /au/
dengan /o/
kalau
dilafalkan / kalo / seharusnya / kalaw/
saudara
dilafalkan / sodara / seharusnya / sawdara /
(e) Pelafalan diftong /ai /
sebagai /e /
Pakai
dilafalkan / pake/ seharusnya / pakay /
balai
dilafalkan / bale / seharusnya / balay /
(f) Pelafalan / k / dengan
bunyi tahan glotal (hamzah)
pendidikan
dialafalkan / pendidi an / seharusnya /pendidikan/
kemasukan
dilafalkan / kemasu an / seharusnya / kemasukan /
Tahun
dilafalkan / taun / seharusnya / tahun /
Lihat
dilafalkan / liat / seharusnya / lihat /
Pahit
dilafalkan / pait / seharusnya / pahit /
(2) Penempatan Tekanan,
Nada, Jeda, Intonasi dan Ritme
Penempatan
tekanan, nada, jangka, intonasi dan ritme yang sesuai akan merupakan daya tarik
tersendiri dalam benrbicara; bahkan merupakan faktor penentu dalam keefektivan
berbicara. Suatu topik pembicaraan mungkin akan kurang menarik, namun dengan
tekanan, nada, jangka dan intonasi yang sesuai akan mengakibatkan pembicaraan
itu menjadi menarik. Sebaliknya, apabila penyampaiannya datar saja, dapat menimbulkan kejemuan bagi pendengar dan
keefektivan berbicara akan berkurang.
Kekurangtepatan
dalam penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme dapat menimbulkan
perhatian pendengar beralih kepada cara berbicara pembicara, sehingga topik
atau pokok pembicaraan yang disampaikan kurang diperhatikan. Dengan demikian
keefektivan berbicara menjadi terganggu.
(3) Pemilihan kata dan
ungkapan yang baik, Konkret, dan bervariasi.
(4) Kata dan ungkapan yang
kita gunakan dalam berbicara hendaknya baik, konkret, dan bervariasi. Pemilihan
kata dan ungkapan yang baik, maksudnya adalah pemilihan kata yang tepat dan
sesuai dengan keadaan para pendengarnya. Misalnya, jika yang menjadi
pendengarnya para petani, maka kata-kata yang dipilih adalah kata-kata atau
ungkapan yang mudah dipahami oleh para petani.
Pemilihan
kata dan ungkapan harus konkret, maksudnya pemilihan kata atau ungkapan harus
jelas, mudah dipahami para pendengar.
Kata-kata yang jelas biasanya kata-kata yang sudah dikenal oleh
pendengar yaitu kata-kata popular.
Pemilihan
kata atau ungkapan yang abstrak akan menimbulkan kekurangjelasan pembicaraan.
Pemilihan
kata dan ungkapan yang bervariasi, maksudnya pemilhan kata atau ungkapan dengan
bentuk atau kata lain lebih kurang maknanya sama dengan maksud agar pembicaraan
tidak menjemukan pendengar.
(5) Ketepatan Susunan Penuturan
Susunan
penuturan berhubungan dengan penataan pembicaraan atau uraian tentang sesuatu.
Hal ini menyangkut penggunaan kalimat. Pembicaraan yang menggunakan kalimat
efektif akan lebih memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraan.
b. Faktor Nonkebahasaan
Faktor-faktor
nonkebahasaan mencakup
a) Sikap yang Wajar,
Tenang, dan Tidak Kaku
Dalam
berbicara, kita harus bersikap wajar, tenang, dan tidak kaku. Bersikap wajar,
berarti berbuat biasa sebagaimana adanya tidak mengada-ada. Sikap yang yang
tenang adalah sikap dengan perasaan hati yang tidak gelisah, tidak gugup, dan
tidak tergesa-gesa. Sikap tenang dapat menjadikan jalan pikiran dan pembicaraan
menjadi lebih lancar. Dalam berbicara tidak boleh bersikap kaku, tetapi harus
bersikap luwes dan fleksibel.
b) Pandangan Diarahkan
kepada Lawan Bicara
Pada
waktu berbicara pandangan kita harus diarahkan lawan bicara, baik dalam
pembicaraan perseorangan maupun kelompok. Pandangan pembicara yang tidak
diarahkan kepada lawan bicara akan mengurangi keefektivan berbicara, di samping
itu, juga kurang etis. Banyak pembicara yang tidak mengarahkan pandangannya
kepada lawan bicaranya, tetapi melihat ke bawah dan ke atas. Hal ini
mengakibatkan perhatian pendengar menjadi berkurang.
c) Kesediaan Menghargai
Pendapat Orang Lain
Menghargai
pendapat orang lain berarti menghormati atau mengindahkan pikiran orang lain,
baik pendapat itu benar maupun salah. Jika pendapat itu benar maka pendapat
itulah yang harus kita perhatikan dan jka pendapat itu salah pendapat itu pun
harus kita hargai karena memang itulah pengetahuan dan pemahamannya.
d) Kesediaan Mengoreksi
Diri Sendiri
Mengoreksi
diri sendiri berarti memperbaiki kesalahan diri sendiri. Kesediaan memperbaiki
diri sendiri adalah sikap terpuji. Sikap seperti ini sangat diperlukan dalam
kegiatan berbicara agar diperoleh kebenaran atau kesepakatan. Sikap ini
merupakan dasar bagi pembinaan jiwa yang demokratis.
e) Keberanian Mengemukakan
dan Mempertahankan Pendapat
Dalam
kegiatan berbicara terjadi proses lahirnya buah pikiran atau pendapat secara
lisan. Untuk dapat mengungkapkan pendapat tentang sesuatu diperlukan
keberanian. Seseorang mengemukakan pendapat di samping memiliki ide atau
gagasan, juga harus memiliki keberanian untuk mengemukakannya. Ada orang yang
mempunyai banyak ide namun ia tidak dapat mengungkapkannya karena ia tidak
memiliki keberanian. Atau, sebaliknya ada orang yang berani mengungkapkan
pendapat namun ia tidak atau kurang idenya sehingga apa yang ia ungkapkan
terkesan asal bunyi.
f)
Gerak
– gerik dan Mimik yang Tepat
Salah
satu kelebihan dalam kegiatan bericara dibandingkan dengan kegiatan berbahasa
yang lainnya adalah adanya gerak-gerik dan mimik yang dapat memperjelas atau
menghidupkan pembicaraan. Gerakgerik dan mimik yang tepat akan menunjang
keefektivan berbicara. Akan tetapi gerak-gerik yang berlebihan akan mengganggu
keefektivan berbicara.
g) Kenyaringan Suara
Kenyaringan
suara perlu diperhatikan oleh pembicara untuk menunjang keefktivan berbicara.
Tingkat kenyaringan suara hendaknya disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah
pendengar, dan akustik yang ada. Jangan sampai suara terlalu nyaring atau
berteriak-teriak di tempat atau akustik yang terlalu sempit; atau sebaliknya,
suara terlalu lemah pada ruangan yang luas, sehingga tidak dapat ditangkap oleh
semua pendengar.
h) Kelancaran
Kelancaran
seseorang dalam berbicara akan memudahkan pendengar menagkap isi
pembicaraannya. Pembicaraan yang terputus-putus atau bahkan diselingi dengan
bunyi-bunyi tertentu, misalnya, e…, em…, apa itu.., dapat mengganggu
penangkapan isi pembicaraan bagi pendengar. Di samping itu, juga jangan
berbicara terlalu cepat sehingga menyulitkan pendengar sukar menangkap isi atau
pokok pembicaraan.
i)
Penalaran
dan Relevansi
Dalam
berbicara, seorang pembicara hendaknya memperhatikan unsur penalaran yaitu cara
berpikir yang logis untuk sampai kepada kesimpulan. Hal itu menunjukkan bahwa
dalam pembicaraan seorang pembicara terdapat urutan pokok-pokok pikiran logis
sehingga jelas arti atau makna pembicaraannya. Relevansi berarti adanya
hubungan atau kaitan antara pokok pembicaraan dengan urainnya.
j)
Penguasaan
Topik
Pengauasaan
topik pembicaraan berarti pemahaman suatu pokok pembicaraan. Dengan pemahaman
tersebut seorang pembicara memiliki kesanggupan untuk mengemukakan topik itu
kepada para pendengar. Oleh karena itu, sebelum melakukan kegiatan berbicara di
depan umum seharusnya seorang pembicara harus menguasai topik terlebih dahulu.
Sebab, dengan penguasaan topik akan membangkitkan keberanian dan menunjang
kelancaran
Ada
empat aspek ketrampilan berbicara,
yaitu
a)
ketrampilan sosial (social skill) adalah kemampuan untuk berpartisipasi secara
efektif dalam hubungan-hubungan masyarakat. Ketrampilan sosial menuntut agar
kita mengetahui : apa yang harus dikatakan, bagaimana cara mengatakannya,
dimana mengatakannya, kapan tidak mengatakannya.
b) Keterampilan
semantik (semantic skill) adalah kemampuan untuk mempergunakan kata-kata dengan
tepat dan penuh pengertian. Untuk memperoleh ketrampilan semantik maka kita
harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai makna-makna yang terkandung dalam
kata-kata serta ketetapan dan kepraktisan dalam penggunaan kata-kata. Hanya
dengan cara inilah kata-kata dapat masuk dengan cepat dan mudah ke dalam
pikiran.
c) Ketrampilan fonetik
(phonetic skill) adalah kemampuan membentuk unsur-unsur fonemik bahasa kita
secara tepat. Ketrampilan
ini perlu karena turut mengemban serta menentukan persetujuan atau penolakkan
sosial. Ketrampilan ini merupakan suatu unsur dalam hubungan-hubungan
perorangan yang akan menentukan apakah seseorang itu diterima sebagai anggota
kelompok atau sebagai orang luar.
d) Ketrampilan
vokal (vocall skill) adalah kemampuan
untuk menciptakan efek emosional yang diinginkan dengan suara kita. suara yang
jelas, bulat, dan bergema menandakan orang yang berbadan tegap dan terjamin,
sedangkan suara yang melengking, berisik, atau serak parau memperlihatkan
kepribadian yang kurang menarik dan kurang meyakinkan.
Pada aspek kognitif, pada dasarnya terdiri dari
empat hal yang diperlukan dalam berbicara.
1) Pembicara
merupakan suatu makud, suatu makna yang diinginkannya dimiliki oleh orang lain,
yaitu :suatu pikiran.
2) Sang
pembicara adalah pemakai bahasa membentuk pikiran dan perasaan menjadi
kata-kata.
3) Sang
pembicara adalah suatu yang ingin disimak, ingin didengarkan, menyampaikan
maksud dan kata-katanya kepada orang lain melalui suara.
4) Sang
pembicara adalah suatu yang harus dilihat, memperlihatkan suatu tindakan yang
harus diperhatikan dan dibaca melalui mata.
Menurut Mulgrave (1954:ix)
berbicara dalam aspek kognitif dapat ditelaah menjadi:
1) mekanisme
bicara dan mendengar
2) latihan dasar
bagi ajaran dan suara
3) bunyi-bunyi
bahasa
4) diftong
5) konsonan.
Pada aspek ketrampilan mengelola
pembelajaran menurut Florez dalam Santrock (2008) mengemukakan berapa strategi yang dapat digunakan
oleh guru agar dapat berbicara secara jelas pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Strategi yang dimaksud oleh Florez adalah harus dilakukan dengan
menggunakan tata bahasa yang benar, kosa kata yang dapat dipahami dan tepat
pada perkembangan anak, melakukan penekanan pada kata-kata kunci atau dengan
mengulang penjelasan, berbicara dengan tempo yang tepat, tidak menyampaikan
hal-hal yang kabur, dan menggunakan perencanaan dan pemikiran logis sebagai
dasar berbicara secara jelas di kelas.
Salah satu faktor penting yang dapat
memaksimalkan kesempatan pembelajaran bagi anak adalah penciptaan lingkungan
pembelajaran yang kondusif. Lingkungan pembelajaran dalam hal ini, adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan.
Sedangkan kondusif berarti kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung
keberlangsungan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan interaksi
antara anak dengan lingkungannya, sehingga pada diri anak terjadi proses
pengolahan informasi menjadi pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil
dari proses belajar.
Prinsip
umum yang mendasari kegiatan berbicara, antara lain:
1) Membutuhkan
paling sedikit dua orang
2) Mempergunakan
suatu linguitik yang dipakai bersama
3) Mengakui atau
menerima suatu daerah referensi umum
4) Merupakan suatu
pertukaran antara partisipan.
e.
Perkembangan Berbicara pada Anak Sekolah Dasar
Linguis berkata bahwa berbicara adalah suatu ketrampilan berbahasa yang berkembang pada
kehidupan anak, yang hanya didahului oleh ketrampilan menyimak, dan pada masa
tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari secara berkelanjutan
terutama di sekolah. Berbicara sudah barang tentu berhubungan dengan
perkembangan kosa kata yang diperoleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan
membaca di sekolah. Kebelummatangan dalam perkembangan bahasa juga merupakan
suatu keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan berbahasa. Juga perlu kita sadari
bahwa keterampilan-keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan berbicara efektif
dalam ketrampilan berbahasa yang lainnya.
Anak SD sudah mampu memahami tata bahasa dengan baik, kosa kata yang
mereka kuasai mencapai kurang lebih seribu kata. Pada masa ini, anak-anak
jarang menggunakan kalimat-kalimat pasif, “conditional
sentence” serta kalimat-kalimat yang menyatakan masa lampau.
Pada usia ini, kemampuan bicara anak-anak menjadi sangat mirip dengan
orang dewasa. Mereka berbicara dalam kalimat yang lebih panjang dan lebih
rumit. Mereka menggunakan lebih banyak kata hubung, kata depan, dan artikel.
Mereka menggunakan kalimat kompleks dan dapat menangani semua bagian
pembicaraan. Selain itu, anak-anak pada usia ini berbicara secara lancar dan
benar, serta dapat dimengerti.
Ada dua proses yang memungkinkan perkembangan berbahasa, yaitu asimilasi
dan akomodasi. Asimilasi merupakan
proses kognitif yang menggabungkan informasi dari lingkungan ke dalam skemata
(pengetahuan awal) yang ada. Sebaliknya, akomodasi
adalah proses kognitif yang mengubah skemata yang ada atau membuat skemata baru
untuk menyesuaikan dengan lingkungan. Melalui asimilasi, anak-anak menambahkan
informasi baru ke dalam gambaran mereka tentang dunia; melalui akomodasi,
mereka mengubah gambaran mereka tentang dunia berdasarkan informasi baru.
TAHAP BERBICARA
1) Kurang dari 1 tahun
a)
Belum dapat mengucapkan
kata-kata.
b)
Belum menggunakan bahasa
dalam arti yang sebenarnya.
c)
Dapat membedakan beberapa ucapan orang
dewasa. (Eimas,
lewat Gleason, 1985: 2, dalam Zuchdi, 1996: 4)
2) Usia 1 tahun
a)
Mulai mengoceh.
b)
Bermain dengan bunyi
(bermain dengan jari-jari tangan dan kakinya)
c)
Perkembangan pada tahap
ini disebut pralinguistik.
d)
Ketika bayi dapat
mengucapkan beberapa kata, mereka memiliki ciri-ciri perkembangan yang
universal.
e)
Bentuk ucapan hanya satu
kata, sederhana, mudah diucapkan dan memiliki arti konkret (nama benda,
kejadian atau orang-orang di sekitar anak).
f)
Mulai pengenalan
semantik (pengenalan makna). (Gleason, 1985: 2)
3) Usia 2
tahun
a)
Mengetahui kurang lebih
memiliki 50 kata.
b)
Kebanyakan mulai
mencapai kombinasi dua kata yang dikombinasikan dalam ucapan-ucapan pendek
tanpa kata penunjuk, kata depan atau bentuk lain yang seharusnya digunakan.
c)
Mulai mengenal berbagai makna kata tetapi
tidak dapat menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin,
dan waktu terjadinya peristiwa.
d)
Mulai dapat membuat
kalimat-kalimat pendek.
4) Usia Taman Kanak-kanak
a)
Memiliki dan memahami
sejumlah besar kosa kata.
b)
Mampu membuat
pertanyaan-pertanyaan, kalimat majemuk dan berbagai bentuk kalimat.
c)
Dapat berbicara dengan
sopan dengan orang tua dan guru.
5) Usia Sekolah Dasar
a)
Peningkatan perkembangan bahasa, dari bahasa
lisan ke bahasa tulis.
b)
Peningkatan perkembangan
penggunaan bahasa
6) Usia Remaja
a)
Penggunaan bahasa yang khas sebagai bagian dari
terbentuknya identitas diri .
b)
Usia ini merupakan usia
yang sensitif untuk belajar berbahasa (Gleason, 1985: 6).
7) Usia Dewasa
a)
Terdapat
perbedaan-perbedaan yang besar antara individu yang satu dengan yang lainnya
dalam perkembangan bahasa sesuai dengan tingkat pendidikan, peranan dalam
masyarakat, dan jenis pekerjaan.
f.
Hubungan antara keterampilan berbicara dengan
keterampilan lainnya
1)
Hubungan
antara berbicara dengan menyimak
Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang
langung, merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication yang sangat erat, antara lain:
a)
Ujaran biasannya
dipelajari melalui menyimak dan meniru. Oleh karena itu, contoh atau model yang
disimak atau direkam oleh sang anak sangat penting dalam penugasan kecakapan
berbicara.
b)
Kata-kata yang akan dipakai
serta dipelajari oleh sang anak biasannya ditentukan oleh perangasangnya yang
mereka temui (misal di kota atau di desa) dan kata-kata yang paling banyak
memberi bantuan atau pelayanan dalam menyampaikan ide-ide atau gagasan mereka.
c)
Ujaran sang anak mencerminkan
pemakaian bahasa di rumah dan dalam mayarakat tempatnya hidup ; misal ucapan,
intonasi, kosakata, penggunaan kata-kata, pola-pola kalimat.
d)
Anak yang lebih muda
dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit dibanding
mengucapkannya sendiri.
e)
Meningkatkan
keterampilan menyimak berarti membantu
meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
f)
Bunyi
atau suara merupakan suatu faktor penting dalam meningkatkan cara pemakaian
kata-kata sang anak. Oleh karena itu,
sang anak akan tertolong kalau mereka menyimak ujaran-ujaran yang baik dari
para guru, cerita-cerita yang bernilai tinggi.
g)
Berbicara
dengan bantuan alat peraga akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih
baik pada pihak menyimak. Umumnya sang anak meniru bahasa yang didengarnya.
2)
Hubungan antara berbicara
dengan membaca
a)
Perfoman
atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan bahasa lisan.
b)
Kalau
pada awal tahun sekolah ujaran membentuk suatu dasar bagi pembelajaran membaca,
maka membaca bagi anak-anak yang kelas tinggi turut membantu meningkatkan
bahasa lisan mereka, misalnya kesadaran
linguistik mereka terhadap istilah baru, struktur kalimat yang baik, serta diksi
yang tepat.
c)
Kosa
kata khusus mengenai bacaan haruslah diajarkan secara langung. Seandainya
muncul kata-kata baru, sang guru hendaknya mendiskusikan
dengan siswa agar mereka langung dapat memahami maknanya sebelum membacanya.
3)
Hubungan
antara berbicara dengan menulis
Wajar bila komunikai lisan
dan komunikasi tulis erat ekali hubungannya, karena keduannya mempunyai banyak
persamaan, antara lain;
a)
Sang anak belajar berbicara jauh sebelum dia
dapat menulis kosakata, pola-pola kalimat, dan hal dasar bagi ekpresi tulis.
b)
Sang anak yang telah dapat menulis dengan
lancar biasanya dapat pula menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya.
c)
Perbedaan
terdapat pula antara komunikai lisan dan komunikasi tulis. Ekpresi lisan
cenderung ke arah kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetap,
dan biasannya lebih kacau serta membingungkan komunikasi informal, dan seringkali
anak bicara tidak ada hubungannya satu sama
lain.
d)
Pembuat
catatan serta pembuat bagan rangka ide yang akan disampaikan pada suatu
pembicaraan akan menolong siswa untuk mengutarakan ide-ide tersebut kepada
pendengar. Para siswa harus belajar berbicara dari catatan dan membutuhkan
banyak latihan berbicara
10 comments:
Sangat menolong, Terima ksih utk tambahan ilmunya.
Sangat menolong, Terima ksih utk tambahan ilmunya.
Sama-sama, Terima kasih atas kunjungannya..
terimakasih,,,banyak manfaat untuk wawasan mengajar buat anak-anak didik,,,sebagai penunjang mengajar
Terima kasih kembali.. Keep spirit!
terimakasih,,,penjelasannya sangat menolong tugas saya.
maaf mas , boleh minta referensi nya ??
boleh minta referensinya?
MAAF MAS, IZIN COFY UNTUK REFERENSI
Good knowing
Post a Comment