March 17, 2012

ASPEK MENULIS: Pengertian, Metode Menulis Permulaan, Langkah-langkah

Pengertian Menulis
Menurut Tarigan (Hasani, 2005:1) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik tersebut.
Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai.
Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.
Burhan Nurgiantoro (1988: 273) menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa.
Menurut Syamsudin (Hasani, 2005:1) Menulis adalah aktivitas seseorang dalam menuangkan ide-ide, pikiran, dan perasaan secara logis dan sistematis dalam bentuk tertulis sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh para pembaca 
Menurut Hasani (2005:2) menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif, sehingga penulis harus mampu memanfaatkan kemampuan dalam menggunakan tata tulis, struktur bahasa, dan kosakata.
Definisi menulis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: Menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya) dengan tulisan.

Menurut wikipedia Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.
Kesimpulan: Berdasarkan definisi di atas, maka kita dapat mengatakan bahwa menulis merupakan suatu proses perubahan bentuk pikiran (perasaan) menjadi wujud lambing (tulisan).    

Metode dan pembelajaran menulis permulaan
1.      Metode Eja
Metode eja di dasarkan pada pendekatan harfiah, artinya belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh karena itu pengajaran dimulai dari pengenalan huruf-huruf. Demikian halnya dengan pengajaran menulis di mulai dari huruf lepas, dengan langka-langkah sebagai berikut:
a.       Menulis huruf lepas
b.      Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata
c.       Merangkaikan suku kata menjadi kata
d.      Menyusun kata menjadi kalimat (Djauzak, 1996:4)

2.      Metode kata lembaga
Metode kata lembaga di mulai mengajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Mengenalkan kata
b.      Merangkaikan kata antar suku kata
c.       Menguraikan suku kata atas huruf-hurufnya
d.      Menggabungkan huruf menjadi kata (Djauzak, 1996:5)

3.      Metode Global
Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar, menguraikan kalimat dengan kata-kata, menguraikan kata-kata menjadi suku kata (Djauzak, 1996:6).

4.      Metode SAS
Menuryut (Supriyadi, 1996: 334-335) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang didalamnya terkandung unsur analitik sintetik. Metode SAS menurut (Djuzak,1996:8) adalah suatu pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampil cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti (Subana). Proses operasional metode SAS mempunyai langkah-langkah dengan urutan sebagai berikut:
a.       Struktur yaitu menampilkan keseluruhan.
b.      Analitik yatu melakukan proses penguraian.
c.       Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur semula.
 (Subana:176).
Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Permulaan
Langkah-langkah kegiatan menulis permulaan terbagi ke dalam dua kelompok, yakni (a) penegenalan huruf, dan (b) latihan. Pengenalan Huruf Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pembelajaraan membaca permulaan. Penekanan pembelajaran diarahkan pada pengenalan bentuk tulisan serta pelafalannya dengan benar. Fungsi pengenalan ini dimaksudkan untuk melatih indra siswa dalam mengenal dan membedakan bentuk dan lambang-lambang tulisan. Mari kita perhatikan salah satu contoh pembelajaran pengenalan bentuk tulisan untuk murid kelas 1 SD. Misalnya, guru hendak memperkenalkan huruf a, i, dan n. Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1.      Guru menunjukkan gambar seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki. Kedua gambar anak tersebut diberi nama “nani” dan “nana”.
2.      Guru memperkenalkan nama kedua anak itu sambil menunjukkan tulisan “nani” dan “nana” yang tertera di bawah masing-masing gambar.
3.      Melalui proses tanya jawab secara berulang-ulang anak diminta menunjukkan mana “nani” dan mana “nana” sambil diminta menunjukkan bentuk tulisannya.
4.      Selanjutnya, guru memindahkan dan menuliskan kedua bentuk tulisan tersebut di papan tulis dan anak diminta memperhatikannya. Guru hendaknya menulis secara perlahan-lahan dan anak diminta untuk memperhatikan gerakan-gerakan tangan serta contoh pengucapan dari bentuk tulisan yang sedang ditulis guru.
5.      Setiap tulisan itu kemudian dinalisis dan disintesiskan kembali. Perhatikan contoh tulisan berikut.
nani  nana
na  ni   na  na
n   a   n   i     n   a   n   i
na  ni   na  na
nani  nana

Demikian seterusnya, kegiatan ini dilakukan berulang-ulang bersamaan dengan pembelajaran membaca permulaan. Proses pemberian latihan dilaksanakan dengan mengikuti prinsip dari yang mudah ke yang sukar, dari latihan sederhana menuju latihan yang kompleks. Ada beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat kita lakukan, antara lain:
a.       Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar.
Tangan kanan berfungsi untuk menulis, tangan kiri untuk menekan buku tulis agar tidak mudah bergeser. Pensil diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk. Ujung ibu jari, telunjuk, dan jari tengah menekan pensil dengan luwes, tidak kaku. Posisi badan ketika duduk hendaknya tegak. Dada tidak menempel pada meja, jarak mata antara mata dengan buku kira-kira 25-30 cm.
b.      Latihan gerakan tangan.
Mula-mula melatih gerakan tangan di udara dengan telunjuk sendiri atau dengan bantuan alat seperti pinsil, kemudian dilanjutkan dengan latihan dalam buku latihan. Agar kegiatan ini menarik, sebaiknya disertai dengan kegiatan bercerita, misalnya untuk melatih membuat garis tegak lurus guru dapat bercerita yang ada kaitannya dengan pagar, bulatan dengan telur.
c.       Latihan mengeblat, yakni menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan yang telah ada.
Ada beberapa cara mengeblat yang bisa dilakukan anak, misalnya dengan menggunakan kertas karbon, kertas tipis, menebalkan tulisan yang sudah ada. Sebelum anak melakukan kegiatan ini, guru hendaknya memberi contoh cara menulis dengan benar di papan tulis, kemudian menirukan gerakan tersebut dengan telunjuknya di udara. Setelah itu, barulah kegiatan mengeblat dimulai. Pengawasan dan pembimbingan harus dilakukan secara individual sampai seluruh anak memberikan perhatiannya.
d.      Latihan menghubung-hubungkan tanda titik-titik yang membentuk tulisan.
Latihan dapat dilakukan dalam buku-buku yang secara khusus menyajikan latihan semacam ini.
e.       Latihan menatap bentuk tulisan.
Latihan ini dimaksudkan untuk melatih koordinasi antara mata, ingatan, dan jemari anak ketika menulis sehingga anak dapat mengingat bentuk kata atau bentuk huruf dalam benaknya dan memindahkannya ke jari-jemari tangannya. Dengan demikian, gambaran kata yang hendak ditulis tergores dalam ingatan dan pikiran siswa pada saat dia menuliskannya.
f.       Latihan menyalin, baik dari buku pelajaran maupun dari tulisan guru pada papan tulis.
Latihan ini hendaknya diberikan setelah dipastikan bahwa semua anak telah mengenal huruf dengan baik. Ada beragam model variasi latihan menyalin, di antaranya menyalin tulisan apa adanya sesuai dengan sumber yang ada, menyalin tulisan dengan cara yang berbeda, misalnya dari huruf cetak ke huruf tegak bersambung, atau sebliknya dari huruf tegak bersambung ke huruf cetak.
g.      Latihan menulis halus/indah.
Latihan dapat dilakukan dengan menggunakan buku bergaris untuk latihan menulis atau buku kotak. Ada petunjuk berharga yang dapat Anda ikuti, jika mrid-murid Anda tidak memiliki fasilitas seperti itu. Perhatikan petunjuk berikut dengan cermat.
1)      Untuk tulisan/huruf cetak, bagilah setiap baris pada halaman buku menjadi dua. Untuk ukuran dan bentuk tulisan, lihat pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
2)      Untuk tulisan tegak bersambung. Bagilah setiap baris pada halaman buku menjadi tiga bagian. Untuk ukuran dan bentuk tulisan lihat pedoman dari Depdiknas.
h.      Latihan dikte/imla.
Latihan ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengkoordinasikan antara ucapan, pendengaran, ingatan, dan jari-jarinya ketika menulis, sehingga ucapan seseorang itu dapat didengar, diingat, dan dipindahkan ke dalam wujud tulisan dengan benar.
i.        Latihan melengkapi tulisan (melengkapi huruf, suku kata, atau kata) yang secara sengaja dihilangkan. Perhatikan contoh berikut!
Melengkapi huruf
b
o
l
a
b
l
a
o










Aspek Membaca: Pengertian Jenis Tahap Perkembangan

1.      Pengertian Membaca

Tampubolon (1993) menjelaskan pada hakekatnya membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf. Dikatakan kegiatan fisik, karena bagian-bagian tubuh khususnya mata, yang melakukannya. Dikatakan kegiatan mental karena bagian-bagian pikiran khususnya persepsi dan ingatan, terlibat didalamnya.

Proses membaca menurut Burn, Roe dan Ross (1984) merupakan proses penerimaan simbol oleh sensori, kemudian mengintererpretasikan simbol, atau kata yang dilihat atau mempersepsikan, mengikuti logika dan pola tatabahasa dari kata-kata yang ditulis penulis, mengenali hubungan antara simbol dan suara antara kata-kata dan apa yang ingin ditampilkan, menghubungkan kata-kata kembali kepada pengalaman langsung untuk memberikan kata-kata yang bermakna dan mengingat apa yang merela pelajari dimasa lalu dan menggabungkan ide baru dan fakta serta menyetujui minat individu dan sikap yang merasakan tugas membaca.

Tarigan (1985) bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, suatu metode yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan kadang-kadang orang lain, yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.

2.      Aspek-aspek Membaca

Secara garis besar aspek-aspek membaca dapat dibagi menjadi dua yaitu keterampilan yang bersifat mekanis dan keterampilan yang bersifat pemahaman

a.          Keterampilan yang bersifat mekanis, mencakup:
1)      Pengenalan bentuk huruf
2)      Pengenalan unsur-unsur liguistik (fonem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain).
3)      Pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis).
4)      Kecepatan membaca bertaraf lambat.
b.      Keterampilan yang bersifat pemahaman mencakup:
1)      Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).
2)      Memahami signifikasi atau makna (misalnya maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca).
3)      Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

3.      Jenis-jenis Membaca

Jenis-jenis membaca, ditinjau dari segi bersuara atau tidaknya orang waktu membaca itu terbagi atas:

a.    Membaca yang Bersuara
Yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama orang lain. Jenis membaca itu mencakup:

1)   Membaca nyaring dan keras
Yakni suatu kegiatan membaca yang dilakukan dengan keras, dalam buku petunjuk guru bahasa Indonesia untuk SMA disebut membacakan. Membacakan berarti membaca untuk orang lain atau pendengar, guna menangkap serta memahami informasi pikiran dan perasaan penulis atau pengarangnya. Membaca nyaring ini biasa dilakukan oleh guru, penyiar TV, penyiar radio, dan lain-lain.

2)   Membaca Teknik
Membaca teknik biasa disebut membaca lancar. Dalam membaca teknik harus memperhatikan cara atau teknik membaca yang meliputi:
a)       Cara mengucapkan bunyi bahasa meliputi kedudukan mulut, lidah, dan gigi.
b)       Cara menempatkan tekanan kata, tekanan kalimat dan fungsi tanda-tanda baca sehingga menimbulkan intonasi yang teratur.
c)       Kecepatan mata yang tinggi dan pandangan mata yang jauh.


3)   Membaca Indah
Membaca indah hampir sama dengan membaca teknik yaitu membaca dengan memperlihatkan teknik membaca terutama lagu, ucapan, dan mimik membaca sajak dalam apresiasi sastra.

b.   Membaca yang Tidak Bersuara (dalam hati)

Yaitu aktivitas membaca dengan mengandalkan ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Jenis membaca ini biasa disebut membaca dalam hati, yang mencakup:
1)      Membaca teliti.
Membaca teliti yaitu membaca yang menuntut suatu pemutaran atau pembalikan pendidikan yang menyeluruh.
2)      Membaca pemahaman.
Membaca pemahaman yaitu membaca yang penekanannya diarahkan pada keterampilan memahami dan menguasai isi bacaan. Jenis membaca inilah yang akan penulis kaji lebih dalam lagi.
3)      Membaca ide.
Membaca ide yaitu membaca dengan maksud mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.
4)      Membaca kritis.
Membaca kritis yaitu membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan.
5)      Membaca telaah bahasa.
Membaca telaah bahasa mencakup dua hal, yaitu:
a)      Membaca bahasa asing yaitu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah memperbesar daya kata dan mengembangkan kosa kata.
b)      Membaca sastra yaitu membaca yang bercermin pada karya sastra dari keserasian keharmonisan antara bentuk dan keindahan isi.
6)      Membaca skimming.
Membaca skimming (sekilas) adalah cara membaca yang hanya untuk mendapatkan ide pokok
7)      Membaca cepat.
Membaca cepat adalah keterampilan memilih isi bahan yang harus dibaca sesuai dengan tujuan kita, yang ada relevansinya dengan kita, tanpa membuang-buang waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan


Gambar 1: Jenis-jenis membaca menurut Tarigan (1985:11–13)

4.         Tahap-tahap membaca

a.       Tahap I 
Membaca bahan yang telah dipelajari, mengucapkannya dengan baik ataubahan yang mungkin telah diingat. Bahan-bahan tersebut mungkin berupa percakapan, nyanyian, serangkaian kalimat tindakan ataupun cerita sederhana mengenai hal-hal yang telah dialami.Dalam tahap ini, perlu ada bimbingan untuk mengembangkan atau meningkatkan responsi-responsi visual yang otomatis terhadap gambaran-gambaran huruf yang akan dilihat pada gambaran cetakan. Selain itu harus benar-benar memahami bahwa kata-kata tertulis itu mewakili atau menggambarkan bunyi-bunyi.

b.      Tahap II 
Menyusun kata-kata serta struktur- struktur dari bahasa asing yang telah diketahui menjadi bahan dialog atau paragraf yang beraneka ragam. Pada tahap ini perlu dibimbing dalam membaca bahan yang baru disusun.

c.       Tahap III 
Membaca bahan yang berisi sejumlah kata dan struktur yang masih asing atau belum biasa. Beberapa percobaan informal telah menunjukkan bahwa pembaca mengalami sedikit kesulitan bahkan tidak mengalami kesulitan sama sekali menghadapi sebuah kata baru yang diselipkan di antara tiga puluh kata biasa. Pada tahap ini pembaca acap kali teks-teks tata bahasa berisi paragraf-paragraf atau pilihan-pilihan yang sesuai buat bacaan.

d.      Tahap IV 
Pada tahap ini, beberapa spesialis dalam bidang membaca menganjurkan penggunaan teks-teks sastra yang telah disederhanakan atau majalah-majalah sebagai bahan bacaan.

e.       Tahap V 
Pada tahap ini seluruh dunia buku terbuka, dalam pengertian bahan bacaan tidak dibatasi (Finocchiaro and Bonomo, 1973:123–125 dalam Tarigan,1979:18–20).

5.         Tahap perkembangan keterampilan membaca

Berikut ini, dikemukakan sejumlah keterampilan membaca yang dituntut pada setiap kelas di sekolah dasar khususnya pada membaca dalam hati.

a.       Kelas I:
1)      Membaca tanpa bersuara, tanpa gerakan-gerakan bibir, dan tanpa berbisik
2)      Membaca tanpa gerakan-gerakan kepala
b.      Kelas II:
1)      Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala. 
2)      Membaca lebih cepat secara dalam hati daripada secara bersuara.

c.       Kelas III:
1)      Membaca dalam hati tanpa menunjuk-nunjuk dengan jari, tanpagerakan bibir 
2)      Memahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau secara dalamhati itu
3)      Lebih cepat membaca dalam hati daripada membaca bersuara.

d.      Kelas IV:
1)      Mengerti serta mamahami bahan bacaan pada tingkat dasar
2)      Kecepatan mata dalam membaca tiga kata per detik.

e.       Kelas V:
1)      Membaca dalam hati jauh lebih cepat daripada membaca bersuara
2)      Membaca dengan pemahaman yang baik
3)      Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala atau menunjuk-nunjuk dengan jari tangan
4)      Menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati itu; senang membaca dalam hati.

f.       Kelas VI:
1)      Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir; tanpa komat-kamit
2)      Dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bahan bacaan
3)      Dapat membaca 180 patah kata dalam satu menit pada bacaan fiksi pada tingkat dasar.
(Barbe and Abbott 1975:156-167 dalam Tarigan 1979:39)








Komentar Terkini