April 26, 2024

Koneksi Antar Materi - Modul 1.2 - Ari Ermawan

 Setelah menjelajahi materi 1.1 yang membahas refleksi filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dan materi 1.2 tentang pentingnya nilai dan peran guru sebagai agen perubahan, saya telah mengalami perubahan dalam cara berpikir saya. Saya kini menyadari bahwa pendidikan tidak hanya tentang transfer pengetahuan semata. Melainkan juga tentang membentuk karakter seseorang. Nilai-nilai dan peran guru sebagai pembaharu sangat penting dalam membentuk generasi yang memegang teguh prinsip Pancasila.


1. Peristiwa


Pengalaman yang paling berkesan atau menantang dalam perjalanan pembelajaran saya dari Modul 1.1 hingga Modul 1.2 adalah ketika kami berkumpul dalam Ruang Kolaborasi bersama rekan-rekan luar biasa dari CGP dan Fasilitator kami, Pak Susanta. Melalui interaksi dengan beliau, saya terdorong untuk mempercepat proses transformasi pribadi saya. Selain itu, saya menyadari bahwa bekerja dengan batas waktu yang ketat telah membantu saya mengasah disiplin diri. Terutama ketika kami diberikan tugas kolaborasi yang kami selesaikan dalam waktu satu hari untuk berdiskusi bersama rekan-rekan CGP lainnya.

Hubungan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang saya tangkap adalah bahwa filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan dan potensi alami setiap anak, sesuai dengan tuntutan zaman. Guru dalam setiap proses pembelajaran harus mengarah pada pertumbuhan dan perkembangan siswa sesuai dengan minat dan bakat mereka, yang sesuai dengan realitas kehidupan saat ini. Ini berhubungan erat dengan konsep nilai dan peran guru penggerak, di mana guru bertindak sebagai pemimpin dalam memfasilitasi pembelajaran dan selalu berpihak pada kepentingan siswa.


2. Perasaan


Pada saat itu, saya merasa belum melakukan hal-hal yang berarti. Namun, bersyukur, kehadiran teman-teman serta program Pendidikan Penggerak dan Fasilitator telah membuka wawasan saya tentang nilai ilmu dan pengalaman yang berharga yang seharusnya dibagikan bersama untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam tindakan nyata. Pengetahuan ini saya peroleh dari program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 10 ini. Saya bersyukur kepada Allah SWT karena diberi kesempatan untuk terlibat dalam program pendidikan yang keren ini. Oleh karena itu, saya berkomitmen untuk dengan sungguh-sungguh menyerap dan mempelajari sebanyak mungkin ilmu dan materi, dengan fokus pada pengembangan diri dan lingkungan sekitar. Selanjutnya, saya bertekad untuk menerapkan pengetahuan ini baik di dalam kelas maupun di sekolah serta lingkungan sekitarnya.


3. Pembelajaran


Sebelum perubahan itu terjadi, saya meyakini bahwa sebagai seorang guru, penting untuk memiliki pandangan bahwa murid yang baik adalah yang diam dan hanya mendengarkan, sementara guru menjadi pusat pembelajaran. Saya percaya bahwa metode ceramah adalah yang paling umum dan efektif dalam mengajar. Saya lebih fokus pada penilaian aspek kognitif dari materi pembelajaran, dengan tujuan mencapai target dan nilai. Saya tidak begitu memperhatikan refleksi atas apa yang saya lakukan, yang terpenting adalah mentransfer pengetahuan dan memastikan bahwa anak-anak memahami materi yang saya sampaikan. Saya tidak melihat nilai dalam berkolaborasi dengan rekan sejawat, dan menganggap sebagai pemborosan waktu yang tidak berdampak pada murid.

Saat ini, saya menyadari bahwa sebagai guru, penting untuk memandang bahwa murid yang baik adalah yang aktif dalam proses pembelajaran. Murid harus menjadi subjek pembelajaran dan bertindak sebagai pelaku aktif. Dengan memberi kesempatan kepada murid untuk memimpin, membentuk kelompok diskusi, dan komunitas belajar, saya memberi mereka keberanian untuk mengembangkan potensi mereka. Saya kini mengedepankan proses dan pemahaman materi yang lebih mendalam, yang dianggap lebih bermakna dan dibutuhkan oleh murid. Melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran saya membantu saya mengidentifikasi kelemahan yang perlu diperbaiki dalam proses KBM. Saya kini percaya bahwa berkolaborasi dengan berbagai pihak, terutama komunitas praktisi, dapat memberikan manfaat yang besar bagi murid.


4. Penerapan ke depan (Rencana)


Berikut adalah penerapan ke depan yang saya rencanakan:

  1. Sebagai seorang pendidik, saya akan mengadopsi pendekatan yang berfokus pada kepentingan siswa, memandang mereka sebagai subjek pembelajaran. Saya akan membimbing mereka sesuai dengan minat dan bakat mereka untuk membantu mereka mencapai cita-cita mereka.
  2. Saya akan menciptakan metode dan media pembelajaran yang inovatif agar suasana pembelajaran menjadi lebih menarik dan mudah dipahami oleh siswa.
  3. Saya akan selalu melakukan introspeksi terhadap setiap kegiatan pembelajaran yang saya lakukan.
  4. Saya akan terus meningkatkan pengetahuan dan pemahaman saya dengan mengikuti berbagai workshop atau pelatihan yang mendukung peran guru sebagai agen perubahan.
  5. Saya akan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menggalang dukungan dan memobilisasi komunitas praktisi dalam bidang pendidikan.

April 20, 2024

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.2

Saya Ari Ermawan Calon Guru Penggerak Angkatan 10 Jakarta Barat. Pada kali ini, saya hendak membuat catatan refleksi dua mingguan mengenai Modul 1.2 tentang Peran dan Nilai Guru Penggerak. Jurnal ini merupakan kesempatan bagi saya untuk merenungkan diri setelah mengikuti kegiatan Pendidikan CGP selama dua minggu terakhir, dan saya akan terus menuliskannya secara berkala setiap dua minggu sebagai bagian dari tugas sebagai calon guru penggerak.

Dalam penyusunan jurnal refleksi ini, saya mengadopsi pendekatan model 4F (Fakta, Perasaan, Temuan, dan Masa Depan) yang diperkenalkan oleh Dr. Roger Greenaway. Model 4F dapat diartikan sebagai 4P: Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, dan Penerapan.

1. Fact (Peristiwa) 

Setelah menyelesaikan modul 1.1 yang membahas tentang Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara, kami melanjutkan ke modul 1.2 yang fokus pada Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak. Dalam modul ini, kami mulai dengan mempelajari materi yang kemudian diberi tugas untuk membuat trapesium usia. Trapesium usia ini merefleksikan perjalanan hidup saya dari masa awal pendidikan di taman kanak-kanak hingga saat ini sebagai seorang guru. Saat menyusun trapesium usia, saya dapat dengan jelas mengingat berbagai peristiwa positif dan negatif yang saya alami selama masa sekolah, terutama yang terkait dengan peran guru saya pada masa itu. Hal ini membuat saya menyadari betapa pentingnya peran seorang guru dalam kehidupan saya. Saya berkomitmen untuk menjadi seorang guru yang memberikan dampak positif kepada siswa-siswa saya, dan berusaha untuk tidak memberikan dampak negatif yang akan dikenang oleh mereka. Selanjutnya, dalam materi berikutnya, kami diminta untuk mengidentifikasi nilai-nilai guru penggerak yang sudah ada dalam diri kami, dan bagaimana kami dapat mengoptimalkan nilai-nilai tersebut dalam proses pembelajaran. Modul 1.2 ini terbagi menjadi tiga bagian utama: konsep manusia tergerak (bagian A), konsep manusia bergerak (bagian B), dan konsep menggerakkan manusia (bagian C).

Momen yang paling berkesan dan signifikan bagi saya dalam proses pembelajaran dari Modul 1.1 hingga Modul 1.2 adalah sebagai berikut:

Penting dan Mencerahkan:

  • Memahami dan mengeksplorasi Modul 1.1 yang membahas tentang Filosofi Pemikiran KHD sebagai pedoman bagi pendidik.
  • Menyelami Modul 1.2 yang membahas tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak, terutama dalam konteks filosofi KHD yang menekankan peran guru sebagai pemandu dan konsep pengabdian pada anak.
  • Mengidentifikasi serta menganalisis nilai-nilai dan peran guru penggerak yang terkait dengan konsep pemikiran KHD, seperti menjadi pendukung siswa, mempromosikan kemandirian, inovasi, kolaborasi, dan refleksi.

Menantang:

  • Melakukan tindakan konkret atau implementasi sesuai dengan prinsip-prinsip filosofis KHD.
  • Berupaya untuk menginternalisasi dan mempraktikkan semua nilai dan peran guru penggerak.
  • Menjalankan setiap tugas dengan batasan waktu yang ketat, terutama dalam tugas-tugas kolaboratif yang memberikan waktu terbatas untuk diskusi dengan sesama calon guru penggerak.
  • Terlibat dalam diskusi kelompok yang dipandu oleh fasilitator, di mana kami dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan berinteraksi secara intensif.
  • Merancang sebuah karya yang mencakup sinopsis berbasis nilai serta merencanakan kegiatan sesuai dengan peran Guru Penggerak yang kami pilih dalam kelompok kami, yaitu sebagai mentor bagi sesama guru untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dengan inisiatif yang kami sebut "Pakarti". Pakarti adalah akronim dari Pameran karya Teknologi yang memuat nilai guru penggerak dari masing-masing anggota kelompok.
  1. Perasaan (Feeling)

Dalam pelaksanaan tindakan nyata kali ini, saya merasakan:

  • Kepuasan dan rasa syukur karena dapat mengaplikasikan pengetahuan yang saya peroleh dari Pendidikan CGP.
  • Rasa bangga karena dapat berperan sebagai agen perubahan dalam ekosistem pendidikan.
  • Rasa tanggung jawab dan tantangan untuk menginisiasi perubahan sesuai dengan visi yang saya miliki.

Selama proses ini, berbagai ide dan gagasan muncul, termasuk:

  • Berkomitmen untuk terus berbagi pengalaman mengajar dengan rekan guru.
  • Membagikan berbagai keterampilan teknologi yang mendukung proses pembelajaran kepada rekan guru.
  • Menggagas hal-hal baru sehingga dapat mendorong rekan guru untuk berinovasi dalam penggunaan media pembelajaran.
  • Melakukan refleksi bersama dengan rekan guru untuk mengevaluasi hasil kegiatan yang telah dilakukan.
  1. Pembelajaran (Findings)

Pengalaman saya dalam melaksanakan tindakan nyata ini bervariasi, dan saya telah memperoleh beberapa pembelajaran, antara lain:

  • Mengajar rekan sejawat dan siswa memiliki dinamika yang berbeda, sehingga saya perlu lebih memperhatikan aspek-aspek teknis dalam menyampaikan bimbingan.
  • Melalui implementasi nilai dan peran guru penggerak di sekolah, saya merasa rekan guru lain juga termotivasi untuk mengadopsi pendekatan yang sama.
  1. Penerapan (Future)

Dari hasil perancangan tersebut, saya menggunakan rencana untuk mengimplementasikannya di sekolah dalam bentuk aksi nyata. Aksi nyata kali ini adalah berperan sebagai mentor bagi rekan sejawat dalam pembuatan video pembelajaran yang singkat, jelas, dan menarik. Rencana ini muncul setelah saya merefleksikan pengalaman saya membuat video pembelajaran dan mengunggahnya di YouTube, di mana siswa dapat mengakses materi pembelajaran kapan pun dan di mana pun. Dengan demikian, siswa yang sudah memahami materi dapat mengkonsolidasikan pemahamannya, sementara yang masih memerlukan pemahaman tambahan dapat memperdalam pengetahuannya di luar jam pelajaran di kelas. Saya berharap dapat menyebarkan kebiasaan positif ini kepada rekan sejawat.

Sebelum melaksanakan rencana tersebut, saya berdiskusi secara kolaboratif dengan kepala sekolah dan wakil bidang kurikulum tentang ide dan gagasan saya, serta meminta masukan dan saran mereka. Respon yang positif dari kepala sekolah terhadap ide dan gagasan yang saya kemukakan memberi dorongan bagi saya untuk melanjutkan perencanaan saya.


Dalam pelaksanaannya, saya merencanakan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:

  1. Berdiskusi dengan guru yang akan saya bimbing untuk mengidentifikasi permasalahan di kelasnya yang akan diangkat dalam video pembelajaran.
  2. Menentukan materi yang akan dijadikan konten dalam video tersebut.
  3. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk proses pembuatan video, seperti kamera DSLR dan mikrofon clip-on.
  4. Menyusun skrip yang akan dibacakan dalam video.
  5. Melakukan proses perekaman video dan audio.
  6. Membuat slide yang menarik untuk memperkaya konten video.
  7. Melakukan proses editing video secara sederhana menggunakan perangkat lunak CapCut.

March 29, 2024

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan CGP Modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara

Jurnal dwi mingguan merupakan bagian dari tugas Pendidikan calon guru penggerak yang harus disusun secara teratur setiap dua minggu sekali. Jurnal ini mencatat pengalaman belajar yang saya alami, temukan, dan terapkan untuk mendukung peran saya sebagai pendidik. Jurnal refleksi ini dianggap penting dalam pengembangan profesionalisme karena mendorong guru untuk menghubungkan teori dengan praktik, serta mengembangkan keterampilan dalam mengevaluasi topik secara kritis.

Pada penulisan jurnal ini, saya menerapkan model refleksi yang diperkenalkan oleh Dr. Roger Greenaway, yang terdiri dari empat langkah: 1) Peristiwa, 2) Perasaan, 3) Pembelajaran, dan 4) Penerapan. Model ini ditransformasikan menjadi 4P untuk keperluan refleksi saya selama periode dua minggu mengikuti Pendidikan guru penggerak Angkatan 10.

 

1. Fact (Peristiwa)

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, saya bersyukur atas karunia-Nya yang memungkinkan saya mencapai tahap Pelatihan Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 10. Kehormatan tersendiri saat pengumuman kelulusan CGP Angkatan 10 ini, karena hal ini menjadi sebuah tantangan bagi saya untuk mengikuti dan menyelesaikan seluruh proses pendidikan guru penggerak selama enam bulan ke depan.


Setelah dinyatakan berhasil, ada serangkaian langkah yang harus diambil oleh calon guru penggerak untuk menindaklanjuti program ini. Sebelum memulai Pendidikan Guru Penggerak, para peserta diminta untuk mengunduh dan menandatangani pakta integritas yang sudah dimeterai, yang kemudian harus diunggah ke dalam LMS. Pada Kemudian saya mengikuti pembukaan Pendidikan Guru Penggerak secara daring melalui siaran langsung YouTube, Pembukaan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 8 dihadiri oleh Ibu Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek, Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. Pada hari yang sama, dari pukul 13.00 hingga 16.30 WIB, dilaksanakan orientasi pelaksanaan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 10 dan pengenalan Learning Management System (LMS) oleh Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Provinsi DI Yogyakarta. Penggunaan LMS dimulai dengan mengerjakan pre-test Paket Modul 1. Setelah semua peserta memahami dan mempelajari cara menggunakan LMS, mereka melanjutkan dengan mempelajari modul 1.1 dengan alur M-E-R-D-E-K-A, yaitu Mulai dari diri, Eksplorasi konsep dengan fasilitator, Ruang kolaborasi (rukol) di ruang kolaborasi, dan setiap peserta berkolaborasi bersama kelompoknya masing-masing dengan bimbingan fasilitator yang memberikan arahan dan motivasi. Tahapan berikutnya adalah Demonstrasi kontekstual, yang dilanjutkan dengan Elaborasi pemahaman dengan instruktur pengembang modul, penyusunan tugas Koneksi antar materi, dan terakhir adalah Aksi Nyata.

LOKAKARYA ORIENTASI_PENDIDIKAN GURU PENGGERAK A.10

 Pada tanggal 23 Maret 2024, hari Sabtu, diadakan lokakarya orientasi di Gedung SMK Negeri 53 dan SMP 108 Jakarta Barat dari jam 07.00 hingga 16.00 WIB. Lokakarya orientasi ini dihadiri oleh Tim BBGP DIY, Kepala Suku Dinas Pendidikan Jakarta Barat I dan II, pengawas, Kepala sekolah di mana calon guru penggerak (CGP) mengajar, serta Pengajar Praktik. Saya merasa sangat gembira dan bersyukur karena Kepala sekolah yang hadir juga merupakan Pengajar Praktik (PP) Angkatan 10, sehingga saya berharap bisa mendapatkan dukungan penuh dari beliau untuk menerapkan pengetahuan yang saya peroleh dari Pendidikan Guru Penggerak (PGP) ini. Selama lokakarya orientasi, CGP banyak berinteraksi dengan PP dan rekan-rekan sekelompok melalui kegiatan seperti pemaparan materi, motivasi, dan diskusi kelompok.

 Pada Pertemuan Lokakarya Orientasi ini, kami sepenuhnya fokus pada pemahaman yang lebih dalam tentang identitas diri, memperluas wawasan tentang apa yang ada dan belum ada dalam diri kami, serta mengerjakan lima LK (Lembar Kerja) dan berdiskusi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam. Dengan bimbingan dari Bapak Andi Rifaih, Pengajar Praktik kami, saya merasa sangat menyenangkan mengikuti lokakarya orientasi ini, sehingga waktu yang berlangsung cukup lama terasa begitu cepat berlalu. Terlebih lagi, pengajaran dari Pengajar Praktik selalu diselingi dengan aktivitas pemanasan sehingga menjadi lebih menyenangkan. Kegiatan dimulai dengan pembuatan kesepakatan kelas, diikuti dengan presentasi harapan

Dengan mengikuti jadwal yang telah direncanakan sebelumnya, saya berhasil menyelesaikan setiap kegiatan yang telah dijadwalkan. Pengalaman pertama saya dalam mengerjakan tugas alur M-E-R-D-E-K-A, dimulai dengan melakukan refleksi kritis terhadap pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang saya tulis dan publikasikan di YouTube, dengan tautan. 


Selanjutnya, pada tahap eksplorasi konsep, kami aktif berdiskusi, memberikan tanggapan, dan bertanya satu sama lain di dalam lingkungan diskusi virtual di LMS. Pengalaman ini semakin menarik karena fasilitator kami, Bapak Susanta, responsif terhadap setiap tanggapan dan pertanyaan yang diajukan oleh para peserta CGP. Selama berada dalam tahap ruang kolaborasi, saya tidak hanya memperkuat pemahaman konsep dengan bantuan fasilitator, tetapi juga aktif berdiskusi dengan sesama peserta, yang pada akhirnya menghasilkan sebuah karya tentang "Eksplorasi Kearifan Lokal di DKI Jakarta: Berbalas Pantun". Saya kemudian diberi tugas oleh kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kami kepada fasilitator dan kelompok lainnya. Pada tahap Demonstrasi Kontekstual, saya merefleksikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara melalui sebuah video yang saya unggah ke alamat.

Setelah melakukan demonstrasi kontekstual, saya mengikuti sesi elaborasi pemahaman bersama Instruktur Bapak Budi melalui platform G-Meet pada tanggal 26 Maret 2024, selama hampir satu setengah jam, instruktur memberikan banyak wawasan kepada saya mengenai prinsip-prinsip dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara, serta refleksi tentang relevansinya dengan pendidikan di era abad ke-21 dan pentingnya inovasi dalam pembelajaran berbasis permainan tradisional. Proses belajar pada modul 1.1 berlanjut dengan mengunggah tugas Koneksi Antar Materi. Penyelesaian tugas Koneksi Antar Materi, penyusunan aksi nyata, dan penyusunan jurnal dwi mingguan

2. Feeling (Perasaan)

Selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 10, saya merasa gembira karena merasa seperti mendapatkan sumber energi baru yang membantu meningkatkan kapasitas dan kompetensi saya sebagai seorang pendidik. Saya selalu berupaya aktif mengikuti setiap proses pembelajaran di LMS dan selalu menantikan waktu untuk Video Conference (Vicon) karena itu merupakan kesempatan untuk berdiskusi secara langsung dan saling memperbaiki cara berpikir serta tindakan yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kita. Saya juga merasa senang atas berbagai pengetahuan dan keterampilan baru yang saya peroleh, baik dari fasilitator, pengajar praktik, maupun rekan-rekan CGP yang telah membentuk sebuah komunitas belajar di mana kami dapat saling berbagi pengalaman.


Sementara itu, saya merasa cukup lelah dalam menyelesaikan tugas-tugas di LMS karena pelaksanaan Program Pendidikan Guru Penggerak ini tidak boleh mengganggu tugas-tugas mengajar di sekolah. Waktu terus berjalan dengan cepat, dan setiap hari terasa begitu singkat. Saya merasa tertekan untuk menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu. Selama dua minggu pertama ini, saya merasa sangat sibuk, kurangnya istirahat menjadi konsekuensi yang harus saya terima, bahkan pada hari Minggu pun, lokakarya orientasi sudah menanti. Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa kita harus menghargai waktu karena waktu terus berjalan dan tidak akan kembali lagi.

Selama dua minggu belajar modul 1.1, saya menyadari bahwa menjadi seorang guru bukan sekadar pekerjaan, melainkan sebuah panggilan batin yang membutuhkan kesungguhan dan ketulusan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip pendidikan yang diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara, yang menekankan pada pelayanan dan pengabdian kepada anak-anak, saya melihat antusiasme yang lebih besar dari siswa-siswa dalam proses belajar-mengajar. Modul ini juga mengajarkan saya untuk menjadi guru yang lebih sabar dalam menghadapi beragam karakteristik siswa yang unik. Perubahan-perubahan kecil yang saya lakukan di kelas menjadi motivasi bagi saya untuk menyelesaikan setiap langkah dalam pendidikan guru penggerak ini.


3. Finding (Pembelajaran)

Dari materi dalam modul ini, saya memahami bahwa sebagai pendidik, kita harus membimbing semua potensi alami yang dimiliki oleh anak-anak, agar mereka dapat mencapai keberhasilan dan kebahagiaan yang maksimal sebagai individu dan anggota masyarakat, dengan merujuk pada prinsip-prinsip dalam trilogi pendidikan, yaitu ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani. Modul ini juga memberikan pemahaman bahwa pendidikan karakter sangatlah penting bagi perkembangan siswa, sehingga sebagai guru, saya harus memperhatikan keseimbangan antara aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Konsep sistem among yang memberikan kebebasan kepada siswa dalam belajar, sambil tetap memberikan bimbingan, merupakan pesan moral yang saya peroleh dari modul ini, dan itu mendorong saya untuk terus belajar dan memahami kebutuhan pendidikan saat ini.

 

4. Future (Penerapan)

Setelah menyelesaikan modul 1.1, saya bertekad untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang saya peroleh agar dapat mengelola kelas dengan lebih efektif dan memberikan pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa. Saya berencana untuk mengubah pandangan, pola pikir, dan tindakan saya yang mungkin kurang tepat dalam memahami siswa-siswa saya agar sesuai dengan prinsip-prinsip yang dipegang teguh oleh Ki Hadjar Dewantara. Saya akan berusaha menerapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada Indonesia dengan menanamkan nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, saya juga akan meninggalkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru karena tidak lagi relevan dengan kebutuhan belajar siswa saat ini. Saya berkomitmen untuk menjadi seorang pembelajar abad ke-21 yang siap untuk bekerja sama dengan rekan sejawat dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar di sekolah kami.

 

 


Komentar Terkini