Oleh : Ari Ermawan
CGP Angkatan 10 DK Jakarta
SDN Kembangan Utara 10
Tugas demonstrasi kontekstual pada awal modul ketiga ini
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan Calon Guru Penggerak dalam menganalisis
penerapan proses pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan tentang berbagai
paradigma, prinsip, serta metode pengambilan dan penerapan keputusan di sekolah
mereka masing-masing serta di lingkungan lainnya.
Untuk mencapai tujuan ini, CGP diminta untuk melakukan
wawancara dengan 2 hingga 3 pimpinan atau kepala sekolah. Saya sendiri telah
melakukan wawancara dengan 2 pimpinan atau kepala sekolah di sekitar saya.
Hasil dari wawancara ini akan digunakan untuk memahami praktik pengambilan
keputusan yang diterapkan selama ini, terutama dalam kasus-kasus di mana
nilai-nilai kebajikan saling berbenturan, atau dalam kasus dilema etika yang
sama-sama benar.
Saya harus mengumpulkan informasi mengenai tindakan yang
telah dilakukan oleh para pimpinan tersebut, serta praktik-praktik yang
diterapkan kepala sekolah dalam memimpin sekolah. Selain itu, saya juga perlu
menganalisis praktik pengambilan keputusan dalam situasi dilema etika yang
dihadapi oleh para pimpinan yang saya wawancarai, dan mengaitkannya dengan
pengetahuan saya tentang empat paradigma, tiga prinsip, dan sembilan langkah
pengujian.
Berikut adalah panduan pertanyaan wawancara:
1.
Selama ini, bagaimana Anda dapat
mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?
2.
Selama ini, bagaimana Anda menjalankan
pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada
dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?
3.
Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang
biasa Anda lakukan selama ini?
4.
Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap
efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?-
5.
Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan
tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
6.
Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal
tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung
menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya,
bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan?
7.
Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang
selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam
kasus-kasus dilema etika?
8.
Dari semua hal yang telah disampaikan,
pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan
dilema etika?
Dalam tugas demonstrasi kontekstual modul 3.1 ini, saya
mewawancarai Ibu Ristahapsati Musfasadisa, S.Pd., M.M. (Ibu Rista), kepala SDN
Kembangan Utara 10, pada hari Selasa, 6 Agustus 2024. Pada hari yang sama, saya
juga mewawancarai Ibu Purwati Prihatiningsih, S.Pd. (Ibu Pur), kepala SDN
Kembangan Utara 09.
Wawancara 1
Berikut adalah hasil wawancara saya dengan Ibu Rista,
menggunakan panduan pertanyaan wawancara yang telah disediakan. Wawancara
dilakukan pada hari Selasa, 6 Agustus 2024, di ruang kepala sekolah.
Pertanyaan pertama saya adalah, "Bagaimana Ibu
mengidentifikasi kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?"
Ibu Rista menjelaskan bahwa dilema etika terjadi ketika sebuah kasus melibatkan
dua nilai yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan, sedangkan
bujukan moral adalah kasus yang nilai benar atau salahnya sudah jelas, sehingga
lebih mudah untuk diputuskan.
Pertanyaan kedua adalah, "Bagaimana Ibu menjalankan
pengambilan keputusan di sekolah, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua
kepentingan yang sama-sama benar atau mengandung nilai kebajikan?" Ibu
Rista menyatakan bahwa dalam situasi seperti ini, pertama-tama ia mencoba
membuat keputusan berdasarkan nilai kasih sayang dengan memberikan kesempatan
untuk perbaikan. Namun, jika tidak ada usaha perbaikan, maka nilai keadilan
yang akan digunakan.
Kemudian, saya bertanya tentang langkah-langkah atau
prosedur yang biasa dilakukan selama ini. Ibu Rista menjelaskan bahwa langkah
pertama adalah berkomunikasi untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi,
kemudian memberikan teguran dan surat pemanggilan internal dari kepala sekolah.
Jika ini tidak diindahkan, langkah selanjutnya adalah berkonsultasi dengan
kepala sekolah lain, pengawas, Kasatlak, dan akhirnya Dinas jika tidak ada niat
baik untuk memperbaiki.
Selanjutnya, saya bertanya tentang hal-hal yang dianggap
efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika. Ibu Rista
menyebutkan bahwa komunikasi adalah hal yang efektif. Namun, jika komunikasi
tidak berjalan baik, maka teguran dan peringatan internal serta konsultasi
dengan pihak atasan menjadi langkah berikutnya.
Tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus
dilema etika, menurut Ibu Rista, adalah kesulitan dalam menjalin komunikasi,
yang dapat menyebabkan perbedaan visi dengan sekolah. Jika nilai kasih sayang
tidak berhasil, maka nilai keadilan harus ditegakkan.
Ketika ditanya apakah ada tata kelola atau jadwal tertentu
dalam penyelesaian kasus dilema etika, Ibu Rista menjelaskan bahwa tidak ada
jadwal khusus. Penyelesaian kasus tergantung pada tingkat kesulitannya.
Keputusan tidak harus diambil segera di tempat jika masalahnya rumit, tetapi
jika tidak terlalu rumit, sebaiknya segera diselesaikan berdasarkan nilai-nilai
kebajikan.
Faktor-faktor yang mempermudah pengambilan keputusan dalam
kasus-kasus dilema etika, menurut Ibu Rista, adalah adanya diskusi antara
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, warga sekolah, dan dukungan dari pengawas
pembina.
Pertanyaan terakhir adalah tentang pembelajaran yang dapat
diambil dari pengalaman Ibu Rista dalam pengambilan keputusan dilema etika. Ibu
Rista menegaskan bahwa sebagai pemimpin, harus tegas dalam mengambil keputusan.
Jika ada dua nilai yang bersinggungan, pertimbangan matang diperlukan agar
keputusan yang diambil sesuai aturan dan tetap memiliki nilai kemanusiaan.
Wawancara 2
Berikut adalah hasil wawancara kedua saya dengan Kepala SDN
Kembangan Utara 09 (Ibu Pur), menggunakan panduan pertanyaan wawancara yang
telah disiapkan. Wawancara dilakukan pada hari Selasa, 6 Agustus 2024, di ruang
guru.
Setelah perbincangan singkat, wawancara dimulai dengan
pertanyaan, "Bagaimana Ibu mengidentifikasi kasus yang merupakan dilema
etika atau bujukan moral?" Ibu Pur menjawab bahwa untuk membedakan antara
dilema etika dan bujukan moral, ia melihat apakah kasus tersebut melanggar
aturan atau tidak. Jika tidak melanggar aturan, itu adalah dilema etika, tetapi
jika melanggar aturan, itu adalah bujukan moral.
Pertanyaan berikutnya adalah, "Bagaimana Ibu
menjalankan pengambilan keputusan di sekolah, terutama untuk kasus di mana ada
dua kepentingan yang sama-sama benar atau mengandung nilai kebajikan?" Ibu
Pur menjelaskan bahwa jika kasus tersebut memiliki dua nilai kebajikan,
diperlukan pertimbangan matang sebelum mengambil keputusan. Namun, jika hanya
ada satu nilai kebajikan, keputusan harus diambil segera karena semakin cepat,
semakin baik.
Saya kemudian bertanya tentang langkah-langkah atau prosedur
yang biasa dilakukan selama ini. Ibu Pur menjelaskan bahwa ia akan meminta
pendapat guru-guru dan komite sebelum mengambil keputusan.
Saat ditanya tentang hal-hal yang dianggap efektif dalam
pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika, Ibu Pur menyatakan bahwa
keputusan dianggap efektif jika diambil melalui diskusi bersama para guru, pemegang
kebijakan dan mencapai mufakat yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
Kemudian, saya menanyakan tantangan yang dihadapi dalam
pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika. Ibu Pur menjelaskan bahwa
tantangan terbesar adalah jika keinginan guru-guru berbeda dengan kebijakan
dari dinas pendidikan.
Selanjutnya, saya bertanya apakah ada tata kelola atau
jadwal tertentu dalam penyelesaian kasus dilema etika, dan apakah kasus
diselesaikan langsung di tempat atau melalui jadwal tertentu. Ibu Pur
menjelaskan bahwa tidak ada jadwal pasti dalam penyelesaian kasus.
Menyelesaikan di tempat atau tidak tergantung pada kasus yang terjadi, tetapi
prosedur pengambilan keputusan selalu dilakukan setelah berkonsultasi pengawas
dan Kasatlak Pendidikan.
Ketika ditanya tentang orang atau faktor yang mempermudah
pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika, Ibu Pur menyebutkan bahwa
guru-guru, dan komite sekolah adalah pihak-pihak yang mempermudah proses
pengambilan keputusan.
Pertanyaan terakhir dalam wawancara adalah mengenai
pembelajaran yang dapat diambil dari pengalaman Ibu Pur dalam pengambilan
keputusan dilema etika. Ibu Pur menyimpulkan bahwa pelajaran penting yang dapat
diambil adalah berpegang teguh pada aturan, karena dengan begitu tidak akan ada
perbedaan antara keinginan dinas dan pihak lain di sekolah.
Refleksi
Berikut adalah hasil kedua wawancara yang telah saya lakukan
bersama dua pemimpin hebat yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk
sekolah dan semua warga sekolah. Dari hasil wawancara tersebut, saya melakukan
analisis dan refleksi dari hasil wawancara pertama dan kedua, menggunakan
daftar tugas atau checklist yang terdiri dari enam pertanyaan. Hasil analisis
dan refleksi ini akan saya coba jawab dalam bentuk narasi sebagai berikut.
Pertanyaan refleksi pertama adalah hal-hal menarik apa yang
muncul dari wawancara tersebut dan pertanyaan-pertanyaan yang masih mengganjal
dari hasil wawancara bila dibandingkan dengan hal-hal yang saya pelajari
seperti empat paradigma, tiga prinsip, dan sembilan langkah pengujian. Setelah
mewawancarai dua kepala sekolah, hal-hal menarik yang muncul adalah bahwa nilai
kasih sayang, kepedulian, dan kemanusiaan selalu menjadi prioritas dan bahan
pertimbangan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan. Keadilan sangat
penting, tetapi mempertimbangkan beberapa faktor untuk mencapai win-win
solution adalah hal yang lebih baik agar tidak ada pihak yang dirugikan.
Dari hasil wawancara dengan kedua pemimpin tersebut, ada
persamaan dan perbedaan yang muncul. Persamaannya adalah cara mengidentifikasi
kasus dan pertimbangan yang digunakan, yaitu keadilan versus rasa kasihan.
Sedangkan perbedaannya adalah Ibu Rista lebih bebas dan tegas dalam mengambil
keputusan karena memiliki pengalaman lebih lama sebagai kepala sekolah,
sedangkan Ibu Pur lebih banyak mempertimbangkan berbagai faktor.
Rencana ke depan para pimpinan dalam pengambilan keputusan
yang mengandung unsur dilema etika adalah dengan terlebih dulu mengidentifikasi
nilai-nilai yang bersinggungan dan mencari cara penyelesaian yang kreatif.
Mereka bisa mengukur efektivitas pengambilan keputusan dengan melihat dampak
atau efek setelah keputusan diambil.
Pertanyaan keempat adalah bagaimana saya sendiri akan
menerapkan pengambilan keputusan dalam situasi dilema etika di lingkungan saya,
baik pada murid-murid maupun kolega guru lainnya. Saya akan menerapkannya mulai
sekarang, menggunakan empat paradigma, tiga prinsip, dan sembilan langkah
pengujian keputusan yang telah saya pelajari.
Pertanyaan kelima dari daftar checklist adalah tentang
kejelasan suara atau tulisan di video atau blog naratif saya. Format apa yang
akan saya gunakan? Sudahkah saya mengujinya, membacanya, dan melihat hasilnya,
serta membayangkan bila orang lain membaca tulisan saya? Saya telah meminta
rekan kerja saya untuk membaca hasil wawancara yang saya lakukan, dan mereka
dapat memahaminya dengan baik.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam narasi yang
saya buat untuk menggambarkan proses kedua wawancara, namun saya tetap berharap
orang-orang bisa membayangkan proses wawancara yang saya lakukan dan semoga
memberikan manfaat.
Pertanyaan terakhir dari daftar checklist adalah tentang
durasi waktu atau panjang tulisan, apakah sudah diuji untuk waktu berbicara
maksimal dan minimal, atau apakah sudah ditinjau isi dan panjang tulisan saya,
serta kepadatan/intisari materi yang ingin saya sampaikan. Saya sudah
memastikan bahwa jumlah kata yang saya gunakan melebihi batas minimal yang ada
dalam rubrik, dan saya sudah berusaha membuat narasi yang menggambarkan semua
hal yang ingin saya sampaikan.
Demikianlah penjelasan hasil wawancara saya dengan Kepala
SDN Kembangan Utara 09 dan 10, serta hasil analisis dan refleksi yang saya
buat. Semoga tugas Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1 Pengambilan Keputusan
Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin ini bermanfaat bagi para
pembaca.