July 26, 2024

Koneksi Antarmateri Modul 2.3 Ari Ermawan

Koneksi Antarmateri Modul 2.3 Ari Ermawan

CGP Angkatan 10 
SDN Kembangan Utara 10

Materi pada modul 2, bagian 2.3 adalah Coaching dalam Supervisi Akademik. 

Apa peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan bagaimana kaitannya dengan materi sebelumnya dalam paket modul 2, yaitu pembelajaran sosial dan emosional? Saya merasa peran saya masih pada tahap belajar dan pemula, karena saya sadar bahwa saya masih dalam proses belajar. Coaching memerlukan latihan berkelanjutan agar semakin mahir dalam penerapannya. Keterkaitannya dengan pembelajaran sosial dan emosional sangat erat, karena coaching memerlukan kemampuan mental dan sikap yang baik agar dapat dilakukan dengan kesadaran penuh.

Dalam modul 2.3, saya mempelajari supervisi akademik dengan tujuan pengembangan kompetensi diri bagi setiap pendidik di sekolah. Pendekatan yang digunakan adalah coaching dengan tiga prinsip utama: kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi. Kompetensi inti coaching mencakup kehadiran penuh, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot. Percakapan berbasis coaching mengikuti alur TIRTA: Tujuan, Identitas, Rencana Aksi, dan Tanggung Jawab. Ada tiga tahapan dalam supervisi akademik yaitu praobservasi (perencanaan), observasi (pelaksanaan), dan pascaobservasi (tindak lanjut).

Saya merasakan cemas saat pertama kali mempelajari coaching, karena khawatir tidak bisa memahami dan menerapkannya dengan baik. Namun, saya juga merasa tertarik setelah mulai membaca dan mempelajari konsepnya yang ternyata sangat bermanfaat untuk pengembangan diri. Saya merasa senang ketika bisa memahami cara coaching dengan benar, meskipun awalnya saya melakukan kesalahan dengan memberikan solusi langsung, yang seharusnya tidak dilakukan dalam coaching. Setelah itu, saya merasa optimis untuk menerapkannya dalam kehidupan nyata.

Selama proses belajar, saya menemukan hal-hal positif yang perlu dipertahankan, seperti kolaborasi dengan rekan-rekan lainnya sebagai coach, coachee, dan observer. Namun, saya juga harus memperbaiki kemampuan berkomunikasi, khususnya dalam pemilihan kata dan mengajukan pertanyaan berbobot, karena saya merasa pertanyaan saya belum optimal dalam menggali ide atau pikiran coachee.

Kompetensi dan kematangan pribadi saya meningkat setelah mempelajari modul 2.3. Saya kini lebih percaya diri dalam melakukan coaching, karena sudah memahami alur yang harus dilalui dan bisa memposisikan diri sebagai coach, coachee, maupun observer. Saya harus melatih diri untuk menghindari asumsi, pelabelan, dan pemberian solusi langsung, agar proses coaching berjalan dengan lancar.


Konektivitas materi ini dengan supervisi akademik sangat relevan. Jika kepala sekolah memahami coaching, supervisi akan lebih bermakna dan tidak membuat guru yang disupervisi merasa tertekan. Supervisi seharusnya tidak hanya sebagai penilaian rutin, tetapi juga sebagai upaya mencari solusi bersama dan meningkatkan proses pembelajaran, terutama melalui komunikasi yang efektif. Dengan adanya praobservasi, observasi, dan pascaobservasi, tujuan supervisi dapat terwujud melalui komunikasi dua arah.

Coaching dalam supervisi akademik memberikan dampak positif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang berpihak pada siswa. Pemimpin pembelajaran harus memahami perkembangan siswa secara holistik, meliputi kognitif, karakter, dan aspek sosial emosional. Tujuan coaching adalah mengembangkan kompetensi guru untuk meningkatkan kinerja dan mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada siswa.

Tantangan utama adalah menyamakan pemahaman tentang coaching dalam supervisi akademik di komunitas sekolah, yang seringkali dianggap sebagai penilaian rutin tanpa tindak lanjut. Untuk itu, saya akan aktif melakukan sosialisasi dan berbagi pengetahuan untuk menyamakan persepsi tentang supervisi akademik. Langkah konkret termasuk memberikan contoh praktik coaching melalui berbagai media digital yang dapat diakses oleh seluruh komunitas sekolah.

Saya juga membandingkan pengalaman masa lalu dengan masa depan. Dulu, supervisi hanya rutinitas tanpa makna mendalam, tidak ada praobservasi atau pascaobservasi. Kini, saya akan menjadikan supervisi sebagai bagian dari cara meningkatkan kompetensi saya sebagai guru dengan prinsip coaching: kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi.

Selain itu, pembelajaran pada modul 3.2 tentang coaching dalam supervisi akademik terhubung dengan pembelajaran sebelumnya di modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi, yang juga bertujuan memaksimalkan potensi. Modul 2.2 membahas teknik STOP dan Mindfulness yang mendukung kehadiran penuh dalam coaching.


No comments:

Komentar Terkini