August 27, 2024

Refleksi Dwimingguan Modul 3.2 Ari Ermawan

Saya Ari Ermawan, CGP Angkatan 10 dari SDN Kembangan Utara 10 Jakarta Barat, dalam kesempatan ini akan melakukan refleksi dwimingguan Modul 3.2 mengenai Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, saya menggunakan Model 1: 4F (Facts, Feelings, Findings, Future) untuk merefleksikan pengalaman dan pelajaran yang saya peroleh. Berikut adalah ringkasan refleksi saya:

  1. Peristiwa (Fact)

Modul ini mengajarkan tentang pengelolaan sumber daya melalui pendekatan Aset Based Thinking (ABT) dan menggunakan Alur Merdeka yang mencakup beberapa tahap, seperti Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, dan lainnya. Pada tahap awal, saya diminta untuk refleksi mengenai ekosistem sekolah, sumber daya yang ada, dan peran pemimpin dalam memanfaatkan sumber daya tersebut. Pertanyaan-pertanyaan ini memicu saya untuk merenungkan kontribusi saya sebagai pendidik dan apa yang diharapkan dari modul ini. Kegiatan selanjutnya termasuk eksplorasi konsep mengenai Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan bagaimana pemimpin dapat memanfaatkan sumber daya untuk mendukung kemerdekaan belajar siswa.

  1. Perasaan (Feelings)

Sebelum mempelajari modul ini, saya merasa bingung tentang praktik pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Namun, setelah melalui proses eksplorasi dan kolaborasi, saya mulai memahami bahwa pemimpin dalam pengelolaan sumber daya harus mampu mengidentifikasi dan memanfaatkan kekuatan serta potensi yang ada, baik dari komponen abiotik maupun biotik. Saya merasa lebih paham bahwa pemimpin yang efektif adalah mereka yang optimis dan melihat setiap elemen sebagai aset berharga yang dapat dikembangkan.

  1. Pembelajaran (Findings)

Modul 3.2 mengajarkan bahwa pemimpin yang efektif dalam pengelolaan sumber daya harus mampu menggali dan memanfaatkan kekuatan komunitas serta aset yang ada. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada kemampuan komunitas untuk memberdayakan diri mereka sendiri dan memanfaatkan aset yang ada. Tujuh modal utama yang penting termasuk modal manusia, sosial, fisik, lingkungan, finansial, politik, serta agama dan budaya. Setiap modal ini berperan dalam mendukung keberhasilan komunitas dan meningkatkan kualitas hidup.

  1. Penerapan (Future)

Dari pelajaran yang diperoleh, saya berencana untuk menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya di kelas dengan mengoptimalkan aset sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa. Di sekolah, saya akan mengidentifikasi dan memanfaatkan berbagai aset yang ada untuk mengembangkan program-program yang sesuai dengan visi dan misi sekolah. Di masyarakat sekitar, saya akan menjalin kolaborasi yang baik untuk mendukung kemajuan sekolah. Contohnya, memanfaatkan keterampilan guru dan orang tua sebagai narasumber atau motivator, serta mengintegrasikan berbagai sumber daya dari lingkungan untuk mendukung pembelajaran dan kegiatan sekolah.

Koneksi Antarmateri Modul 3.2 Ari Ermawan

Saya Ari Ermawan, CGP Angkatan 10 dari SDN Kembangan Utara 10, Jakarta Barat. Dalam kesempatan kali ini saya akan menuliskan Koneksi Antarmateri Modul 3.2.

Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya pada alur belajar merdeka Modul 3.2 menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul sebelumnya. Modul ini menekankan pada kemampuan mengelola sumber daya yang ada di sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.

Sekolah Sebagai Ekosistem

Sekolah dianggap sebagai ekosistem di mana terjadi interaksi antara unsur biotik (makhluk hidup) dan abiotik (unsur tak hidup). Interaksi ini menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis, yang diperlukan untuk membangun lingkungan belajar yang kondusif.

Satuan Pendidikan Sebagai Komunitas

Sebagai sebuah komunitas, satuan pendidikan memiliki hak untuk mengatur, melaksanakan, dan mengawasi kegiatan pendidikan. Hal ini bertujuan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan pendidikan. Efektivitas ini dapat dicapai dengan melibatkan seluruh anggota sekolah melalui pendekatan berbasis aset.

Pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development)

ABCD atau Pengembangan Komunitas Berbasis Aset adalah pendekatan yang menitikberatkan pada potensi dan kemampuan yang ada dalam komunitas. Pendekatan ini mendorong penggunaan aset yang ada untuk membangun keterkaitan yang dapat meningkatkan daya guna.

Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya

Seorang pemimpin pembelajaran bertugas mengelola sumber daya yang ada secara optimal. Ini melibatkan pengelolaan 7 modal utama yang terdapat di sekolah: modal manusia, fisik, sosial, finansial, politik, lingkungan/alam, dan agama dan budaya. Dengan memanfaatkan modal ini, pemimpin pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pendidikan, memotivasi murid dan staf, serta menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan berpihak pada murid.

Implementasi di Kelas, Sekolah, dan Masyarakat

Pemimpin pembelajaran dapat mengimplementasikan pendekatan ini di kelas dengan menciptakan suasana yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi, di sekolah dengan mengelola sumber daya yang tersedia secara efektif, dan di masyarakat dengan melibatkan orang tua dan komunitas dalam kegiatan pendidikan.

Pengelolaan Sumber Daya untuk Proses Pembelajaran yang Berkualitas

Pengelolaan sumber daya yang baik, seperti memanfaatkan modal manusia (guru dan tenaga kependidikan), modal lingkungan (menciptakan sekolah yang kondusif), dan modal sosial (kerja sama antar sekolah dan komunitas), akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Modal finansial dan modal politik juga mendukung keberlanjutan program pendidikan yang berkualitas.


Ruang Kolaborasi Modul 3.2 Identifikasi Aset Daerah


Hubungan Modul 3.2 dengan Modul Lainnya

Modul ini terkait dengan konsep dari Ki Hadjar Dewantara, di mana pendidikan menuntun potensi murid. Ini juga sejalan dengan visi Guru Penggerak yang berbasis pada pendekatan inkuiri apresiatif (IA) melalui alur BAGJA. Pendekatan ini menekankan pada pemanfaatan aset yang ada. Modul ini juga berhubungan dengan strategi pembelajaran sosial dan emosional serta pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan, yang penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan inklusif.

Refleksi Pribadi

Sebelum mempelajari modul ini, pandangan saya lebih fokus pada kekurangan dan masalah yang ada, yang sering kali menimbulkan perasaan pesimis dan negatif. Namun, setelah mempelajari modul ini, pandangan saya berubah menjadi lebih positif dan optimis dengan memanfaatkan aset yang dimiliki. Pemimpin pembelajaran harus mampu melihat potensi dan kekuatan dalam lingkungan sekolah dan menggunakannya untuk menciptakan perubahan positif.

Demikian Koneksi Antarmateri Modul 3.2 ini saya buat, semoga bermanfaat.

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2 Ari Ermawan

Saya Ari Ermawan, CGP Angkatan 10 dari SDN Kembangan Utara 10 jakarta Barat.

Dalam kesempatan ini saya akan menyampaikan tugas Demosntrasi Kontekstual Modul 3.2

berupa menjawab pertanyaan berdasarkan video:


Apa visi dari sekolah tempat guru di video tersebut mengajar?

Jawaban:

  • Visi sekolah tersebut adalah untuk menghasilkan lulusan yang berkarakter kuat, kompeten, serta menciptakan lingkungan yang Aman, Sejuk, Rindang, dan Indah (ASRI).
Apa perubahan yang ingin dilakukan oleh guru dalam video tersebut?
Jawaban:
  • Guru berupaya menciptakan ekosistem sekolah yang nyaman dan menyenangkan guna mendukung pembelajaran yang berfokus pada siswa, dengan tujuan mewujudkan profil pelajar Pancasila.

Apa pertanyaan utama dari kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam video tersebut?

Jawaban:

  • Bagaimana cara menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan dalam proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa.

Kegiatan atau tindakan apa yang dilakukan oleh guru dalam video tersebut yang menggambarkan tahapan berikut:

Jawaban:

a) Membuat pertanyaan:

  1. Berkolaborasi dengan rekan kerja untuk mengembangkan ide perubahan.
  2. Mengadakan brainstorming atau diskusi dengan siswa untuk meningkatkan semangat belajar.
  3. Meneliti kriteria kelas yang ideal yang nyaman dan menyenangkan serta berdampak positif pada semangat belajar siswa.
  4. Menanyakan kepada siswa apa saja yang memotivasi mereka dalam belajar.

b) Mengambil pelajaran:

  1. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan studi banding atau belajar dari kelas lain dalam satu sekolah untuk mencari hal-hal positif.
  2. Guru mendorong siswa untuk menyampaikan pendapat mereka tentang aspek positif yang mereka temukan demi perbaikan lingkungan kelas mereka sendiri.
  3. Menggali informasi dari siswa mengenai hal-hal yang dapat memotivasi mereka untuk belajar.
  4. Guru mencari kelas yang sesuai dengan harapan siswa.
  5. Membandingkan satu kelas dengan kelas lainnya.

c) Menggali mimpi:

  1. Guru meminta siswa membayangkan kelas impian mereka di masa depan.
  2. Guru meminta siswa untuk menggambarkan seperti apa kelas impian mereka.
  3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi ide mengenai kelas ideal dalam bentuk proyek kelompok.
  4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapat mereka melalui presentasi kepada siswa lain.

d) Menjabarkan rencana:

  1. Guru memberi siswa kesempatan untuk merencanakan aksi dalam mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan dengan tenggat waktu yang jelas.
  2. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.
  3. Setiap kelompok siswa diberi kesempatan untuk berkontribusi dan menentukan pembagian tugas.
  4. Guru dan siswa bersama-sama menentukan apa saja yang dibutuhkan untuk menciptakan kelas impian yang dapat memotivasi belajar.

e) Mengatur eksekusi:

  1. Menetapkan waktu mulai yang tepat bersama siswa untuk mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan.
  2. Siswa diberdayakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing untuk menciptakan kolaborasi dengan siswa lain.
  3. Guru memberikan bimbingan dan pendampingan serta membantu siswa ketika mereka menghadapi kesulitan.
  4. Guru memberikan penghargaan kepada semua siswa setelah berhasil menciptakan ruang kelas yang nyaman dan menyenangkan.
  • Apa peran pemimpin yang ditampilkan dalam video tersebut?

    Jawaban:
    Pemimpin berperan dalam menjalankan fungsi manajemen, dengan langkah-langkah berikut:

    a. Perencanaan (Planning): Merancang langkah-langkah taktis dan strategis untuk mewujudkan perubahan yang diinginkan.
    b. Pengorganisasian (Organizing): Mengatur sumber daya yang ada agar lebih efektif dan efisien dalam melaksanakan perubahan.
    c. Pengarahan (Actuating): Mengarahkan siswa sesuai dengan kompetensi mereka melalui bimbingan, konsultasi, dan pemberian motivasi.
    d. Evaluasi (Controlling): Mengevaluasi hasil kerja untuk memantau kemajuan dari rencana yang telah ditetapkan.

  • Apa modal utama yang dimanfaatkan oleh pemimpin pembelajaran dalam video tersebut, dan bagaimana pemanfaatannya?

    Jawaban:

    a. Modal Manusia:

    • Rekan kerja: Berbagi ide untuk mewujudkan perubahan.
    • Siswa: Memanfaatkan partisipasi siswa untuk menciptakan lingkungan kelas yang nyaman dan menyenangkan.

    b. Modal Sosial:

    • Kerja sama antar kelas melalui studi banding untuk menemukan aspek positif dalam menciptakan kelas yang nyaman dan menyenangkan.

    c. Modal Fisik:

    1. Ruang kelas sebagai tempat utama untuk mewujudkan lingkungan yang menyenangkan.
    2. Pajangan atau ornamen untuk mempercantik kelas.
    3. Rak buku dan buku sebagai media penunjang pembelajaran.
    4. Kursi dan meja yang dapat diatur agar lebih fleksibel dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).

    d. Modal Lingkungan:

    1. Menggunakan lingkungan kelas untuk bekerja sama dalam menciptakan ruang yang nyaman dan menyenangkan.
    2. Mengoptimalkan lingkungan sekolah untuk memperindah ruang kelas.

    e. Modal Finansial:

    • Memanfaatkan perlengkapan yang tersedia di sekolah untuk mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan.

    f. Modal Agama dan Budaya:

    • Menggunakan nilai-nilai agama dan budaya untuk memperkuat karakter siswa.
  • August 21, 2024

    Jurnal Refleksi Dwimingguan ke-8 Ari Ermawan

    Saya, Ari Ermawan, seorang Calon Guru Penggerak Angkatan 10 dari SDN Kembangan Utara 10 Jakarta Barat, akan menulis Jurnal Refleksi Dwi Mingguan mengenai modul 3.1 yang membahas tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin. Jurnal ini merupakan refleksi diri setelah dua minggu mengikuti kegiatan Pendidikan CGP, dan akan ditulis secara berkala setiap dua minggu sebagai bagian dari tugas yang harus diselesaikan oleh calon guru penggerak.

    Dalam menulis jurnal refleksi ini, saya menggunakan model 4F (Fact, Feeling, Findings, dan Future) yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway, yang diterjemahkan menjadi 4P: Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, dan Penerapan.

    Peristiwa (Fact): Saya memiliki pengalaman positif selama pembelajaran di modul 3.1 ini, di mana saya mengikuti tahapan pembelajaran yang diatur dengan urutan MERDEKA, seperti pada modul-modul sebelumnya. Kata MERDEKA adalah singkatan dari langkah-langkah belajar yang mencakup Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi konsep, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata.

    Pada tahap "Mulai dari diri," saya mengaktifkan pengetahuan awal saya dan mengamati keterampilan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan yang mempertimbangkan berbagai pihak terkait, seperti murid, orang tua, guru, pengawas, dan komunitas sekolah.

    Selanjutnya, pada tahap eksplorasi konsep, saya mempelajari konsep pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin sekolah, dengan tujuan menjadikan sekolah sebagai institusi moral. Saya menekankan pentingnya keputusan yang berpihak pada murid, bertanggung jawab, dan didasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal. Saya juga menganalisis dilema etika dalam pengambilan keputusan.

    Pada tahap ruang kolaborasi, saya berpartisipasi dalam diskusi virtual dengan rekan-rekan CGP untuk berbagi, berkolaborasi, dan mempraktikkan keterampilan pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan serta pengujian keputusan.

    Setelah tahap demonstrasi kontekstual, saya menganalisis bagaimana proses pengambilan keputusan diterapkan di sekolah asal saya dan sekolah lain berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajari. Saya juga melakukan wawancara dengan dua kepala sekolah, Ibu Ristahapsati Musfa Sadisa, S.Pd., M.M., dari SDN Kembangan Utara 10, dan Ibu Purwati Prihatiningsih dari SDN Kembangan Utara 09, untuk memahami praktik pengambilan keputusan yang mereka lakukan.

    Saya menghadapi tantangan saat melakukan wawancara dengan dua kepala sekolah, namun berhasil mengatasinya dengan menyiapkan pertanyaan yang relevan dengan tujuan saya. Hingga saat ini, saya merasa semuanya berjalan dengan baik sesuai rencana.

    Perasaan (Feeling): Saya merasa bersyukur selama proses belajar karena mendapatkan pengetahuan baru yang sangat penting bagi seorang pemimpin pembelajaran. Sebagai guru penggerak, saya harus mampu memimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, melatih guru lain, mempromosikan kolaborasi, dan memajukan kepemimpinan siswa. Untuk melaksanakan tugas tersebut dengan baik, saya harus mampu mengambil keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai kebajikan. Seperti yang telah dipelajari, seorang guru penggerak harus memiliki nilai-nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan mendukung murid. Keputusan yang diambil harus mempertimbangkan tiga unsur penting: mendukung murid, bertanggung jawab, dan didasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal. Saya menemukan banyak keterkaitan yang membantu saya memahami konsep tersebut dan membentuk pemahaman baru.

    Pembelajaran (Findings): Dari modul 3.1, saya belajar bahwa pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan adalah keterampilan penting bagi seorang pemimpin. Pengambilan keputusan sering kali melibatkan banyak kepentingan yang saling bersinggungan dan bisa menyebabkan beberapa pihak merasa dirugikan. Namun, dengan berlatih, kita akan semakin fokus dalam mengambil keputusan yang tepat. Meskipun sulit memilih antara beberapa pilihan yang benar, seorang pemimpin harus mempertimbangkan tiga unsur penting: mendukung murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab atas konsekuensi keputusan yang diambil.

    Dalam situasi dilema etika, terdapat nilai-nilai kebajikan mendasar yang saling bertentangan seperti kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, dan tanggung jawab. Paradigma situasi dilema etika meliputi individu vs kelompok, keadilan vs kasih sayang, kebenaran vs kesetiaan, serta jangka pendek vs jangka panjang. Terdapat tiga prinsip pengambilan keputusan yang dapat digunakan dalam menghadapi dilema etika: berpikir berdasarkan hasil akhir, peraturan, dan rasa peduli.

    Untuk menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral yang membingungkan, terdapat 9 langkah yang dapat digunakan sebagai panduan dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang diambil. Langkah-langkah tersebut meliputi mengenali nilai-nilai yang bertentangan, menentukan pihak yang terlibat, mengumpulkan fakta relevan, menguji benar atau salah, menguji paradigma benar lawan benar, menerapkan prinsip resolusi, menginvestigasi opsi trilemma, membuat keputusan, dan merenungkan keputusan yang diambil. Sembilan langkah ini merupakan panduan fleksibel yang dapat disesuaikan dengan situasi yang dihadapi.

    Penerapan (Future): Saya akan menerapkan konsep pengambilan keputusan yang telah dipelajari, termasuk empat paradigma, tiga prinsip, dan sembilan langkah, untuk meningkatkan keterampilan saya dalam membuat keputusan. Saya juga akan berbagi pengetahuan tentang materi yang dipelajari melalui berbagai media, baik secara langsung maupun digital, agar dapat diakses oleh rekan-rekan guru lainnya.

    Demikian jurnal refleksi dwimingguan saya ke-8 semoga dapat menjadi inspirasi bagi bapa/ibu guru CGP dan guru-guru Indonesia pada umumnya.

    August 09, 2024

    DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.1 - PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN SATUAN PENDIDIKAN

    Oleh    : Ari Ermawan

    CGP Angkatan 10 DK Jakarta

    SDN Kembangan Utara 10

     

    Tugas demonstrasi kontekstual pada awal modul ketiga ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan Calon Guru Penggerak dalam menganalisis penerapan proses pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan tentang berbagai paradigma, prinsip, serta metode pengambilan dan penerapan keputusan di sekolah mereka masing-masing serta di lingkungan lainnya.

    Untuk mencapai tujuan ini, CGP diminta untuk melakukan wawancara dengan 2 hingga 3 pimpinan atau kepala sekolah. Saya sendiri telah melakukan wawancara dengan 2 pimpinan atau kepala sekolah di sekitar saya. Hasil dari wawancara ini akan digunakan untuk memahami praktik pengambilan keputusan yang diterapkan selama ini, terutama dalam kasus-kasus di mana nilai-nilai kebajikan saling berbenturan, atau dalam kasus dilema etika yang sama-sama benar.

    Saya harus mengumpulkan informasi mengenai tindakan yang telah dilakukan oleh para pimpinan tersebut, serta praktik-praktik yang diterapkan kepala sekolah dalam memimpin sekolah. Selain itu, saya juga perlu menganalisis praktik pengambilan keputusan dalam situasi dilema etika yang dihadapi oleh para pimpinan yang saya wawancarai, dan mengaitkannya dengan pengetahuan saya tentang empat paradigma, tiga prinsip, dan sembilan langkah pengujian.

    Berikut adalah panduan pertanyaan wawancara:

    1.      Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?

    2.      Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?

    3.      Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?

    4.      Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?-

    5.      Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?

    6.      Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan?

    7.      Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?

    8.      Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?

    Dalam tugas demonstrasi kontekstual modul 3.1 ini, saya mewawancarai Ibu Ristahapsati Musfasadisa, S.Pd., M.M. (Ibu Rista), kepala SDN Kembangan Utara 10, pada hari Selasa, 6 Agustus 2024. Pada hari yang sama, saya juga mewawancarai Ibu Purwati Prihatiningsih, S.Pd. (Ibu Pur), kepala SDN Kembangan Utara 09.

     

    Wawancara 1

    Berikut adalah hasil wawancara saya dengan Ibu Rista, menggunakan panduan pertanyaan wawancara yang telah disediakan. Wawancara dilakukan pada hari Selasa, 6 Agustus 2024, di ruang kepala sekolah.

    Pertanyaan pertama saya adalah, "Bagaimana Ibu mengidentifikasi kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?" Ibu Rista menjelaskan bahwa dilema etika terjadi ketika sebuah kasus melibatkan dua nilai yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan, sedangkan bujukan moral adalah kasus yang nilai benar atau salahnya sudah jelas, sehingga lebih mudah untuk diputuskan.

    Pertanyaan kedua adalah, "Bagaimana Ibu menjalankan pengambilan keputusan di sekolah, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau mengandung nilai kebajikan?" Ibu Rista menyatakan bahwa dalam situasi seperti ini, pertama-tama ia mencoba membuat keputusan berdasarkan nilai kasih sayang dengan memberikan kesempatan untuk perbaikan. Namun, jika tidak ada usaha perbaikan, maka nilai keadilan yang akan digunakan.

    Kemudian, saya bertanya tentang langkah-langkah atau prosedur yang biasa dilakukan selama ini. Ibu Rista menjelaskan bahwa langkah pertama adalah berkomunikasi untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, kemudian memberikan teguran dan surat pemanggilan internal dari kepala sekolah. Jika ini tidak diindahkan, langkah selanjutnya adalah berkonsultasi dengan kepala sekolah lain, pengawas, Kasatlak, dan akhirnya Dinas jika tidak ada niat baik untuk memperbaiki.

    Selanjutnya, saya bertanya tentang hal-hal yang dianggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika. Ibu Rista menyebutkan bahwa komunikasi adalah hal yang efektif. Namun, jika komunikasi tidak berjalan baik, maka teguran dan peringatan internal serta konsultasi dengan pihak atasan menjadi langkah berikutnya.

    Tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika, menurut Ibu Rista, adalah kesulitan dalam menjalin komunikasi, yang dapat menyebabkan perbedaan visi dengan sekolah. Jika nilai kasih sayang tidak berhasil, maka nilai keadilan harus ditegakkan.

    Ketika ditanya apakah ada tata kelola atau jadwal tertentu dalam penyelesaian kasus dilema etika, Ibu Rista menjelaskan bahwa tidak ada jadwal khusus. Penyelesaian kasus tergantung pada tingkat kesulitannya. Keputusan tidak harus diambil segera di tempat jika masalahnya rumit, tetapi jika tidak terlalu rumit, sebaiknya segera diselesaikan berdasarkan nilai-nilai kebajikan.

    Faktor-faktor yang mempermudah pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika, menurut Ibu Rista, adalah adanya diskusi antara kepala sekolah, wakil kepala sekolah, warga sekolah, dan dukungan dari pengawas pembina.

    Pertanyaan terakhir adalah tentang pembelajaran yang dapat diambil dari pengalaman Ibu Rista dalam pengambilan keputusan dilema etika. Ibu Rista menegaskan bahwa sebagai pemimpin, harus tegas dalam mengambil keputusan. Jika ada dua nilai yang bersinggungan, pertimbangan matang diperlukan agar keputusan yang diambil sesuai aturan dan tetap memiliki nilai kemanusiaan.

     


    Wawancara 2

    Berikut adalah hasil wawancara kedua saya dengan Kepala SDN Kembangan Utara 09 (Ibu Pur), menggunakan panduan pertanyaan wawancara yang telah disiapkan. Wawancara dilakukan pada hari Selasa, 6 Agustus 2024, di ruang guru.

    Setelah perbincangan singkat, wawancara dimulai dengan pertanyaan, "Bagaimana Ibu mengidentifikasi kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?" Ibu Pur menjawab bahwa untuk membedakan antara dilema etika dan bujukan moral, ia melihat apakah kasus tersebut melanggar aturan atau tidak. Jika tidak melanggar aturan, itu adalah dilema etika, tetapi jika melanggar aturan, itu adalah bujukan moral.

    Pertanyaan berikutnya adalah, "Bagaimana Ibu menjalankan pengambilan keputusan di sekolah, terutama untuk kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau mengandung nilai kebajikan?" Ibu Pur menjelaskan bahwa jika kasus tersebut memiliki dua nilai kebajikan, diperlukan pertimbangan matang sebelum mengambil keputusan. Namun, jika hanya ada satu nilai kebajikan, keputusan harus diambil segera karena semakin cepat, semakin baik.

    Saya kemudian bertanya tentang langkah-langkah atau prosedur yang biasa dilakukan selama ini. Ibu Pur menjelaskan bahwa ia akan meminta pendapat guru-guru dan komite sebelum mengambil keputusan.

    Saat ditanya tentang hal-hal yang dianggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika, Ibu Pur menyatakan bahwa keputusan dianggap efektif jika diambil melalui diskusi bersama para guru, pemegang kebijakan dan mencapai mufakat yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

    Kemudian, saya menanyakan tantangan yang dihadapi dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika. Ibu Pur menjelaskan bahwa tantangan terbesar adalah jika keinginan guru-guru berbeda dengan kebijakan dari dinas pendidikan.

    Selanjutnya, saya bertanya apakah ada tata kelola atau jadwal tertentu dalam penyelesaian kasus dilema etika, dan apakah kasus diselesaikan langsung di tempat atau melalui jadwal tertentu. Ibu Pur menjelaskan bahwa tidak ada jadwal pasti dalam penyelesaian kasus. Menyelesaikan di tempat atau tidak tergantung pada kasus yang terjadi, tetapi prosedur pengambilan keputusan selalu dilakukan setelah berkonsultasi pengawas dan Kasatlak Pendidikan.

    Ketika ditanya tentang orang atau faktor yang mempermudah pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika, Ibu Pur menyebutkan bahwa guru-guru, dan komite sekolah adalah pihak-pihak yang mempermudah proses pengambilan keputusan.

    Pertanyaan terakhir dalam wawancara adalah mengenai pembelajaran yang dapat diambil dari pengalaman Ibu Pur dalam pengambilan keputusan dilema etika. Ibu Pur menyimpulkan bahwa pelajaran penting yang dapat diambil adalah berpegang teguh pada aturan, karena dengan begitu tidak akan ada perbedaan antara keinginan dinas dan pihak lain di sekolah.

     

    Refleksi

    Berikut adalah hasil kedua wawancara yang telah saya lakukan bersama dua pemimpin hebat yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk sekolah dan semua warga sekolah. Dari hasil wawancara tersebut, saya melakukan analisis dan refleksi dari hasil wawancara pertama dan kedua, menggunakan daftar tugas atau checklist yang terdiri dari enam pertanyaan. Hasil analisis dan refleksi ini akan saya coba jawab dalam bentuk narasi sebagai berikut.

    Pertanyaan refleksi pertama adalah hal-hal menarik apa yang muncul dari wawancara tersebut dan pertanyaan-pertanyaan yang masih mengganjal dari hasil wawancara bila dibandingkan dengan hal-hal yang saya pelajari seperti empat paradigma, tiga prinsip, dan sembilan langkah pengujian. Setelah mewawancarai dua kepala sekolah, hal-hal menarik yang muncul adalah bahwa nilai kasih sayang, kepedulian, dan kemanusiaan selalu menjadi prioritas dan bahan pertimbangan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan. Keadilan sangat penting, tetapi mempertimbangkan beberapa faktor untuk mencapai win-win solution adalah hal yang lebih baik agar tidak ada pihak yang dirugikan.

    Dari hasil wawancara dengan kedua pemimpin tersebut, ada persamaan dan perbedaan yang muncul. Persamaannya adalah cara mengidentifikasi kasus dan pertimbangan yang digunakan, yaitu keadilan versus rasa kasihan. Sedangkan perbedaannya adalah Ibu Rista lebih bebas dan tegas dalam mengambil keputusan karena memiliki pengalaman lebih lama sebagai kepala sekolah, sedangkan Ibu Pur lebih banyak mempertimbangkan berbagai faktor.

    Rencana ke depan para pimpinan dalam pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika adalah dengan terlebih dulu mengidentifikasi nilai-nilai yang bersinggungan dan mencari cara penyelesaian yang kreatif. Mereka bisa mengukur efektivitas pengambilan keputusan dengan melihat dampak atau efek setelah keputusan diambil.

    Pertanyaan keempat adalah bagaimana saya sendiri akan menerapkan pengambilan keputusan dalam situasi dilema etika di lingkungan saya, baik pada murid-murid maupun kolega guru lainnya. Saya akan menerapkannya mulai sekarang, menggunakan empat paradigma, tiga prinsip, dan sembilan langkah pengujian keputusan yang telah saya pelajari. 

    Pertanyaan kelima dari daftar checklist adalah tentang kejelasan suara atau tulisan di video atau blog naratif saya. Format apa yang akan saya gunakan? Sudahkah saya mengujinya, membacanya, dan melihat hasilnya, serta membayangkan bila orang lain membaca tulisan saya? Saya telah meminta rekan kerja saya untuk membaca hasil wawancara yang saya lakukan, dan mereka dapat memahaminya dengan baik.

    Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam narasi yang saya buat untuk menggambarkan proses kedua wawancara, namun saya tetap berharap orang-orang bisa membayangkan proses wawancara yang saya lakukan dan semoga memberikan manfaat.

    Pertanyaan terakhir dari daftar checklist adalah tentang durasi waktu atau panjang tulisan, apakah sudah diuji untuk waktu berbicara maksimal dan minimal, atau apakah sudah ditinjau isi dan panjang tulisan saya, serta kepadatan/intisari materi yang ingin saya sampaikan. Saya sudah memastikan bahwa jumlah kata yang saya gunakan melebihi batas minimal yang ada dalam rubrik, dan saya sudah berusaha membuat narasi yang menggambarkan semua hal yang ingin saya sampaikan.

    Demikianlah penjelasan hasil wawancara saya dengan Kepala SDN Kembangan Utara 09 dan 10, serta hasil analisis dan refleksi yang saya buat. Semoga tugas Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin ini bermanfaat bagi para pembaca.

    August 08, 2024

    Koneksi Antarmateri Modul 3.1 - Ari Ermawan

    Nama saya Ari Ermawan, CGP angkatan 10 dari DKI Jakarta. Pada kesempatan ini akan memaparkan koneksi antarmateri modul 3.1. Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan erat dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin karena keduanya menekankan pentingnya nilai-nilai moral, kemandirian, dan tanggung jawab. 

    Pratap Triloka terdiri dari tiga prinsip utama: Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah memberi semangat), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan). Prinsip-prinsip ini membentuk dasar bagi seorang pemimpin dalam mengambil keputusan yang bijaksana dan beretika.

    1. Kaitan Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pengambilan Keputusan:

      • Ing Ngarso Sung Tulodo: Sebagai pemimpin yang memberikan teladan, seorang pemimpin harus memiliki integritas dan nilai-nilai moral yang kuat. Pengambilan keputusan harus mencerminkan teladan yang baik.
      • Ing Madya Mangun Karsa: Di tengah memberi semangat, seorang pemimpin harus dapat menginspirasi dan memotivasi timnya. Pengambilan keputusan harus mempertimbangkan dampak pada semangat dan motivasi tim.
      • Tut Wuri Handayani: Di belakang memberi dorongan, seorang pemimpin harus mendukung dan memfasilitasi pertumbuhan anggota timnya. Keputusan harus memungkinkan pengembangan individu dan tim.
    2. Pengaruh Nilai-Nilai terhadap Prinsip Pengambilan Keputusan. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang sangat mempengaruhi prinsip-prinsip yang diambil dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai ini mencakup integritas, keadilan, tanggung jawab, dan rasa empati. Seorang pemimpin yang memiliki nilai-nilai ini akan lebih cenderung mengambil keputusan yang adil, etis, dan bertanggung jawab.

    3. Materi Pengambilan Keputusan dan Kegiatan Coaching. Coaching atau bimbingan oleh pendamping atau fasilitator sangat membantu dalam proses pembelajaran pengambilan keputusan. Melalui coaching, individu dapat mengevaluasi efektivitas keputusan yang telah diambil, mengidentifikasi pertanyaan atau keraguan yang masih ada, dan menerima umpan balik konstruktif. Hal ini membantu individu untuk meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan mereka.

    4. Kemampuan Guru dalam Mengelola Aspek Sosial Emosional. Guru yang mampu mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan lebih baik dalam menghadapi dilema etika. Kesadaran akan emosi dan empati memungkinkan guru untuk membuat keputusan yang lebih bijaksana dan etis, serta menciptakan lingkungan belajar yang mendukung.

    5. Pembahasan Studi Kasus dan Nilai-Nilai yang Dianut. Studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika sering kali kembali kepada nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik. Nilai-nilai ini menjadi landasan dalam menilai dan memutuskan tindakan yang tepat dalam situasi tertentu.

    6. Dampak Pengambilan Keputusan yang Tepat. Pengambilan keputusan yang tepat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Keputusan yang baik membantu menciptakan rasa percaya dan keamanan di antara anggota tim atau siswa.

    7. Tantangan dalam Pengambilan Keputusan Terhadap Dilema Etika. Tantangan di lingkungan mungkin termasuk tekanan sosial, budaya organisasi, dan perubahan paradigma. Pemimpin perlu menavigasi tantangan ini dengan bijak dan tetap berpegang pada nilai-nilai inti mereka.

    8. Pengaruh Pengambilan Keputusan terhadap Pengajaran yang Memerdekakan. Pengambilan keputusan yang berfokus pada pemerdekaan murid memungkinkan pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan potensi masing-masing murid. Hal ini memastikan bahwa setiap murid mendapatkan pengalaman belajar yang optimal.

    9. Pengaruh Keputusan Pemimpin Pembelajaran terhadap Masa Depan Murid. Seorang pemimpin pembelajaran yang bijaksana dalam mengambil keputusan dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap kehidupan dan masa depan murid-muridnya. Keputusan yang mendukung pengembangan holistik murid akan membantu mereka mencapai potensi penuh.

    10. Kesimpulan Akhir dari Pembelajaran Modul. Pemahaman tentang dilema etika, empat paradigma pengambilan keputusan, tiga prinsip pengambilan keputusan, dan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan sangat penting. Pembelajaran ini memberikan kerangka kerja yang jelas dan terstruktur untuk pengambilan keputusan yang lebih efektif dan etis.

    11. Pemahaman Konsep-Konsep Modul. Memahami konsep-konsep seperti dilema etika dan bujukan moral, serta prinsip dan langkah-langkah pengambilan keputusan, membantu individu dalam mengembangkan kemampuan pengambilan keputusan yang lebih baik. Hal ini memungkinkan refleksi yang mendalam dan evaluasi terhadap keputusan yang diambil.

    12. Pengalaman Pengambilan Keputusan Sebelum dan Sesudah Modul. Mempelajari modul ini memungkinkan individu untuk membandingkan pengalaman mereka sebelumnya dengan pengetahuan baru yang didapat. Perbedaan yang ditemukan sering kali mencakup pendekatan yang lebih terstruktur dan reflektif dalam menghadapi dilema etika.

    13. Dampak Pembelajaran Modul terhadap Cara Pengambilan Keputusan. Memahami konsep-konsep ini memungkinkan perubahan signifikan dalam cara pengambilan keputusan, dengan pendekatan yang lebih sadar, etis, dan berdasarkan nilai-nilai.

    14. Pentingnya Mempelajari Topik Modul. Mempelajari topik ini penting bagi individu dan pemimpin karena memberikan alat dan kerangka kerja yang diperlukan untuk membuat keputusan yang bijaksana dan etis. Hal ini berdampak langsung pada kualitas kepemimpinan dan pengembangan tim atau siswa.


    Dengan mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip ini, seorang pemimpin dapat membuat keputusan yang lebih baik, yang pada akhirnya akan menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung bagi semua orang yang terlibat. 
    Demikian koneksi antarmateri yang saya paparkan, semoga bermanfaat bagi semua.



    Komentar Terkini