May 15, 2024

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3

 Oleh: Ari Ermawan


CGP A10 SDN Kembangan Utara 10


Dalam kegiatan Koneksi antar Materi ini, akan dibahas hubungan antara peran pendidik dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada siswa melalui paradigma inkuiri apresiatif (IA). Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membimbing pertumbuhan kekuatan alami anak sehingga dapat memperbaiki perilakunya. Oleh karena itu, peran pendidik adalah membimbing potensi alami anak agar mencapai keselamatan sebagai individu maupun anggota masyarakat. Dalam proses ini, anak harus diberikan kebebasan, namun pendidik sebagai ‘pamong’ perlu memberikan arahan agar anak tidak tersesat atau berisiko. Seorang ‘pamong’ akan membimbing anak untuk menemukan kebebasannya.


Dalam kegiatan Koneksi antar Materi ini, akan dibahas hubungan antara peran pendidik dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada siswa melalui paradigma inkuiri apresiatif (IA). Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membimbing pertumbuhan kekuatan alami anak sehingga dapat memperbaiki perilakunya. Oleh karena itu, peran pendidik adalah membimbing potensi alami anak agar mencapai keselamatan sebagai individu maupun anggota masyarakat. Dalam proses ini, anak harus diberikan kebebasan, namun pendidik sebagai ‘pamong’ perlu memberikan arahan agar anak tidak tersesat atau berisiko. Seorang ‘pamong’ akan membimbing anak untuk menemukan kebebasannya.


Pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara tersebut masih sangat relevan untuk diterapkan pada pendidikan saat ini. Proses menuntun yang memerdekakan ini menjadi tema besar pendidikan nasional, yakni Merdeka Belajar. Merdeka Belajar merupakan upaya untuk memberikan kemerdekaan dalam berpikir dan berekspresi. Program ini bertujuan untuk memerdekakan guru dan siswa, selaras dengan semangat Bapak Pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara, dalam hal pendidikan.


Program Merdeka Belajar bertajuk Sekolah Penggerak merupakan salah satu kebijakan yang diluncurkan oleh Mendikbudristek dengan tujuan mencetak pelajar Indonesia yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Visi dan misi pendidikan nasional adalah mewujudkan pelajar yang memiliki enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia; berkebinekaan global; bergotong royong; mandiri; bernalar kritis; dan kreatif. Dengan demikian, Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia yang berkompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, siap menghadapi tantangan zaman.

Untuk mencapai visi tersebut, diperlukan suatu rancangan yang disebut dengan inkuiri apresiatif (IA). Inkuiri apresiatif adalah pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan, dimulai dengan mengidentifikasi hal-hal positif yang ada di sekolah, kemudian mencari cara agar hal-hal baik tersebut dapat dipertahankan serta menemukan strategi perubahan ke arah yang lebih baik. Implementasi IA terdiri dari lima tahapan yang dirangkum dalam akronim BAGJA, yaitu:

  1. B = Buat pertanyaan. Langkah ini digunakan untuk menentukan arah penelusuran terkait perubahan yang diinginkan. Contoh pertanyaan dapat membantu memulai proses ini.

    A = Ambil pelajaran. Setelah pertanyaan utama disepakati, langkah ini akan menuntun untuk mengambil pelajaran dari pengalaman individu atau kelompok dalam berbagai aspek.

    G = Gali mimpi. Pada tahap ini, komunitas sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Siswa) akan menggali mimpi sebagai keadaan ideal yang diinginkan, digambarkan secara rinci melalui sebuah narasi yang dibantu oleh pertanyaan-pertanyaan pemandu.

    J = Jabarkan rencana. Tahap ini mengidentifikasi tindakan yang diperlukan dan mengambil keputusan-keputusan. Pada perencanaan awal, pertanyaan-pertanyaan dapat membantu menyusun rencana agar lebih konkret.

    A = Atur eksekusi. Tahap ini membantu mengubah rencana menjadi tindakan nyata. Pertanyaan-pertanyaan yang tepat dapat membantu memutuskan peran dan menyepakati pelaksanaan.

    Inkuiri apresiatif bukan hanya tentang merancang perubahan, tetapi juga tentang mengapresiasi dan membangun kekuatan yang sudah ada dalam sistem pendidikan. Dengan fokus pada hal-hal positif, IA mendorong seluruh komunitas sekolah untuk berkontribusi dalam proses perubahan, menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan inklusif. Melalui tahapan BAGJA, IA memastikan bahwa setiap langkah diambil dengan perencanaan yang matang dan kolaborasi yang kuat, sehingga perubahan yang diinginkan dapat diwujudkan dengan efektif dan berkelanjutan.


Adapun Revisi Visi yang saya rumuskan adalah:

“Terwujudnya insan religius, unggul dan berbudaya”


Visi "Terwujudnya insan religius, unggul, dan berbudaya" mencerminkan tujuan untuk menciptakan individu yang tidak hanya memiliki kemampuan akademik dan keterampilan yang tinggi, tetapi juga memiliki nilai-nilai moral, spiritual, dan budaya yang kuat. Visi ini sangat erat kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila, yang menggambarkan karakteristik ideal pelajar Indonesia. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana visi ini terkait dengan Profil Pelajar Pancasila:

  1. Religius:

    • Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia: Bagian dari visi yang menekankan religiusitas selaras dengan salah satu ciri utama Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Ini menunjukkan bahwa pelajar tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan tetapi juga memiliki kesadaran spiritual dan moral yang tinggi, yang penting untuk pembentukan karakter yang baik.
  2. Unggul:

    • Mandiri dan Bernalar kritis: Keunggulan dalam visi ini mencakup kemampuan untuk berpikir kritis dan mandiri. Pelajar yang mandiri memiliki kemampuan untuk belajar dan berkembang secara otonom, sedangkan kemampuan bernalar kritis memungkinkan mereka untuk menganalisis dan memecahkan masalah dengan baik. Kedua karakteristik ini penting untuk menciptakan individu yang kompeten dan mampu bersaing di tingkat global.
    • Kreatif: Keunggulan juga mencakup kreativitas, yang memungkinkan pelajar untuk menghasilkan ide-ide baru dan inovatif. Ini penting untuk menghadapi tantangan masa depan yang terus berubah dan membutuhkan solusi yang kreatif dan efektif.
  3. Berbudaya:

    • Berkebinekaan global: Bagian dari visi yang menekankan budaya mencerminkan nilai-nilai kebinekaan dan kemampuan untuk menghargai perbedaan budaya. Profil Pelajar Pancasila menekankan pentingnya berkebinekaan global, yang berarti pelajar harus mampu berinteraksi dan bekerja sama dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya.
    • Bergotong royong: Budaya Indonesia yang kaya dengan nilai gotong royong juga tercermin dalam visi ini. Gotong royong adalah nilai fundamental dalam Profil Pelajar Pancasila, yang menunjukkan kemampuan untuk bekerja sama dan berkontribusi secara positif dalam komunitas.

Dengan mengintegrasikan visi "Terwujudnya insan religius, unggul, dan berbudaya" dengan Profil Pelajar Pancasila, diharapkan dapat menghasilkan pelajar yang tidak hanya unggul dalam bidang akademik tetapi juga memiliki karakter yang baik, berbudaya, dan mampu berkontribusi secara positif dalam masyarakat serta di kancah global. Hal ini sejalan dengan upaya untuk menciptakan generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan dengan landasan moral dan etika yang kuat. Terima kasih

No comments:

Komentar Terkini