May 25, 2024

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF Ari Ermawan, S.Pd.

 

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN

MODUL 1.4  BUDAYA POSITIF

Ari Ermawan, S.Pd.

CGP ANGKATAN 10

SDN Kembangan Utara 10

 

 

Nama saya Ari Ermawan,  Calon Guru Penggerak Angkatan 10 dari SDN Kembangan Utara 10 Jakarta Barat. Dalam jurnal dua mingguan keempat ini, saya akan merefleksikan kembali apa yang telah saya pelajari dalam modul 1.4 dengan menggunakan model 4F:

1. Facts (Peristiwa)

2. Feelings(Perasaan)

3. Findings(Pembelajaran)

4. Future (Penerapan)

Dan marilah kita ikuti satu persatu refleksi saya tentang modul 1.4 budaya positif.

 

1. Facts (Peristiwa)

 

Kegiatan dalam modul 1.4 dimulai pada tanggal 14 Mei 2024, di mana saya mempelajari materi tentang pengenalan diri melalui LMS. Kemudian, dari tanggal 15 hingga 20 Mei 2024, saya mempelajari materi Eksplorasi Konsep.

Materi pada Eksplorasi Konsep ini cukup banyak. Selain mempelajari materi, saya juga harus membuat pernyataan berdasarkan materi tersebut. Materi yang dipelajari meliputi disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, restitusi, keyakinan kelas, kebutuhan dasar manusia, dan segitiga restitusi. Pada tanggal 21 hingga 22 Mei 2024, saya masuk ke ruang kolaborasi.

 

Dalam ruang kolaborasi ini, saya mempelajari materi dan menjawab pertanyaan yang ada di LMS, serta memberikan tanggapan terhadap pernyataan teman-teman calon guru penggerak lainnya. Di sini, saya dan teman-teman calon guru penggerak dibimbing oleh fasilitator saya, Bapak Susanta, dengan didampingi pengajar praktik Bapak Andi Rifaih. Dalam diskusi ini, calon guru penggerak memahami konsep budaya positif dan saling berdiskusi, memberikan masukan dan penguatan, serta saling menanggapi.

Pada tanggal 21 Mei 2024, bersama fasilitator melalui video conference, kami dibagi menjadi tiga kelompok untuk mendiskusikan empat kasus yang diberikan. Saya masuk ke kelompok 2 bersama Ibu Maemunah, Ibu Christina Ambar, dan saya sendiri (Ari Ermawan). Setelah mendiskusikan empat kasus tersebut, kami diminta menyiapkan presentasi untuk dipresentasikan pada tanggal 22 Mei 2024.

Pada tanggal 22 Mei 2024, saya kembali bersama fasilitator dan teman-teman guru penggerak lainnya untuk melakukan kegiatan presentasi. Kelompok 2, yang saya tergabung di dalamnya, mempresentasikan empat kasus yang disajikan dalam LMS secara bergantian. Selama presentasi, calon guru penggerak aktif dalam sesi tanya jawab. Setiap kelompok mempresentasikan dan menanggapi presentasi dari kelompok lain. Setelah presentasi, tugas kelompok diperbaiki dan diunggah ke LMS pada sesi unggah ruang kolaborasi.

 

2. Feelings (Perasaan)

 


Setelah mempelajari modul 1.4, perasaan saya menjadi sangat senang dan semakin antusias untuk menerapkan materi dari modul tersebut. Saat menerapkan pembuatan keyakinan kelas, saya menemukan hal yang berbeda karena murid, dengan kesadaran mereka, mengungkapkan nilai-nilai kebajikan disiplin positif yang akan mereka yakini. Proses pembuatan keyakinan kelas ini membuat saya merasa senang karena murid juga antusias dalam melaksanakannya. Selain itu, saya juga merasa puas dalam menerapkan praktik segitiga restitusi untuk memperbaiki kesalahan murid. Ketika melakukan restitusi, saya sangat menghargai murid karena mereka mau terbuka mengenai masalah yang dihadapi dan bagaimana cara memperbaikinya. Saya merasa sangat senang bisa melakukan kedua hal tersebut. Ketika murid melanggar peraturan, mereka harus menerima konsekuensi sesuai dengan apa yang telah disepakati sebelumnya.

 

3. Findings (Pembelajaran)

 

Pembelajaran bermakna yang saya peroleh setelah mempelajari modul 1.4 tentang budaya positif adalah bahwa sebagai calon guru penggerak, saya harus menempatkan diri dalam posisi kontrol yang tepat dalam penerapan budaya positif di sekolah, yaitu posisi kontrol yang mengarah pada hal-hal positif. Idealnya, saya bisa menjadi seorang manajer yang mampu menerapkan segitiga restitusi sebagai solusi ketika ada murid yang melanggar keyakinan kelas.

Restitusi menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka dan kembali ke kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat (Gossen, 2004). Hal ini benar-benar dapat menyelesaikan masalah dengan damai, dan anak-anak tidak kehilangan identitas mereka, tetapi justru kembali dengan karakter yang lebih kuat dan lebih baik.

 

4. Future (Penerapan)

 

Berikut adalah rencana penerapan saya ke depan:

    • Membagikan kepada rekan sejawat apa yang sudah saya pelajari dan praktikkan.
    • Membuat keyakinan kelas di kelas lain.
    • Selalu menerapkan segitiga restitusi untuk memperbaiki kesalahan murid.

Demikianlah Jurnal Dua Mingguan saya terkait modul 1.4 tentang Budaya Positif.

 

Salam Guru Penggerak !!!

Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan

 

 

May 15, 2024

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3

 Oleh: Ari Ermawan


CGP A10 SDN Kembangan Utara 10


Dalam kegiatan Koneksi antar Materi ini, akan dibahas hubungan antara peran pendidik dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada siswa melalui paradigma inkuiri apresiatif (IA). Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membimbing pertumbuhan kekuatan alami anak sehingga dapat memperbaiki perilakunya. Oleh karena itu, peran pendidik adalah membimbing potensi alami anak agar mencapai keselamatan sebagai individu maupun anggota masyarakat. Dalam proses ini, anak harus diberikan kebebasan, namun pendidik sebagai ‘pamong’ perlu memberikan arahan agar anak tidak tersesat atau berisiko. Seorang ‘pamong’ akan membimbing anak untuk menemukan kebebasannya.


Dalam kegiatan Koneksi antar Materi ini, akan dibahas hubungan antara peran pendidik dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada siswa melalui paradigma inkuiri apresiatif (IA). Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membimbing pertumbuhan kekuatan alami anak sehingga dapat memperbaiki perilakunya. Oleh karena itu, peran pendidik adalah membimbing potensi alami anak agar mencapai keselamatan sebagai individu maupun anggota masyarakat. Dalam proses ini, anak harus diberikan kebebasan, namun pendidik sebagai ‘pamong’ perlu memberikan arahan agar anak tidak tersesat atau berisiko. Seorang ‘pamong’ akan membimbing anak untuk menemukan kebebasannya.


Pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara tersebut masih sangat relevan untuk diterapkan pada pendidikan saat ini. Proses menuntun yang memerdekakan ini menjadi tema besar pendidikan nasional, yakni Merdeka Belajar. Merdeka Belajar merupakan upaya untuk memberikan kemerdekaan dalam berpikir dan berekspresi. Program ini bertujuan untuk memerdekakan guru dan siswa, selaras dengan semangat Bapak Pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara, dalam hal pendidikan.


Program Merdeka Belajar bertajuk Sekolah Penggerak merupakan salah satu kebijakan yang diluncurkan oleh Mendikbudristek dengan tujuan mencetak pelajar Indonesia yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Visi dan misi pendidikan nasional adalah mewujudkan pelajar yang memiliki enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia; berkebinekaan global; bergotong royong; mandiri; bernalar kritis; dan kreatif. Dengan demikian, Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia yang berkompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, siap menghadapi tantangan zaman.

Untuk mencapai visi tersebut, diperlukan suatu rancangan yang disebut dengan inkuiri apresiatif (IA). Inkuiri apresiatif adalah pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan, dimulai dengan mengidentifikasi hal-hal positif yang ada di sekolah, kemudian mencari cara agar hal-hal baik tersebut dapat dipertahankan serta menemukan strategi perubahan ke arah yang lebih baik. Implementasi IA terdiri dari lima tahapan yang dirangkum dalam akronim BAGJA, yaitu:

  1. B = Buat pertanyaan. Langkah ini digunakan untuk menentukan arah penelusuran terkait perubahan yang diinginkan. Contoh pertanyaan dapat membantu memulai proses ini.

    A = Ambil pelajaran. Setelah pertanyaan utama disepakati, langkah ini akan menuntun untuk mengambil pelajaran dari pengalaman individu atau kelompok dalam berbagai aspek.

    G = Gali mimpi. Pada tahap ini, komunitas sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Siswa) akan menggali mimpi sebagai keadaan ideal yang diinginkan, digambarkan secara rinci melalui sebuah narasi yang dibantu oleh pertanyaan-pertanyaan pemandu.

    J = Jabarkan rencana. Tahap ini mengidentifikasi tindakan yang diperlukan dan mengambil keputusan-keputusan. Pada perencanaan awal, pertanyaan-pertanyaan dapat membantu menyusun rencana agar lebih konkret.

    A = Atur eksekusi. Tahap ini membantu mengubah rencana menjadi tindakan nyata. Pertanyaan-pertanyaan yang tepat dapat membantu memutuskan peran dan menyepakati pelaksanaan.

    Inkuiri apresiatif bukan hanya tentang merancang perubahan, tetapi juga tentang mengapresiasi dan membangun kekuatan yang sudah ada dalam sistem pendidikan. Dengan fokus pada hal-hal positif, IA mendorong seluruh komunitas sekolah untuk berkontribusi dalam proses perubahan, menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan inklusif. Melalui tahapan BAGJA, IA memastikan bahwa setiap langkah diambil dengan perencanaan yang matang dan kolaborasi yang kuat, sehingga perubahan yang diinginkan dapat diwujudkan dengan efektif dan berkelanjutan.


Adapun Revisi Visi yang saya rumuskan adalah:

“Terwujudnya insan religius, unggul dan berbudaya”


Visi "Terwujudnya insan religius, unggul, dan berbudaya" mencerminkan tujuan untuk menciptakan individu yang tidak hanya memiliki kemampuan akademik dan keterampilan yang tinggi, tetapi juga memiliki nilai-nilai moral, spiritual, dan budaya yang kuat. Visi ini sangat erat kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila, yang menggambarkan karakteristik ideal pelajar Indonesia. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana visi ini terkait dengan Profil Pelajar Pancasila:

  1. Religius:

    • Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia: Bagian dari visi yang menekankan religiusitas selaras dengan salah satu ciri utama Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Ini menunjukkan bahwa pelajar tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan tetapi juga memiliki kesadaran spiritual dan moral yang tinggi, yang penting untuk pembentukan karakter yang baik.
  2. Unggul:

    • Mandiri dan Bernalar kritis: Keunggulan dalam visi ini mencakup kemampuan untuk berpikir kritis dan mandiri. Pelajar yang mandiri memiliki kemampuan untuk belajar dan berkembang secara otonom, sedangkan kemampuan bernalar kritis memungkinkan mereka untuk menganalisis dan memecahkan masalah dengan baik. Kedua karakteristik ini penting untuk menciptakan individu yang kompeten dan mampu bersaing di tingkat global.
    • Kreatif: Keunggulan juga mencakup kreativitas, yang memungkinkan pelajar untuk menghasilkan ide-ide baru dan inovatif. Ini penting untuk menghadapi tantangan masa depan yang terus berubah dan membutuhkan solusi yang kreatif dan efektif.
  3. Berbudaya:

    • Berkebinekaan global: Bagian dari visi yang menekankan budaya mencerminkan nilai-nilai kebinekaan dan kemampuan untuk menghargai perbedaan budaya. Profil Pelajar Pancasila menekankan pentingnya berkebinekaan global, yang berarti pelajar harus mampu berinteraksi dan bekerja sama dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya.
    • Bergotong royong: Budaya Indonesia yang kaya dengan nilai gotong royong juga tercermin dalam visi ini. Gotong royong adalah nilai fundamental dalam Profil Pelajar Pancasila, yang menunjukkan kemampuan untuk bekerja sama dan berkontribusi secara positif dalam komunitas.

Dengan mengintegrasikan visi "Terwujudnya insan religius, unggul, dan berbudaya" dengan Profil Pelajar Pancasila, diharapkan dapat menghasilkan pelajar yang tidak hanya unggul dalam bidang akademik tetapi juga memiliki karakter yang baik, berbudaya, dan mampu berkontribusi secara positif dalam masyarakat serta di kancah global. Hal ini sejalan dengan upaya untuk menciptakan generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan dengan landasan moral dan etika yang kuat. Terima kasih

May 04, 2024

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK - Ari Ermawan

Ari Ermawan

CGP ANGKATAN 10


Saya Ari Ermawan, calon guru penggerak Angkatan 10 dari SDN Kembangan Utara 10. Kali ini, saya hendak menguraikan pengalaman saya dalam mengikuti pendidikan Guru Penggerak, fokus pada Materi Modul 1.3 mengenai Visi Guru Penggerak. Jurnal Dwi Mingguan ini merupakan kesempatan bagi saya untuk merefleksikan pembelajaran saya setelah menyelesaikan Modul 1.3. Sebagai bagian dari tugas akhir modul ini, sebagai Calon Guru Penggerak, saya akan mencatat semua pengalaman dan impresi saya selama proses pembelajaran modul ini.

Setelah menyelesaikan semua kegiatan dan pelajaran dalam Modul 1.3, saya akan menuliskan refleksi saya mengikuti pendekatan 4P yang diperkenalkan oleh Dr. Roger Greenaway, yaitu:

1.     Peristiwa (Facts)

2.     Perasaan (Feelings)

3.     Pembelajaran (Findings)

4.     Penerapan (Future)

Saya akan tuliskan satu persatu pengalaman dan refleksi saya:

1. Facts (Peristiwa)

Pada minggu keempat bulan Mei, tepatnya tanggal 25 April 2024, saya memulai proses pembelajaran mandiri dengan menjelajahi konsep-konsep yang diberikan. Dalam modul ini, saya diminta untuk merumuskan visi saya sebagai seorang guru penggerak yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Selama eksplorasi konsep, saya belajar mengenai pentingnya memiliki visi yang berorientasi pada kebutuhan murid, sebagai dasar untuk semua upaya perubahan dalam pendidikan.

Kemudian, pada tanggal 30 April 2024, saya mengikuti video conference dalam agenda kolaborasi Modul 1.3 bersama fasilitator saya, Bapak Susanta, S.Pd., serta dibantu oleh pengajar Praktik, Bapak Andi Rifaih. Diskusi tersebut membahas materi mengenai "Pernyataan Prakarsa Perubahan BAGJA", di mana kami dibagi menjadi dua kelompok untuk mendiskusikan topik tersebut.

Saya berada dalam kelompok 2 bersama Ibu Aprilia Entarwati, Ibu Rahmawati, Ibu Ronah, dan Ibu Maemunah. Kami, bersama anggota kelompok lainnya, bertugas merumuskan visi sebagai guru penggerak yang harus disetujui oleh seluruh anggota kelompok. Selanjutnya, kami harus mengembangkan sebuah inisiatif perubahan dan merencanakan tahapan BAGJA sesuai dengan inisiatif perubahan yang telah disetujui kelompok.

Selain itu, saya juga belajar mengenai pentingnya dan cara mengelola perubahan dengan pola pikir positif melalui pendekatan inkuiri apresiatif. Kami juga mempelajari tentang tahapan BAGJA, yaitu: Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi.

 Pada tanggal 4 Mei 2024, saya menghadiri Lokakarya 1 di SMAN 112 Jakarta Barat mulai dari pukul 07.30 hingga 16.00. Selama acara tersebut, saya terlibat dalam pembelajaran dan diskusi bersama komunitas Praktisi. Kegiatan tersebut melibatkan identifikasi Komunikasi Praktisi, analisis Pemetaan Komunitas Praktisi, serta pemahaman tentang Peran Guru Penggerak dalam menggerakkan Komunitas Praktisi. Materi disampaikan dengan cara yang menarik dan menyenangkan oleh para Pengajar Praktek, dengan sesi ice breaking dan permainan yang berarti dan menghibur.

Pada tanggal 2 Mei 2024 pukul 19.00, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka, diikuti dengan pemberian umpan balik dan diskusi saling memberikan pendapat serta memberikan komentar terhadap pendapat kelompok lainnya. Saya merasa mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan baru selama kegiatan presentasi tersebut.

Saya harus menyiapkan tugas demonstrasi kontekstual dan menyerahkannya pada tanggal 7 Mei 2024. Pada tanggal 4 Mei 2024, saya memulai penyusunan Jurnal Refleksi Dwimingguan dan merencanakan pelaksanaan tindakan nyata.


2. Feelings (Perasaan)

Ketika saya mengikuti modul 1.3 tentang visi Guru Penggerak, saya merasa senang dan semakin termotivasi untuk mengabdikan diri dalam pendidikan guru penggerak. Selain itu, semangat saya dalam menerapkan dan mengimplementasikan visi serta rencana perubahan yang telah saya susun semakin berkobar. Semangat dan motivasi ini akan membawa dampak positif dalam upaya perubahan yang saya jalankan, sehingga visi saya dapat tercapai. Melalui materi modul 1.3, saya telah memperoleh banyak pengetahuan baru dalam merumuskan visi yang menjadi gambaran untuk menciptakan murid yang memiliki karakter baik di masa depan.


3. Findings (Pembelajaran)

Setelah menelusuri modul 1.3, saya menyadari bahwa kepemimpinan dalam menghadirkan perubahan positif memerlukan strategi dan pemahaman akan inkuiri apresiatif sebagai pandangan dasar. Tahapan BAGJA, yang merupakan model manajemen perubahan, diadopsi dari model 5D sebagai bagian dari pendekatan inkuiri apresiatif (Define, Discover, Dream, Design, Deliver).

Dalam melakukan perubahan yang positif, penting untuk tidak hanya fokus pada identifikasi masalah yang ada, tetapi juga pada pengenalan kekuatan yang dimiliki, sehingga pikiran kita dapat terarah ke arah yang positif. Selain itu, saya berhasil merumuskan visi sebagai Guru Penggerak, menetapkan prakarsa perubahan, dan menyusun tahapan BAGJA.


4. Future (Penerapan)

Setelah menyelesaikan modul 1.3 mengenai visi guru penggerak, saya bertekad untuk menerapkan dan mengimplementasikan visi yang telah dirumuskan, yaitu "Mewujudkan murid yang Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan YME, Berakhlak Mulia, Mandiri, Kreatif, Inovatif, dan Berwawasan Global", sesuai dengan profil Pelajar Pancasila. Saya juga akan menjalankan prakarsa perubahan yang telah saya susun, yaitu "Mewujudkan generasi yang religius", dengan menginternalisasikan upaya tersebut dalam kegiatan sehari-hari yang terencana.

Melalui pendekatan pembelajaran yang menghibur dan berfokus pada murid, saya berharap dapat merangsang kreativitas dan inovasi mereka dalam mengembangkan ide-ide dalam proses pembelajaran. Untuk mencapai tujuan tersebut, saya menyadari pentingnya kolaborasi dengan rekan sejawat dan pihak sekolah untuk mendukung visi dan prakarsa perubahan saya sebagai seorang guru penggerak.

Demikianlah Jurnal Dwi Mingguan saya terkait modul 1.3 tentang visi Guru Penggerak.

 

 

      

 

 


Komentar Terkini