July 17, 2011

PERSELISIHAN MENANTU DAN MERTUA

Suatu hari hiduplah sepasang suami istri yang saling mencintai. Mereka baru saja menikah. Karena keterbatasan yang mereka miliki, mereka belum memiliki tempat tinggal sendiri.

Setelah berunding, mereka memutuskan untuk tinggal bersama dengan mertua, orang tua dari pengantin pria. Dua keluarga hidup bersama dalam sebuah rumah yang cukup besar.

Seiring waktu berjalan mulai terjadi persinggungan antara menantu dan mertua ini. Sang istri kian hari kian tertekan dengan sikap dari mertuanya. Dia tidak pernah menceritakan perasaannya karena takut suaminya tersinggung.

Suatu hari di pasar, sang istri bertemu dengan pamannya. Pamannya bekerja sebagai penjual jamu tradisional dan obat-obatan. Karena kedekatan mereka, sang istri akhirnya menceritakan perihal kehidupan rumah tangga, dan konfliknya dengan mertua. Sang istri merasa tidak tahan. Dia bermaksud meracuni mertuanya. Dengan berat hati pamannya bersedia membantu. Pamannya memberikan bungkusan berisi serbuk untuk dicampurkan ke dalam makanan sang mertua sedikit demi sedikit. Pamannya melarang memberikan isi bungkusan itu sekaligus, karena takut terjadi kecurigaan atas kematian mendadak sang mertua. Pamannya juga berpesan agar sang istri merubah sikap. Harus senantiasa berbuat baik kepada mertuanya.

Sang istri segera pulang dan melaksanakan rencananya. Setiap hari dia mencampurkan serbuk itu ke dalam makanan sang mertua. Dia juga merubah sikapnya. Dia mencurahkan perhatiannya terhadap sang mertua.

Empat bulan berlalu, namun sang mertua tidak juga mati oleh racun itu, malah semakin sehat. Bahkan dia juga merasakan perubahan sikap sang mertua. Sang mertua menjadi sangat baik dan perhatian.

Akhirnya sang istri berubah sikap. Dia mengurungkan niatnya untuk meracuni mertua. Saat itu juga dia menemui pamannya, untuk meminta penawar dari racun yang sudah menjalar di tubuh mertuanya. Dengan senang hati pamannya mengiyakan. Dia menjelaskan bahwa serbuk yang pernah diberikan adalah ramuan kesehatan. Sang istri termenung dan menyadari kesalahannya.

No comments:

Komentar Terkini