Oleh : Ari Ermawan
SDN
Kembangan Utara 10
CGP
Angkatan 10 DKI Jakarta
Saya, Ari Ermawan, akan menjelaskan Jurnal Dwi
Mingguan ke-5 pada kesempatan ini. Jurnal ini merupakan lanjutan dari proses
belajar saya dalam Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 10.
Penulisan jurnal ini menggunakan model Refleksi 4F yang meliputi: Fact
(peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (pembelajaran), dan Future
(penerapan). Hasil refleksi ini didapatkan selama mengikuti Pendidikan Guru
Penggerak Modul 2.1
1. Fact
(Peristiwa)
Kegiatan pada modul 2.1 dimulai dengan mengerjakan Pretest untuk menguji
pemahaman awal tentang modul ini. Pembelajaran mengikuti alur MERDEKA, yang
mencakup: Mulai dari diri sendiri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi,
Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi
nyata.
Tahap pertama, "Mulai dari diri sendiri," mempersiapkan diri untuk
menerima pengetahuan baru pada modul 2.1. Selanjutnya, peserta mengeksplorasi
konsep-konsep dari modul yang telah dipelajari dan berdiskusi dengan rekan CGP
dalam ruang kolaborasi untuk menemukan kesamaan persepsi serta memberikan
masukan konstruktif dalam menyusun rencana pembelajaran berdiferensiasi.
Kemudian, peserta secara mandiri menyusun RPP berdiferensiasi dan
mengunggahnya di LMS untuk mendapatkan umpan balik dari sesama CGP dan
fasilitator. Tahap berikutnya melibatkan penguatan dari narasumber dalam
elaborasi pemahaman dan membuat keterkaitan dengan materi sebelumnya yang sudah
dipelajari. Proses ini diakhiri dengan aksi nyata, yaitu praktik pembelajaran
berdiferensiasi di kelas sesuai dengan RPP yang telah dibuat.
2. Feeling
(Perasaan)
Setelah mempelajari modul 2.1, saya merasa sangat
senang dan semakin antusias untuk menerapkannya di lingkungan sekolah dan
kelas. Pembelajaran berdiferensiasi membuat saya penasaran karena sebagai guru,
saya harus memperlakukan siswa sesuai dengan karakteristik masing-masing.
Sebelumnya, saya hanya fokus pada pencapaian materi kurikulum, mengejar
ketuntasan materi. Akibatnya, saya mengabaikan bahwa ada banyak keragaman
kebutuhan belajar murid dalam satu kelas. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai
filosofi KHD tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah menuntun
murid mencapai tujuan. Guru tidak bisa memaksa setiap murid untuk melewati
jalan yang sama dalam mencapai tujuan tersebut, melainkan harus dapat
memfasilitasi murid dengan berbagai jalan alternatif sesuai dengan kebutuhan
mereka.
3. Findings
(Pembelajaran)
Pembelajaran bermakna yang saya peroleh setelah mempelajari modul 2.1 adalah
bahwa setiap murid memiliki keunikan tersendiri, mulai dari pengetahuan, cara
belajar, gaya belajar, sikap, keinginan, dan lain sebagainya. Pembelajaran
berdiferensiasi dirancang agar guru dapat melaksanakan pembelajaran yang mampu
mengakomodir berbagai kebutuhan belajar murid. Guru harus peka dalam merespons
semua kebutuhan belajar murid dengan memperhatikan kesiapan belajar murid,
minat mereka terhadap materi pembelajaran, dan profil belajar mereka.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru perlu menerapkan strategi diferensiasi
konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Proses penilaian juga
menggunakan penilaian berjenjang. Dengan demikian, semua murid diharapkan bisa
mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengikuti pembelajaran, sehingga
tercipta lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi mereka.
4. Future
(Penerapan)
Setelah mempelajari modul 2.1 tentang Pembelajaran
Berdiferensiasi, saya akan berusaha menerapkannya di kelas. Agar pembelajaran
berdiferensiasi dapat berjalan efektif, perlu dilakukan pemetaan kebutuhan
belajar murid berdasarkan kesiapan, minat, dan profil belajar mereka. Hal ini
akan membantu guru menentukan perbedaan konten, proses, dan produk dalam
kegiatan pembelajaran. Pemetaan tersebut dapat dilakukan melalui asesmen
diagnostik non-kognitif. Data pemetaan bisa diperoleh dari data murid pada
tahun atau semester sebelumnya, melalui angket, pengamatan, atau wawancara
dengan sesama rekan guru dan wali murid.
No comments:
Post a Comment