Jurnal dwi
mingguan merupakan bagian dari tugas Pendidikan calon guru penggerak yang harus
disusun secara teratur setiap dua minggu sekali. Jurnal ini mencatat pengalaman
belajar yang saya alami, temukan, dan terapkan untuk mendukung peran saya
sebagai pendidik. Jurnal refleksi ini dianggap penting dalam pengembangan
profesionalisme karena mendorong guru untuk menghubungkan teori dengan praktik,
serta mengembangkan keterampilan dalam mengevaluasi topik secara kritis.
Pada penulisan
jurnal ini, saya menerapkan model refleksi yang diperkenalkan oleh Dr. Roger
Greenaway, yang terdiri dari empat langkah: 1) Peristiwa, 2) Perasaan, 3)
Pembelajaran, dan 4) Penerapan. Model ini ditransformasikan menjadi 4P untuk
keperluan refleksi saya selama periode dua minggu mengikuti Pendidikan guru
penggerak Angkatan 10.
1. Fact (Peristiwa)
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, saya bersyukur atas karunia-Nya yang
memungkinkan saya mencapai tahap Pelatihan Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan
10. Kehormatan tersendiri saat pengumuman kelulusan CGP Angkatan 10 ini, karena
hal ini menjadi sebuah tantangan bagi saya untuk mengikuti dan menyelesaikan
seluruh proses pendidikan guru penggerak selama enam bulan ke depan.
Setelah dinyatakan berhasil, ada serangkaian langkah yang harus diambil oleh
calon guru penggerak untuk menindaklanjuti program ini. Sebelum memulai
Pendidikan Guru Penggerak, para peserta diminta untuk mengunduh dan
menandatangani pakta integritas yang sudah dimeterai, yang kemudian harus
diunggah ke dalam LMS. Pada Kemudian saya mengikuti pembukaan Pendidikan Guru
Penggerak secara daring melalui siaran langsung YouTube, Pembukaan Pendidikan
Guru Penggerak Angkatan 8 dihadiri oleh Ibu Direktur Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kemendikbudristek, Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. Pada hari yang
sama, dari pukul 13.00 hingga 16.30 WIB, dilaksanakan orientasi pelaksanaan
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 10 dan pengenalan Learning Management System
(LMS) oleh Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Provinsi DI Yogyakarta. Penggunaan
LMS dimulai dengan mengerjakan pre-test Paket Modul 1. Setelah semua peserta
memahami dan mempelajari cara menggunakan LMS, mereka melanjutkan dengan
mempelajari modul 1.1 dengan alur M-E-R-D-E-K-A, yaitu Mulai dari diri,
Eksplorasi konsep dengan fasilitator, Ruang kolaborasi (rukol) di ruang
kolaborasi, dan setiap peserta berkolaborasi bersama kelompoknya masing-masing
dengan bimbingan fasilitator yang memberikan arahan dan motivasi. Tahapan
berikutnya adalah Demonstrasi kontekstual, yang dilanjutkan dengan Elaborasi
pemahaman dengan instruktur pengembang modul, penyusunan tugas Koneksi antar
materi, dan terakhir adalah Aksi Nyata.
LOKAKARYA
ORIENTASI_PENDIDIKAN GURU PENGGERAK A.10
Pada tanggal 23 Maret 2024, hari Sabtu, diadakan lokakarya orientasi di Gedung SMK Negeri 53 dan SMP 108 Jakarta Barat dari jam 07.00 hingga 16.00 WIB. Lokakarya orientasi ini dihadiri oleh Tim BBGP DIY, Kepala Suku Dinas Pendidikan Jakarta Barat I dan II, pengawas, Kepala sekolah di mana calon guru penggerak (CGP) mengajar, serta Pengajar Praktik. Saya merasa sangat gembira dan bersyukur karena Kepala sekolah yang hadir juga merupakan Pengajar Praktik (PP) Angkatan 10, sehingga saya berharap bisa mendapatkan dukungan penuh dari beliau untuk menerapkan pengetahuan yang saya peroleh dari Pendidikan Guru Penggerak (PGP) ini. Selama lokakarya orientasi, CGP banyak berinteraksi dengan PP dan rekan-rekan sekelompok melalui kegiatan seperti pemaparan materi, motivasi, dan diskusi kelompok.
Pada Pertemuan Lokakarya Orientasi ini, kami sepenuhnya fokus pada pemahaman yang lebih dalam tentang identitas diri, memperluas wawasan tentang apa yang ada dan belum ada dalam diri kami, serta mengerjakan lima LK (Lembar Kerja) dan berdiskusi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam. Dengan bimbingan dari Bapak Andi Rifaih, Pengajar Praktik kami, saya merasa sangat menyenangkan mengikuti lokakarya orientasi ini, sehingga waktu yang berlangsung cukup lama terasa begitu cepat berlalu. Terlebih lagi, pengajaran dari Pengajar Praktik selalu diselingi dengan aktivitas pemanasan sehingga menjadi lebih menyenangkan. Kegiatan dimulai dengan pembuatan kesepakatan kelas, diikuti dengan presentasi harapan
Dengan mengikuti jadwal yang telah direncanakan sebelumnya, saya berhasil menyelesaikan setiap kegiatan yang telah dijadwalkan. Pengalaman pertama saya dalam mengerjakan tugas alur M-E-R-D-E-K-A, dimulai dengan melakukan refleksi kritis terhadap pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang saya tulis dan publikasikan di YouTube, dengan tautan.
Selanjutnya, pada tahap eksplorasi konsep, kami aktif berdiskusi, memberikan tanggapan, dan bertanya satu sama lain di dalam lingkungan diskusi virtual di LMS. Pengalaman ini semakin menarik karena fasilitator kami, Bapak Susanta, responsif terhadap setiap tanggapan dan pertanyaan yang diajukan oleh para peserta CGP. Selama berada dalam tahap ruang kolaborasi, saya tidak hanya memperkuat pemahaman konsep dengan bantuan fasilitator, tetapi juga aktif berdiskusi dengan sesama peserta, yang pada akhirnya menghasilkan sebuah karya tentang "Eksplorasi Kearifan Lokal di DKI Jakarta: Berbalas Pantun". Saya kemudian diberi tugas oleh kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kami kepada fasilitator dan kelompok lainnya. Pada tahap Demonstrasi Kontekstual, saya merefleksikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara melalui sebuah video yang saya unggah ke alamat.
Setelah melakukan
demonstrasi kontekstual, saya mengikuti sesi elaborasi pemahaman bersama
Instruktur Bapak Budi melalui platform G-Meet pada tanggal 26 Maret 2024,
selama hampir satu setengah jam, instruktur memberikan banyak wawasan kepada
saya mengenai prinsip-prinsip dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara, serta
refleksi tentang relevansinya dengan pendidikan di era abad ke-21 dan
pentingnya inovasi dalam pembelajaran berbasis permainan tradisional. Proses
belajar pada modul 1.1 berlanjut dengan mengunggah tugas Koneksi Antar Materi.
Penyelesaian tugas Koneksi Antar Materi, penyusunan aksi nyata, dan penyusunan
jurnal dwi mingguan
2. Feeling (Perasaan)
Selama mengikuti
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 10, saya merasa gembira karena merasa
seperti mendapatkan sumber energi baru yang membantu meningkatkan kapasitas dan
kompetensi saya sebagai seorang pendidik. Saya selalu berupaya aktif mengikuti
setiap proses pembelajaran di LMS dan selalu menantikan waktu untuk Video
Conference (Vicon) karena itu merupakan kesempatan untuk berdiskusi secara
langsung dan saling memperbaiki cara berpikir serta tindakan yang dapat
diterapkan di kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kita. Saya juga
merasa senang atas berbagai pengetahuan dan keterampilan baru yang saya
peroleh, baik dari fasilitator, pengajar praktik, maupun rekan-rekan CGP yang
telah membentuk sebuah komunitas belajar di mana kami dapat saling berbagi
pengalaman.
Sementara itu, saya merasa cukup lelah dalam menyelesaikan tugas-tugas di LMS
karena pelaksanaan Program Pendidikan Guru Penggerak ini tidak boleh mengganggu
tugas-tugas mengajar di sekolah. Waktu terus berjalan dengan cepat, dan setiap
hari terasa begitu singkat. Saya merasa tertekan untuk menyelesaikan
tugas-tugas tepat waktu. Selama dua minggu pertama ini, saya merasa sangat
sibuk, kurangnya istirahat menjadi konsekuensi yang harus saya terima, bahkan
pada hari Minggu pun, lokakarya orientasi sudah menanti. Dari pengalaman ini,
saya belajar bahwa kita harus menghargai waktu karena waktu terus berjalan dan
tidak akan kembali lagi.
Selama dua minggu belajar modul 1.1, saya menyadari bahwa menjadi seorang guru
bukan sekadar pekerjaan, melainkan sebuah panggilan batin yang membutuhkan
kesungguhan dan ketulusan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip pendidikan yang
diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara, yang menekankan pada pelayanan dan
pengabdian kepada anak-anak, saya melihat antusiasme yang lebih besar dari
siswa-siswa dalam proses belajar-mengajar. Modul ini juga mengajarkan saya
untuk menjadi guru yang lebih sabar dalam menghadapi beragam karakteristik
siswa yang unik. Perubahan-perubahan kecil yang saya lakukan di kelas menjadi
motivasi bagi saya untuk menyelesaikan setiap langkah dalam pendidikan guru
penggerak ini.
3. Finding (Pembelajaran)
Dari materi dalam
modul ini, saya memahami bahwa sebagai pendidik, kita harus membimbing semua
potensi alami yang dimiliki oleh anak-anak, agar mereka dapat mencapai
keberhasilan dan kebahagiaan yang maksimal sebagai individu dan anggota
masyarakat, dengan merujuk pada prinsip-prinsip dalam trilogi pendidikan, yaitu
ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani. Modul
ini juga memberikan pemahaman bahwa pendidikan karakter sangatlah penting bagi
perkembangan siswa, sehingga sebagai guru, saya harus memperhatikan
keseimbangan antara aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Konsep sistem
among yang memberikan kebebasan kepada siswa dalam belajar, sambil tetap
memberikan bimbingan, merupakan pesan moral yang saya peroleh dari modul ini,
dan itu mendorong saya untuk terus belajar dan memahami kebutuhan pendidikan
saat ini.
4. Future (Penerapan)
Setelah
menyelesaikan modul 1.1, saya bertekad untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang saya peroleh agar dapat mengelola kelas dengan lebih efektif
dan memberikan pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa. Saya berencana
untuk mengubah pandangan, pola pikir, dan tindakan saya yang mungkin kurang
tepat dalam memahami siswa-siswa saya agar sesuai dengan prinsip-prinsip yang
dipegang teguh oleh Ki Hadjar Dewantara. Saya akan berusaha menerapkan
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada Indonesia dengan menanamkan
nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, saya juga akan
meninggalkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru karena tidak lagi
relevan dengan kebutuhan belajar siswa saat ini. Saya berkomitmen untuk menjadi
seorang pembelajar abad ke-21 yang siap untuk bekerja sama dengan rekan sejawat
dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar di sekolah kami.