September 30, 2012

GANGGUAN BELAJAR MATEMATIKA KELAS I, KASUS KESULITAN MENJUMLAHKAN BILANGAN PULUHAN


A. Judul

Kasus kesulitan menjumlahkan bilangan puluhan




B.  Alasan Pemilihan Judul

Berdasarkan pengamatan terhadap siswa kelas I SD Pangudi Luhur Jakarta setidaknya ada seorang siswa yang benar-benar mengalami kesulitan menjumlahkan bilangan puluhan, kesulitan belajar tersebut disebabkan karena kurangnya komunikasi antara guru dengan siswa.

C. Identifikasi Kasus



1.      Nama                       : WA
2.      Tempat, tanggal lahir  : Tangerang, 18 Agustus 2005
3.      Jenis Kelamin             : Laki-laki
4.      Status dalam keluarga:
a.       Anak ke           : 1 (pertama)
b.      Orang tua        : lengkap
5.      IQ                             : 103



D. Paparan Teori

Matematika di sekolah dasar sudah diberikan sejak dari kelas satu hingga kelas enam. Mata pelajaran ini menjadi mata pelajaran pokok di setiap satuan pendidikan. Ada berbagai metode penyampaian yang digunakan oleh guru dengan tujuan agar lebih mudah diterima oleh siswa. Matematika telah menjadi mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa sekolah dasar sehingga membuat mata pelajaran ini beserta gurunya ditakuti oleh para siswa. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti siswa beranggapan bahwa mata pelajaran matematika sulit dan membosankan. Untuk itu guru perlu melakukan tindakan dalam mengelola siswa dengan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran.
Chosiyah, Syamsuri, dan Soekirman (2001: 39) merumuskan kesulitan belajar sebagai suatu gejala yang nampak pada anak dengan ditandai adanya prestasi atau hasil belajar yang rendah serta berada di bawah normal yang telah diterapkan. Prestasi anak yang mengalami kesulitan belajar menempati kedudukan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan prestasi belajar teman-temannya. Anak tersebut memperoleh prestasi yang lebih rendah dibandingkan dengan prestasi yang dicapainya sebelumnya. Jadi kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar. Pengajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran studi dasar akademik yang dipelajari sejak SD hingga Perguruan Tinggi. Untuk belajar matematika siswa dituntut lebih banyak latihan mengerjakan soal-soal.
Sehubungan dengan peran dan fungsi seorang guru dituntut: 1) Perlunya mengetahui teori belajar yang dikemukakan para ahli dan aplikasinya dalam pembelajaran matematika, 2) perlunya mengetahui tingkat perkembangan mental siswa dan bagaimana pengajaran harus dilakukan, sesuai dengan tahap-tahap perkembangan siswa, maka guru wajib memahami kondisi siswa.
Dalam proses belajar mengajar matematika di SD sering dijumpai beberapa siswa dengan prestasi belajar matematika rendah, bila disimak lewat prestasi nilai harian, nilai ulangan mid semester dan nilai ulangan sumatif. Demikian pula pada hasil UAS SD jika dibandingkan di antara mata pelajaran yang lain yang diajarkan di SD. Nilai kurang yang dicapai oleh siswa berarti belum mencapai prestasi seperti yang diharapkan. Hal ini mungkin dikarenakan anak kurang tertarik pada mata pelajaran matematika dan tidak adanya semangat untuk mempelajarinya. Kemampuan guru yang memadai dalam menangani anak yang mengalami kesulitan belajar perlu dimiliki oleh setiap guru maupun calon guru di sekolah dasar.
Menurut Abdurrahman (2003: 262), kekeliruan umum yang dilakukan anak dalam belajar matematika di antaranya:
1.      Kurang paham simbol
2.      Kurang paham nilai tempat
3.      Penggunaan proses yang keliru
4.      Perhitungan yang salah
5.      Tulisan tidak dapat dibaca

E. Pembahasan

Kesulitan yang dialami kasus adalah karena kurang paham nilai tempat meskipun guru telah mengajarkan dan mengulanginya. Ketidakpahaman akan nilai tempat akan semakin mempersulit anak untuk mempelajari materi berikutnya.
Ketidakpahaman terhadap nilai tempat banyak diperlihatkan kasus seperti contoh berikut:

68                                      68
13     +    seharusnya         13     +
71                                      81



F. Solusi

Dengan melihat kesulitan yang dialami kasus, maka perlua adanya remedial agar kesulitan tersebut dapat teratasi secara optimal. Langkah-langkah dalam melakukan remedial matematika (Abdurrahman, 2003) sebagai berikut:
1.      Menyiapkan anak belajar matematika
Diperlukan keterampilan guru agar anak memiliki kesiapan untuk belajar matematika, guru dapat menyajikan dalam bentuk apersepsi yang menarik, meisalnya melalui lagu atau permaian.
2.      Maju dari konkret ke abstrak
Anak dapat memahami konsep-konsep matematika dengan baik jika pengajaran mulai dari yang konkret ke abstrak. Guru hendaknya merancang tiga tahapan belajar: 1) konkret, 2) representasional, dan 3) abstrak.
3.      Menyediakan kesempatan berlatih dan mengulang
Jika anak dituntut untuk mampu mengaplikasikan berbagai konsep dalam kehidupannya, maka perlu adanya banyak latihan dan ulangan. Ada banyak cara untuk menyediakan latihan, dan guru hendaknya menggunakan metode yang bervariasi.
4.      Generalisasi ke situasi baru
Anak diberikan kesempatan yang cukup untuk menggenerali-sasikan keterampilan mereka dalam berbagai situasi. Contohnya anak diberi latihan melalui variasi soal cerita agar semakin terampil mengaplikasikan kemampuannya dalam berbagai situasi baru.
5.      Menyadari kekuatan dan kelemahan siswa
Sebelum membuat keputusan mengenai teknik yang akan digunakan untuk mengajar anak, guru harus menganalisis kemampuan anak. Sebagai acuan guru dapat merumuskan berbagai pertanyaan berkaitan dengan kemampuan anak.
6.      Membangun fondasi yang kokoh tentang konsep dan keterampilan matematika
Dalam belajar matematika harus dibangun fondasi yang kokoh tentang konsep dan keterampilan. Fondasi yang kokoh dapat diperoleh apabila guru:
a.       Menekankan pembelajaran matematika pada pemberian jawaban atas persoalan, bukan menghafal tanpa pemahaman.
b.      Memberikan waktu yang cukup agar anak melakukan generalisasi berkaitan dengan pemecahan masalah sehari-hari
c.       Mengajarkan matematika secara koheren (saling berkaitan antartopik)
d.      Memberikan latihan dan pengulangan yang cukup
e.       Menggunakan program yang sistematis yang memungkinkan konsep dan keterampilan yang diajarkan berdiri di atas konsep keterampilan yang telah dikuasai dengan baik.
7.      Menyajikan program matematika yang seimbang
Program matematika yang seimbang mencakup kombinasi antartiga elemen: 1) konsep, 2) keterampilan, dan 3) pemecahan masalah.
8.      Penggunaan kalkulator
Kalkulator dapat digunakan setelah anak memiliki keterampilan kalkulasi. Penggunaan kalkulator bukan untuk menanamkan konsep kalkulasi, namun menanamkan penalaran matematika. Kalkulator dapat juga digunakan untuk menghitung fakta-fakta dasar maupun proses matematika yang kompleks, dan dapat digunakan untuk latihan atau memeriksa pekerjaan sendiri.




G. Daftar Pustaka

Abdurrahman 2003, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta








No comments:

Komentar Terkini